DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM
IBADAH
Perlulah kita ketahui
sholat adalah ungkapan sang Kholik untuk berkomunikasi dengan individu
kita sejati sebagai mahluk-Nya,
maka sebaiknya masuk ke state khusyu atau ihsan
dulu baru shalat, atau samplenya, bukankah
dalam berkomunikasi sebaiknya kita mengikuti sesuai dengan lawan bicara kita atau komunikan?......mohon
maaf kita menggunakan bahasa neurology, karena
hal ini hanya untuk memudahkan kita komunikasi
sesuai era sekarang, dan bukankah
Allah SWT ini Ad Dhohiru dan sekaligus Al
Bathinu, yang artinya selain dengan bahasa kasat atau oral
dalam kesadaran juga kita tambahkan komunikasi bathin kita
atau hati individu kita atau
subconsiousness.
Karena
apabila kondisi kita masih dalam posisi betha kita paksa
masuk alpha atau theta kita khawatirkan
bagi kita yang belum berpengalaman sulit sampai tahap AH-HA,
karena tahap betha adalah tahap dimana otak kiri kita masih
bekerja aktif, dan tahap alpha atau theta
adalah tahap dimana kita dalam posisi rilek, dan spiritual
berada, adapun apabila kita sudah masuk states ini lebih awal
maka komunikasi individu kita mudah nyambung, dan ini
betul-betul nyata kita dapat rasakan sendiri.
Adapun yang menjadi pertanyaan kita
sekarang yaitu apakah kondisi khusyu
ini berupa kondisi nangis ngejer dan berakhir dengan
merasakan kenikmatan?........ menurut
histories ketika ditanyakan kepada Sayidina Ali tentang
apa yang disembahnya, Sayidina Ali menjawab:
"Bagaimana
mungkin saya menyembah Allah yang tidak terlihat?".
Jadi khusyu adalah menyaksikan
Allah SWT menjadi REAL atau ihsan, dan bukan
nangis atau nikmat karena kedua hal ini adalah
fenomena di alam rasa saja, akan tetapi hal ini bahkan
meningkat lebih dalam lagi.
Jadi
yang menjadi pertanyaan kita selanjutnya yaitu apakah esensi/spirit
dari sholat ini?........ adapun
esensinya mengingat Allah SWT, dan menyaksikan
Allah Taala sebagai sesembahan kita, ada satu hadits yang populer
yaitu:
”Ash Shalatu mi’rajul mu’minin”
artinya bahwa shalat itu
mi’rajnya orang yang beriman.
Dari pernyataan tersebut
di atas mengandung makna pertama, mi’raj dapat kita rasakan
melalui mendirikan shalat dan kedua yang merasakan mi’raj adalah khusyu`nya
kita-kita sebagai orang beriman, seperti mana kita
pahami bahwa yang dimaksud mi`raj adalah perpindahan dari dunia menuju langit
akhirat atau berangkat dari alam materi ke alam spiritual, yang
artinya mendirikan shalat bukanlah ibadah
yang semata-mata menekankan fisik saja dari takbir hingga salam, melainkan
melibatkan aspek bathin berupa perjalanan spiritual agar bathin kita
dikendalikan oleh Allah Ta’ala, yang diwakilkan kepada hati nurani kita, dan khusyuk`nya
adalah kondisi jiwa kita yang fokus dan memahami apa
yang kita ucapkan sehingga terjadi interaksi antara kita
dengan Allah SWT.
Adapun
untuk memahami makna khusyu ini kita bagi menjadi empat tingkatan :
Pertama,
Kita yang
tidak memahami apa yang kita ucapkan,
adapun hal yang demikian ini kita disebut
”orang mabuk”, sehingga yang mana hal ini
kita dikategorikan belum khusyu.
Kedua,
Kita yang belum mengerti
makna apa-apa yang kita ucapkan, dan mengetahui
bahwa kita sedang menghadap Tuhan, serta
yang mana masih belum merasakan kehadiran Tuhan, demikian
pula kadar interaksi kita dengan
Allah SWT sangat sedikit, dan ini
umumnya yang kita lakukan ketika mendirikan
shalat.
Ketiga,
Kita yang
mengerti makna akan apa yang kita ucapkan akan tetapi
sering ’terlupa’ bahwa dia sedang ”menghadap” Allah SWT,
karena masih terganggu dengan keadaan-keadaan yang terjadi
di sekitar kita termasuk gerak fikiran kita yang
sering berkecamuk dalam sesuatu masalah.
ke empat
mengetahui apa yang kita ucapkan,
dan merasakan kehadiran Allah dalam setiap nafasnya yang keluar dan
yang masuk serta meyakini sesuatu dzat yang turun dan naik dari kerongkongan
menuju dada kita dan kemudian kita dapat merasakan hati individu hidup yang
kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita, lalu seketika
ini pula kita dapat menyaksikan Akbar-Nya, yang mana hal ini kita menyadari seluruh
dalam mendirikan shalat kita, akan
tetapi terkadang sesekali fikiran kita
’nyelonong’ ke sana atau ke sini tetapi segera kembali ingat Allah, maka
yang ke empat sudah cukup baik, akan tetapi
yang ideal adalah seperti sahabat Ali bin Abi Thalib, yang tidak bisa merasakan
apa-apa ketika dalam shalatnya dicabut anak panah yang menghujam ketubuhnya,
karena hatinya fokus ”menghadap” Allah Ta’ala.
Lalu yang
menjadi pertanyaan kita kembali yaitu bagaimana caranya agar
shalat kita khusyu?.......
Pertama, perhatikanlah firman
Allah SWT dalam Al Qur;an surat Al Muzzamil, 73 ayat : 4
atau lebih dari seperdua
itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
Kedua, khusyuk
akan meningkat bila kita memiliki udzur atau masalah,
karena shalat bisa bermakna dzikir dan sekaligus
berdoa, perhatikanlah firman Allah SWT dalam surat Al
Baqarah, 2 ayat: 45.
Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
Dan selanjutnya dalam surat
At Thoha, 20 ayat: 14.
Sesungguhnya Aku ini
adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Maka ingatlah akan nafas kita yang keluar dan masuk serta dzat yang turun
dan naik didada kita, dan kemudian rasakanlah hati individu kita hidup
senantiasa, adapun hal ini sesungguhnya kita sedang berdzkirlah
sepanjang waktu, perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al Qur’an
surat An Nisa, 4
ayat:103.
Maka apabila kamu telah
menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan
di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Ketiga, Shalat
bisa menjadi mi’raj bila kita lakukan dengan haqqul
yakin atau keyakinan penuh atau yakin seyakin-yakinnya,
perhatikanlah firman Allah SWT dalam surat Al
israa’, 17 ayat; 36.
Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.
Jadi
dari kesimpulan dasar-dasar pengetahuan umum ibadah tersebut ini
bisa kita simpulkan bahwa jika kita ingin ”bertemu” dengan
Allah SWT, kita harus memahami doa shalat kita, dan merasakan
begitu dekatnya Allah pada individu kita serta
kita menyadari-Nya, karena memang sebenarnya hal ini
seharusnya demikian yang mana sesungguhnya
bahwa Allah SWT sangatlah dekat,
bahkan lebih dekat dari pada urat leher kita, perhatikanlah firman Allah
SWT dalam Al Qur’an surat Qaaf, 50 ayat:16.
Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan
Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
Dan juga dalam surat An Nisaa, 4 ayat: 126.
Kepunyaan Allah-lah apa
yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha
Meliputi segala sesuatu.
Jadi sekali lagi yang perlulah
kita ketahui mendirikan shalat khusyu ini
merupakan kesadaran individu kita yang di mulai sejak
awal, yaitu sejak dari mendengar adzan, berwudhu, sampai mendirikan
sholat itu sendiri berakhir, adapun maksudnya yaitu dari
Dhikir ke Dhikir, dan inilah
esensi dari penciptaan jin dan individu kita sebagai manusia,
sesuai firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat, 51 ayat:56.
Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Adapun yang menjadi pertanyaan
kita yaitu mengapa
Adzan juga termasuk?.......karena adzan adalah
dhikr, dan selanjutnya yang menjadi pertanyaan kita yaitu kenapa
wudhu juga termasuk?........karena
wudhu adalah penyucian jiwa dan raga kita, adapun
maksudnya yaitu selain badan kita, hati
individu kita juga harus
dibersihkan biar suci, karena ini rasa wudhu itu sebaiknya
juga kita rasakan oleh hati individu kita yang hidup,
karena dengan hati individu yang hidup
maka komunikasi dengan Allah akan mudah terhubung bila
kita bandingkan dengan pikiran
yang berselimutkan kotoran atau crosstalk.
Maka untuk ini
kesadaran kita berhubungan dengan Allah Ta’ala harus terbangun, dan
memang hal ini memang tidak mudah,
karena kesadaran berhubungan dengan hati atau qalbu agar
senantiasa hidup saja memang sulit, dikarenakan qalbu
sifatnya labil atau turun-naik, adapun yang
dimaksud kesadaran disini adalah kondisi terjaga atau tidak
pingsan, dan kita mampu melihat dan merasakan hakekat sesuatu kejadian, dan bisa
mengambil makna di balik kejadian, demikian pula kita
juga paham bahwa sesuatu kejadian ini bukan
sesuatu yang kebetulan terjadi, bahkan yang mana kita
berhasil ”melihat”, ”memahami” serta ”merasakan” bahwa ada sesuatu
kekuatan atau qudrat iradat Allah SWT
yang hadir di balik kejadian ini.
Akhirul kalam,
Rasullullah SAW telah berhasil ’Bertemu’ dengan Allah dalam perjalanan isra mi’raj.
Beliau mengajarkan kepada kita untuk bertemu Allah melalui shalat, maka
tidaklah ada yang tidak mungkin bagi kita untuk melakukan shalat khusyu. Di
dalam shalat khusyu itulah seluruh kesadaran memuncak yang akan menghantarkan
kita berhadapan langsung dengan Allah Ta’ala.
Maka marilah kita berdoa bersama!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan
jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu,
kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU
ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari
ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu
yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami
sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi
kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam
Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati
yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari
hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari
hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering
lalai dari-Mu.
Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak
efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari
pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk
kepada hati yang Engkau kuasai.
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram,
dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya,
dan dari harta yang tidak berkah.
Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang
tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang
telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang
tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari
keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak
pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa
tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur.
Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari
kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang,
dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang
tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu,
dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar