27112011, dikediaman Ust. Abd Azis, Kayu Ringin Bekasi Barat



No.11
Read By
DASAR-DASAR PENGETAHUAN 
UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui apakah pada saat kita mendirikan Shalat kita dapat berhadapan kepada yang kita Ibadati atau  dapat menyaksikan Kebesaran-Nya......, karena hal ini kualitas Jiwa kita sangat tergantung dari dan kemana saja "Perasaan" serta "Pikiran" kita Terikat, adapun selain ini tidak akan menjadi masalah berapa besar sesuatu masalah yang kita alami, akan tetapi yang terpenting adalah sejauh mana kemampuan kita untuk Tidak Terikat terhadap masalah kita tersebut, karena Allah seringkali menghibur kita-kita sebagai hamba-hambaNya yang mengaku beriman kepadaNya.
Didalam suatu histories Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, namun pada masing-masingnya terdapat kebaikan. Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Apabila sesuatu menimpamu janganlah berkata, ‘Seandainya dahulu aku berbuat demikian niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Itulah ketetapan Allah dan terserah Allah apa yang dia inginkan maka tentu Dia kerjakan.’ Dikarenakan ucapan ‘seandainya’ itu akan membuka celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim [2664] lihat Syarh Nawawi, jilid 8 hal. 260).
Hadits yang mulia ini menunjukkan kepada kita yaitu:
Pertama;
Allah ta’ala memiliki sifat cinta kepada sesuatu, adapun kecintaan Allah kepada sesuatu bertingkat-tingkat, samplenya kecintaan-Nya kepada diantara kita-kita sebagai mukmin yang kuat imannya lebih dalam daripada kecintaan-Nya kepada mukmin yang lemah imannya, adapun tanda-tanda kita sebagai orang mukmin yang kuat adalah kita yang mau meluangkan waktu atau mengsengajakan untuk menyempurnakan dengan 4 hal; pertama, ilmu yang bermanfaat, kedua, beramal salih, ketiga, saling mengajak kepada kebenaran, dan keempat, saling menasihati kepada kesabaran, adapun sebaliknya tanda kita sebagai mukmin yang lemah adalah meluangkan sisa waktu atau sekedar mengugurkan kewajiban saja untuk menyempurnakan semua tingkatan ini dari kesibukan urusan suatu masalah.
Kedua;
Adapun tanda kebaikan pada kita sebagai orang beriman ini bertingkat-tingkat, yaitu kita terdiri dari tiga golongan, pertama; yaitu kita yang disebut As-Saabiqun ilal Khairat, yaitu kita yang bersegera melakukan kebaikan-kebaikan, dan adalah kita yang menunaikan amal yang wajib maupun yang sunnah serta meninggalkan perkara yang haram dan yang makruh, kedua; yaitu kita yang disebut Al-Muqtashidun atau pertengahan, yaitu kita adalah orang yang hanya mencukupkan dengan melakukan kewajiban dan meninggalkan keharaman, ketiga; yaitu kita yang disebut Azh-Zhalimuna li anfusihim, yaitu kita adalah orang yang mencampuri amal kebaikan kita dengan amal-amal jelek.
Ketiga;
Adapun perkara yang bermanfaat ada dua macam, yaitu perkara akhirat yaitu keagamaan dan perkara keduniaan, dan kita sebagaimana seorang hamba membutuhkan perkara agama maka kita juga membutuhkan perkara dunia, karena kebahagiaan kita akan tercapai dengan senantiasa bersemangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat di dalam kedua perkara tersebut, adapun tentang perkara yang bermanfaat dalam urusan agama kuncinya ada 2, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal salih, sedangkan Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membersihkan hati individu kita dan ruh sejati kita yang mana sehingga dapat membuahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yaitu ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam ilmu hadits, tafsir, dan fiqih serta ilmu-ilmu lain yang dapat membantunya seperti ilmu bahasa Arab dan lain sebagainya. Adapun amal salih adalah amal yang memadukan antara niat yang ikhlas untuk Allah serta perbuatan yang selalu mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan perkara dunia yang bermanfaat bagi manusia adalah dengan bekerja mencari milik, adapun pekerjaan yang paling utama bagi kita berbeda-beda, yaitu tergantung pada kita dan keadaan kita, adapun batasan untuk ini adalah selama hal ini benar-benar bermanfaat bagi kita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu”
Keempat;
Adapun dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat ini tidak sepantasnya kita bersandar kepada kekuatan, kemampuan dan kecerdasannya semata, namun kita harus menggantungkan hati individu kita yang koordinatnya didalam dada diatas perut kita agar senantiasa hidup kepada Allah ta’ala dan meminta pertolongan-Nya dengan harapan kita dapat merasakan lalu meyakini Dzat yang turun-naik dari tenggorokan kita kedalam dada kita, mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita.
Kelima;
Dan apabila kita seseorang menjumpai perkara yang tidak menyenangkan setelah kita berusaha sekuat tenaga, maka hendaknya kita merasa ridha dengan takdir Allah ta’ala, dan tidak perlu berandai-andai, karena dalam kondisi semacam ini berandai-andai justru akan membuka celah bagi syaitan atau kesesatan atau hijab, maka dengan sikap semacam inilah hati individu kita akan menjadi tenang dan tentram senantisa hidup dalam menghadapi musibah yang menimpa kita.
Keenam;
Di dalam hadits yang mulia tersebut tadi ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara keimanan kepada takdir dengan melakukan usaha yang bermanfaat, adapun kedua pokok ini telah ditunjukkan oleh dalil Al-Kitab maupun As-Sunnah dalam banyak tempat, jadi walhasil Agama kita tidak akan sempurna kecuali dengan kedua hal ini. Sabda Nabi, “Bersemangatlah untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu” dan ini adalah merupakan perintah untuk menempuh sebab-sebab agama maupun dunia, bahkan di dalamnya terkandung perintah untuk bersungguh-sungguh dalam melakukannya, membersihkan niat dan membulatkan tekad, mewujudkan hal ini dan mengaturnya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan sabda Nabi, “Dan mintalah pertolongan kepada Allah” yaitu merupakan bentuk keimanan kepada takdir serta perintah untuk bertawakal kepada Allah ketika mencari kemanfaatan dan menghindar dari kemudharatan dengan penuh rasa harap kepada Allah ta’ala agar urusan dunia dan agama kita menjadi sempurna.
Jadi yang sangat perlu kita ketahui yaitu Iman ini terkait erat dengan Aqidah, adapun Aqidah artinya ikatan, maka inilah sebabnya kita sebagai orang yang beriman akan dihibur sejauh mana keterikatan kita kepada Allah SWT dan segenap peraturan-Nya dengan cara dihadirkannya berbagai masalah hiburan kehidupan kepada kita, adapun Sejatinya masalah ini dihadirkan agar kita lebih terikat lagi kepada Allah, bukan malah "asyik masyuk" terikat dengan berbagai masalah, lalu menjadikan Allah SWT sebagai tempat menumpahkan kekesalan, adapun jika sesuatu masalah hadir dan lalu kita malah terikat dengan masalah tersebut, yakni maksudnya yaitu perasaan dan pikiran kita menjadi seringkali terfokus kepada masalah-masalah tersebut, maka sungguh kita telah tertipu, karena sesuatu masalah ini hadir bukanlah untuk kita berikan perhatian yang berlebihan, akan tetapi masalah ini hadir agar kita mulai memperhatikan Allah SWT dengan cara yang lebih baik, lalu memperhatikan kebersihan jiwa kita.
Karena perlulah kita ketahui semakin kotor jiwa kita dan semakin jauh kita dapat menyaksikan dengan senyata-nyata kepada yang kita ibadati atau Kebesaran-Nya pada saat Mendirikan Shalat, maka apabila hal ini sudah terjadi pada individu kita celakalah kita ini, sekalipun kita rajin shalat, rajin berzikir, rajin mengaji, rajin berpuasa, rajin bersedekah, adapun hal ini terjadi dikarenakan kuatnya MAGNET jiwa kita untuk mengikat berbagai masalah kehidupan yang negatif dari sekitar kita, bahkan saking kuatnya, kita pun turut MENGIKAT permasalahan yang sebenarnya dijatahkan untuk orang lain, maka dengan demikian masalah kita menjadi sangat besar melebihi kapasitas kemampuan kita dikarenakan kita telah menjadi Super Magnet Negatif di Kehidupan ini.
Jadi sekali lagi perlu kita ketahui sesuatu masalah ini hadir hanyalah sebagai amanah dariNya, adapun Amanah berasal dari kata "Amuna" yaitu Jujur yang juga menurunkan kata "Amaanu" yaitu Aman-Tentram, atau "Iimaanu" yaitu Percaya-Yakin dan "Mu'minu" yaitu Orang yang Yakin, jadi walhasil Amanah ini adalah Jujur, terpercaya dan mengamankan atas berbagai hal yang dititipkanNya kepada kita, maka inilah sebabnya jangan sampai kita termasuk orang-orang yang "Tidak Amanah", yakni kita-kita  yang "Tidak Jujur" lagi "Tidak Mengamankan" dan "Tidak Terpercaya" serta "Tidak Percaya" bahkan "Tidak Mempercayakan" ketika kita dihadapkan dengan berbagai masalah.
Karena ini kita harus yakin bahwa masalah hanyalah amanah, bukan untuk diikatkan di jiwa kita, karena masalah adalah tetap masalah, dan kita adalah kita......
Dan kita harus Jujur bahwa sesuatu masalah yang hadir adalah pantas untuk kita, dan dia hadir karena kita banyak dosa yang perlu dibersihkan........
Serta kita harus Mengamankan sesuatu masalah ini, dan jangan sampai masalah ini tersebarluas ke lingkungan individu kita........
Sehingga yang mana kita harus menjadi pribadi Terpercaya, yakni Percaya bahwa kita mampu menyelesaikan sesuatu masalah ini dalam kekuatan Allah SWT........
Bahkan kita pun harus Percaya bahwa Allah SWT tidak mungkin salah mengirimkan sesuatu masalah ini untuk kita...
Pada akhirnya kita harus mempercayakan sepenuhnya sesuatu masalah ini kepada Allah SWT sebab DIA lah yang Maha Memberikan Solusi........
Sehingga yang mana pada akhirnya keseluruhan keterikatan kita kembali hanyalah kepada Allah SWT....... adapun tugas kita hanyalah berikhtiar dengan tetap bertawakkal....... yakni berikhtiar dengan aksi yang dahsyat sebab dipondasikan atas ikatan yang kuat kepada Allah SWT...... dengan demikian, semoga gelar "Al-Amin" yang disandang oleh Rosulullah Shollallahu'alaihiwasallam mulai "menitis" dalam kehidupan kita....... sehingga yang mana semakin mendekati keimanan kita yang sempurna....... 
Para ikhwan yang dimuliakan ALLAH swt, kita seringkali dihidupkan dan dihadapkan dengan berbagai masalah agar kita selalu hidup dan siap menghadap dihadapanNya kelak, maka dengan washilah masalah inilah justru yang tetap membuat kita bertahan di jalan yang benar dan bertuhan kepada Tuhan yang benar...... 
Maka ini lepaskan ikatan yang tidak perlu......
Dan ikatkan individu kita hanya kepada Allah SWT.......
Lepaskan.......
Maafkan........
Tarik nafas........ hembuskan....... lepaskan....... maafkan........lepaskan........maafkan........
dan serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT........
Astaghfirullaahal 'azhiim....
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu,WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah. 

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak pandai bersyukur, dan dari jiwa yang tidak bisa tenang. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.

 


20112011, dikediaman Bpk. Edy, Perum Alinda Kencana 1

No.10
Read by

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

UMUM IBADAH


Perlulah kita ketahui masalah ujian/musibah yang dihadirkan Allah kepada kita bisa menjadi suatu kegembiraan atau kebahagian. Akan tetapi bisa juga menjadi kegelisahan atau kesengsaraan. Jadi tergantung kita menempatkannya, dan tergantung perbuatan atau kelakuan kita, maka mulai saat ini dengan keyakinan penuh, marilah kita selalu berpikir positif terhadap masalah ujian/musibah yang datang silih berganti, karena masalah ujian/musibah adalah ibarat kesulitan yang menghadirkan suatu keistimewaan.

Maka mari kita perhatikan lebih seksama beberapa tanda semesta berikut, samplenya, Layang-layang bisa terbang tinggi justru ketika gerakan angin berani ia hadapi, yaitu melawan arah angin bukan searah mengikuti, dan pohon bisa tumbuh subur tinggi justru ketika diberi pupuk yang bau bukannya diberi minyak wangi, demikian pula makan terasa nikmat, justru ketika kita sudah lapar berat, demikian pula minum terasa menyegarkan justru ketika kita haus kian tak tertahankan. Bahkan sang bintang pun bisa terlihat terang, justru ketika sang bintang berani muncul di antara kegelapan malam.

Ya, demikian pula ketika hadir sebuah masalah maka segeralah mengingat Allah lebih dalam dan lakukanlah INSTROSPEKSI, dan berpikirlah, “Apa yang sudah saya lukakan, sehingga hadir masalah ini?” dan berpikir ke depan serta visioner ini sangatlah baik, akan tetapi flash back atau melihat ke belakang sekilas saja, insya Allah akan membuat kita menginjak gas mobil kehidupan kita dengan lebih yakin, samplenya, ibarat kita sedang mengendarai mobil, tentunya membutuhkan kaca spion sebelum melakukan aksi terobosan yang memukau, namun demikian kita dilarang untuk selalu melihat kaca spion, sebab bagaimanapun juga finish pasti ada di depan, tidak mungkin ia ada di belakang kita, Ya, mungkin tidak baik terlalu lama melihat masa lalu, maafkanlah ia, dan fokuslah pada kenikmatan Allah SWT yang dihadirkan hari ini, seraya bergeraklah ke depan menuju kenikmatan-kenikmatan berikutnya.

Artinya, “kaca spion” yang kita maksud adalah kemampuan kita untuk melakukan aksi INTROSPEKSI dengan cepat ketika masalah hiburan ini hadir dihadapan kita, dan tanyakanlah ke dalam individu kita, yaitu ke dalam hati yang koordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita, di mana di sana ada ALLAH yang menggenggam hati individu sehingga hidup.

Tanyakanlah kepada hati individu kita, artinya tanyakanlah kepada Allah. “Ya Allah, apa maksud semua ini, apa yang harus aku lakukan, aku berserah penuh pada keteraturan yang Engkau buat,Ya Allah”. Ketika PERINGATAN yang menjemput kita maka segeralah bertaubat dengan beristighfar, sedangkan tatkala yang hadir itu sebuah UJIAN maka sesungguhnya UJIAN ini hadir sebagai Anugrah, sebab berbagai ujian inilah yang melahirkan potensi dan kualitas kita yang sejati di kemudian hari.

Ya, kadang kita masih bingung apakah Kesulitan yang hadir ini berupa PERINGATAN ataukah UJIAN/ANUGERAH, namun Jika kita sudah terbiasa membersihkan individu kita maka hati individu kita akan menginformasikan kepada kita apakah masalah hiburan kesulitan tersebut sebuah PERINGATAN ataukah justru sebuah UJIAN atau ANUGERAH, namun secara prinsip, berdasarkan apa yang kita alami dan amati, ternyata apabila kita mendapatkan kesulitan setelah sebelumnya kita berlaku maksiat, maka kesulitan ini biasanya sebuah PERINGATAN, dan ketika kita mendapatkan kesulitan karena sedang meraih atau mengejar sebuah keinginan atau impian atau do’a, dan kitapun tidak sedang berlaku maksiat, maka insya Allah kesulitan ini hadir sebagai UJIAN atau ANUGERAH.

Adapun semakin besar keinginan kita, maka semakin kuat “hiburan” kita, akan tetapi tidak jarang pula hiburan kesulitan hadir sebagai perpaduan antara Peringatan dan Ujian, adapun perpaduan antara peringatan dan anugrah, dan hal ini bisa saja terjadi disebabkan ketika kita sedang mengejar sebuah impian, namun kitapun tetap melakukan perbuatan maksiat, apalagi dalam mengejar impian ini kita terlalu ambisius sehingga nyaris lupa bersyukur, adapun nyaris lupa menikmati kehidupan “saat ini” kita, dan sibuk membayangkan kenikmatan “masa depan” kita yang belum pasti, akan tetapi di balik ini semua, maka yakinlah bahwa setiap “hiburan” kesulitan yang kita ikhlaskan dan kita istighfarkan, insya Allah akan melahirkan kemudahan-kemudahan yang penuh dengan keberkahan.

Para ikhwan yang dimuliakan Allah SWT, ingatlah bahwa kita tidak perlu berlama-lama di episode INTROSPEKSI ini, jadi walhasil yang jelas tidak perlu kita salahkan siapapun ketika kita melakukan proses introspeksi ini, dan mohon kita ingat, ini adalah sebuah aksi introspeksi bukanlah identifikasi, jadi perlu juga kita ketahui Introspeksi ini ke dalam, sedangkan identifikasi itu seringkali keluar dan akhirnya berujung pada kesimpulan bahwa masalah “hiburan” tersebut hadir karena kesalahan orang lain, dan kita hanyalah korban, maka hal ini pastinya kesimpulan yang merugikan kita, karena ini jangan pernah merasa kita menjadi KORBAN, apapun masalah hiburan kita.

Jadi ketika masalah “hiburan” ini hadir maka ada pola standar yang harus kita lakukan, yaitu sungguh, bukan masalahnya yang menjadi masalah, akan tetapi bagaimana sikap kita ketika masalah itu hadir, karena masalah ini adalah sebuah kepastian, akan tetapi sikap kita dalam menghadapi masalah itu adalah sebuah pilihan.

Maka setelah kita sukses berintrospeksi, selanjutnya dengan segera kita pada langkah AKSI SOLUSI yang luar biasa, dan ketahuilah, bahwa Solusi dari masalah kita seringkali tidak berada pada masalah-masalah yang kita miliki, akan tetapi Solusi kita berada pada KEHENDAK ALLAH SWT, dimana ALLAH SWT memiliki kehendak bahwa DIA akan membantu kita. Jika kita mau membantu hamba-hamba Allah lainnya, maka mulai hari ini JANGAN LAGI MENYELESAIKAN MASALAH kita dengan cara yang biasa, dan tidak perlu habiskan energi untuk terlalu fokus mencari solusi dari permasalahan kita, sebab hakekatnya kita secara pribadi tak memiliki kemampuan apapun untuk menyelesaikan masalah-masalah kita, dan hanya ALLAH yang mampu. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.

Dalam Surat ALAM NASYRAH kita disuruh MENYELESAIKAN urusan kita dengan bersungguh-sungguh, nah, tahukah kita, apakah URUSAN KITA ini?.....
Adapun urusan kita ini bukanlah permasalahan pribadi kita, akan tetapi urusan kita adalah membantu menyelesaikan permasalahan diantara kita-kita, artinya apa?..... jika kita, ingin permasalahan kita beres, maka bantulah bereskan atau selesaikan permasalahan diantara kita-kita.

Dalam histories Abdullah bin Umar ra, bahwa Rosulullah saw bersabda:

"Seorang muslim dan lainnya adalah bersaudara, karenanya janganlah menganiaya saudaranya sendiri dan jangan membiarkannya tersiksa. Siapa saja yang memenuhi hajat saudaranya, maka Allah akan memenuhi hajatnya. Dan siapa saja yang memudahkan kesulitan orang lain, niscaya Allah akan melepaskan kesulitannya di hari Qiyamah. Dan barang siapa yang menutup aib orang lain, niscaya Allah menutupi aibnya di hari Qiyamah."
H.R. Muttafaq Alaih alias Bukhori-Muslim.
Sebetulnya, Masalah “hiburan” dihadirkan sebagai ujian, apakah kita bisa bersabar dan bersyukur, atau dihadirkan sebagai kegelisan atau kecemasan agar kita kembali (taubat) dan istighfar (minta ampun), dan setelah itu kita bisa dekat kembali dengan-Nya, lalu fokus membantu sesama, jaga kualitas kekhusyu’an Sholat dan ibadah lainnya, dan bertawakallah secara penuh kepada Allah SWT, jadi walhasil Solusi, jangan sampai gara-gara kita memiliki masalah, justru kita malah menjadi :

1. Tidak khusyu’ shalat kita.
2. Tidak mau membantu sesama karena merasa bahwa "sayalah yang seharusnya dibantu".
3. Tidak bertawakkal kepada Allah SWT.

Jadi bantulah sesama, maka Allah akan membantu kita, nah, apakah makna ini semua?...... dan sebelumnya mari kita bayangkan, seandainya saja kita-kita di seluruh dunia ini masing-masing, maka bagaimana mungkin bisa terjadi sinergi yang baik, bahkan, kita pun dulu pernah tidak jadi berbuat baik karena kita teringat atau fokus kepada masalah kita, saat itu, ketika kita mau bersedekah kepada seseorang, tiba-tiba ada bisikan pikiran .. "Hai ....., kok kamu ini ga tahu malu ya, kamu sendiri kan banyak hutang, eh malah sedekah..... apa gak malu sama Allah?" Astaghfirullah.......

Para ikhwan yang dimuliakan Allah SWT, Solusi kita, mari kita ambil sebuah pembelajaran dari peristiwa tersebut, yaitu jangan sampai kita gagal berbuat kebaikan disebabkan kita fokus kepada masalah kita, cukuplah pengalaman ini menimpa kita, nah, kesimpulannya adalah ketika kita hari ini sedang memiliki MASALAH, maka sebenarnya kita sedang diberikan "tanda" oleh Allah SWT bahwa ada diantara sekitar kita yang sedang butuh bantuan kita, pasanglah antene kebajikan ini, dan lakukan searching dengan hati individu kita...... kemudian rasakanlah....... lalu bantulah mereka......, maka perhatikan apa yang terjadi dalam kehidupan kita ketika kita berhasil membantu menyelesaikan masalah-masalah diantara kita, maka tidak perlu heran jika justru masalah kita secara AJAIB menjadi selesai tuntas, atas bantuan Allah SWT.

Bukan Masalahnya yang menjadi Masalah, tapi bagaimana sikap Anda ketika masalah itu hadir. Sebab, ternyata dengan washilah berbagai masalah itulah yang membuat Anda tetap berTAHAN dan berTUHAN. Itu sebabnya, Jangan  besar-besarkan masalah Anda, sehingga Anda lupa membesarkan Allah, yang memberikan solusi dari masalah kita, maka jangan katakan, "Wahai Allah, masalahku sangat besar," akan tetapi katakanlah, "Wahai  masalah, Allah itu Maha Besar."


"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu,WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah. 

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak pandai bersyukur, dan dari jiwa yang tidak bisa tenang. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.


13112011, dikediaman Mas Haris, Pondok Ungu Permai Sektor 5

No.9
Read By

 DASAR-DASAR
PENGETAHUAN IBADAH

Perlulah kita ketahui bahwa Shalat adalah ibadah yang terpenting dan utama dalam Islam, adapun dalam deretan rukun Islam Rasulullah saw. menyebutnya sebagai yang kedua setelah mengucapkan dua kalimah syahadat atau syahadatain.
Didalam histories riwayat Bukhari dan Muslim, Rasullulah bersabda:


Islam dibangun atas lima pilar: bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berhajji ke ka’bah baitullah dan puasa di bulan Ramadlan.

Demikian pula ketika ditanya Malaikat Jibril mengenai Islam, Rasullah saw. lagi-lagi menyebut shalat pada deretan yang kedua setelah syahadatain.
Histories Muslim.

Adapun kita yang mengingkari salah satu dari rukun Islam, secara otomatis menjadi murtad atau keluar dari Islam, didalam suatu histories Abu Bakar Ash Shidiq ra. ketika menjabat sebagai khalifah setelah Rasullulah Saw. wafat, pernah dihebohkan oleh sekelompok orang yang menolak zakat, maka hal ini bagi Abu Bakar mereka telah murtad, maka wajib diperangi, maka para sahabat bergerak memerangi mereka, adapun histories ini  dikenal dengan harbul murtaddin, ini baru menolak zakat, apalagi menolak shalat!

Maka ketika menyebutkan ciri-ciri kita yang bertakwa pada awal surah Al-Baqarah, Allah menerangkan bahwa menegakkan ibadah shalat adalah ciri kedua setelah beriman kepada yang ghaib Al-Baqarah, 2 ayat: 3. lihat quran klik disini

2:3
Who believe in the unseen, establish prayer, and spend out of what We have provided for them,
 
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Adapun shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca didalam penyaksian dan sebagainya.

Demikian pula dari proses bagaimana ibadah shalat ini disyariatkan, lewat kejadian yang sangat agung dan kita kenal dengan peristiwa Isra’ Mi’raj– Rasulullah saw. dan bukan dari menerima melalui perantara Malaikat Jibril, yaitu melainkan Allah swt langsung mengajarkannya, maka dari sinilah tampak dengan jelas keagungan ibadah shalat, yang mana bahwa shalat bukan masalah ijtihadi atau hasil karangan otak kita yang bisa ditambah dan dikurangi, akan tetapi melainkan masalah ta’abbudi yaitu harus diterima apa adanya dengan penuh keta’atan, maka sekecil apapun yang akan kita lakukan dalam shalat harus sesuai dengan apa yang diajarkan Allah langsung kepada Rasul-Nya, dan yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita, adapun samplenya bila dalam ibadah haji Rasulullah saw. bersabda,
Ambillah dariku cara melaksanakan manasik hajimu”.
maka dalam shalat Rasullah bersabda,
shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat”.

Adapun untuk menjelaskan bagaimana cara Rasullulah saw melaksanakan shalat, paling tidak ada dua dimensi yang bisa diuraikan dalam pembahasan ini yaitu dimensi ritual dan dimensi spiritual.

Dimensi ritual shalat, yaitu adalah tata cara pelaksanaannya, termasuk di dalamnya berapa rakaat dan kapan waktu masing-masing shalat, sample shalat shubuh dua rakaat menjelang pagi hari, shalat zhuhur empat rakaat saat tengah hari, shalat ashar empat rakaat menjelang sore hari, shalat maghrib tiga rakaat menjelang malam hari, shalat isya’ empat rakaat masuk pada saat malam hari yang harus ditegakkan, adapun dalam hal ini tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah saw, apa lagi ulama, yang mencoba-coba berusaha merevisi atau menginovasi, samplenya yang empat rakaat dikurangi menjadi tiga, yang tiga ditambah menjadi lima, yang dua ditambah menjadi empat dan lain sebagainya.

Demikian pula dalam segi waktu pun tidak ada seorang ulama yang berani menggeser, katakanlah waktu shalat Zhuhur digeser ke waktu dhuha, waktu shalat Maghrib digeser ke Ashar dan sebagainya maka marilah kita perhatikan firman Allah dalam surat An-Nisa’,  ayat: 103. lihat quran klik disini

 
4:103

And when you have completed the prayer, remember Allah standing, sitting, or [lying] on your sides. But when you become secure, re-establish [regular] prayer. Indeed, prayer has been decreed upon the believers a decree of specified times.

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.



Artinya shalat kita tidak dianggap sah bila dilakukan sebelum waktunya atau kurang dari jumlah rakakat yang telah ditentukan, maka dalam konteks ini tentu tidak bisa beralasan dengan shalat qashar yaitu memendekkan jumlah rakaat atau jama’ taqdim dan ta’khir yaitu menggabung dua shalat seperti dzhuhur dengan ashar dengan diawalkan atau diakhirkan, karena masing-masing dari cara ini ada nashnya dari Alquran dan sunnah Rasullah saw,
Perhatikan firman Allah dalam surat An-Nisa’,   ayat: 101. lihat quran klik disini

 
4:101

And when you travel throughout the land, there is no blame upon you for shortening the prayer, [especially] if you fear that those who disbelieve may disrupt [or attack] you. Indeed, the disbelievers are ever to you a clear enemy.

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.


Adapun menurut pendapat Jumhur arti qashar di sini ialah: sembahyang yang empat rakaat dijadikan dua rakaat. Mengqashar di sini ada kalanya dengan mengurangi jumlah rakaat dari 4 menjadi 2, yaitu di waktu bepergian dalam keadaan aman dan ada kalanya dengan meringankan rukun-rukun dari yang 2 rakaat itu, yaitu di waktu dalam perjalanan dalam keadaan khauf. dan ada kalanya lagi meringankan rukun-rukun yang 4 rakaat dalam keadaan khauf di waktu hadhar, dan inipun kita tidak setiap saat, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam nash.

Demikian pula apa yang dibaca dalam shalat juga tercakup dalam tata cara ini dan harus mengikuti tuntunan Rasulullah. jadi tidak bisa membaca apa saja seenak kita, maka apa bila Rasullulah saw memerintahkan agar kita harus shalat seperti beliau shalat, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menambah-nambah, termasuk dalam hal menambah membaca terjemahan secara terang-terangan dalam setiap bacaan yang dibaca dalam shalat, karena sepanjang pengetahuan kita tidak ada nash yang memerintahkan untuk kita membaca terjemahan bacaan dalam shalat, melainkan hanya perintah bahwa kita harus mengikuti Rasullulah secara ta’abbudi dalam melakukan shalat ini.

Adapun mungkin orang lain mengatakan kepada kita benar kita harus mengikuti Rasullulah, akan tetapi bagaimana kalau kita tidak mengerti apa makna bacaan yang kita baca dalam shalat?....... bukankah justru hal ini akan mengurangi nilai ibadah shalat itu sendiri?...... dan pada akhirnya kita hadir dalam shalat menjadi seperti burung beo, mengucapkan sesuatu akan tetapi tidak paham apa yang kita ucapkan?...... adapun maksudnya yaitu penjelasan untuk mengerti bacaan dalam shalat, caranya tidak mesti dengan membaca terjemahannya ketika shalat, melainkan kita bisa melakukannya di luar shalat, sebab tindakan membaca terjemahan dalam shalat seperti tindakan kita seorang pelajar yang menyontek jawaban dalam ruang ujian, maka bila kita menyontek, sudah pasti jawaban merusak ujian pelajar.

Jadi walhasil membaca terjemahan dalam shalat akan merusak shalat kita, samplenya bila kita sebagai si pelajar beralasan bahwa kita tidak bisa menjawab kalau tidak nyontek, maka jawabannya kita salah!..... mengapa kita tidak belajar sebelum masuk ke ruang ujian, demikian pula bila kita beralasan bahwa kita tidak mengerti kalau tidak membaca terjemahan dalam shalat, maka yang pasti demikian pula jawabannya?..... yaitu kita salah mengapa kita tidak belajar memahami bacaan tersebut di luar shalat, adapun jawaban yang pasti yaitu mengapa kita harus mengorbankan shalat demi memahami bacaan yang kita baca dalam shalat?........ adapun hal ini  sesungguhnya bisa kita lakukan di luar shalat.

Jadi yang terpenting yaitu kita mengikuti cara Rasullah bershalat yaitu ternyata bukan hanya bisa kita pahami dari hadits tersebut, melainkan dalam teks-teks Alquran sangat nampak dengan jelas samplenya, dari segi bahasa dan gaya ungkap Alquran selalu menggunakan “aqiimush shalaata” yaitu tegakkankanlah shalat atau “yuqiimunash sahalat” yaitu menegakkan shalat, adapun yang menariknya buat kita yaitu ungkapan seperti ini juga digunakan Rasullulah saw dalam histories Muslim mengenai pertemuannya dengan Malaikat Jibril, Rasullah bersabda:
watuqiimush shalata“.
Demikian pula pada histories Bukhari dan Muslim mengenai pilar-pilar Islam bersabda:
waiqaamish shalati“.
Jadi yang menjadi pertanyaan kita disini adalah apa  makna dari aqiimu atau yuqiimu di sini?......  mengapa tidak langsung mengatakan shallu atau bershalatlah atau yushalluuna atau mereka bershalat?....... maka para ahli tafsir bersepakat bahwa dalam kata aqiimu atau yuqiimuuna mengandung makna penegasan bahwa shalat ini harus ditegakkan secara sempurna yaitu baik secara ritual dengan memenuhi syarat dan rukunnya, tanpa sedikitpun mengurangi atau menambah, maupun secara spiritual dengan melakukannya secara khusyuk seperti Rasulullah saw melakukannya dengan penuh kekhusyuan, adapun masalah khusyu’ adalah pembahasan dimensi spiritual shalat yang akan kita bahas dalam pembahasan dasar dasar pengetahuan ibadah setiap minggu, baik yang lalu-lalu maupun selanjutnya yang akan datang tidak akan ada habis-habisnya.

Ya Allah, seandainya diantara kita-kita keseluruhan yang hadir saat ini mengetahui bahwa Engkau menjawab persoalan secara langsung, barangkali kita-kita akan bolak-balik datang untuk bertanya kepadaMu.

Ya Allah, demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui bahwa rahmat-Mu bisa dirasakan langsung ke dalam dada kita, barangkali kita-kita akan datang terus menerus tidak kenal waktu untuk meminta-Mu mengisi dada kita dengan ketenangan yang sejuk.

Ya Allah, dan demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui tentang rahasia ketinggian shalat, mereka akan menunggu waktu-waktu shalat dan melakukannya dengan hati gembira.
Tuhan pasti tahu semua, termasuk apa yang kita rasakan. Akan tetapi Tuhan tidak pernah merasakan. Mungkin Tuhan harus dipaksa dengan memperbanyak shalat  untuk wujudkan keinginan kita. Doakan aku”

Mungkin Tuhan bisa dipaksa untuk menuruti keinginan kita, melalui rintihan dengan memperbanyak shalat ini. Tapi setelah keinginan tercapai, apakah kita bahagia? Pasti tidak! Karena Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Kalaupun Allah mengabulkan, itu hanya untuk membuktikan pada kita bahwa apa yang kau inginkan tidak akan membuatmu bahagia, justru kesengsaraan yang kita dapat.

Ya Allah, tunjukilah kami seperti mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan ampunilah, kami seperti mereka yang Engkau pelihara, serta berikanlah kami berkah, seperti mereka yang telah Engkau beri berkah, jagalah kami dari kejelekan yang telah Engkau tetapkan, Maha Suci Engkau Ya Allah segala puji hanya untuk-Mu, kepada Mul-lah aku bertobat dan memohon ampunan.

Maha Suci Tuhan-ku yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, semoga shalawat beriring salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Muhammad dan sanak keluarga berikut sahabat-sahabatnya.