09092012, Dikediaman Uda Herman, Perumnas I, Bekasi

Read by Bpk Sumardi

DASAR-DASAR 
PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Setelah memaknai materi-materi sebelumnya, perlulah kita ketahui para ikhwan yang dimulikan Allah SWT, marilah kita bersama-sama ber-muhasabah, menghitung-hitung, sudahkah keduanya kita tata sedemikian rupa hingga menambah nilai ketakwaan kita kepada-Nya, karena hati individu kita ini harus selalu kita jaga agar kita dapat senantiasa merasakan hidup, dan jangan sampai lalai terkena penyakit pikiran kita, karena kelalaian hati individu kita kalau kita sudah tidak dapat merasakan hidup, susah nian diobati, namun demikian insya Allah mudah kita hindari, dan bila merasa kita ini banyak kelalaian segeralah minta ampun kepada-Nya dengan memperbanyak shalat-shalat sunah, agar kita menjadi suci kembali, karena Dia Allah adalah Tuhan Maha Suci yang sangat menyukai kesucian, maka hendaknya kita senantiasa dalam kondisi suci lahir maupun bathin. Perhatikan firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat:52:
“Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu...”
Ayat tersebut ini mengingatkan kepada kita bahwa dalam setiap menghembuskan nafas kita, maka seketika ini pula kita harus dapat merasakan bahkan harus meyakini dzat yang turun dari tenggorokan kita, sehingga menyentuh hati individu kita hidup, yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita, maka inilah yang dikatakan kesadaran kita yang universal, dan seyogyanya kita selalu menempatkan Allah SWT sebagai pelabuhan terakhir, berarti kita dapat mengingat Allah SWT dimana saja dan kapan saja selama kita masih berada diatas bumi-Nya, kitapun sesungguhnya sudah sangat sering melihat bermacam-macam ekspresi diantara kita dalam mengingat Allah SWT, menangis, berdiam, menyanyi, menari dan berkata-kata.
Adapun dalam konteks ini kita sebagai umat islam tidak pernah lepas dari 3 hal:
1.      “Do`a” yaitu permintaan kepada Allah SWT
2.      “Wirid” yaitu bacaan tertentu untuk mendapatkan “aliran” dari Allah SWT
3.      “Shalat” yaitu segala gerak-gerik dan aktivitas yang berobsesi taqarrub kepada Allah SWT.
Termasuk juga zikir adalah melafadzkaan kata-kata tertentu, karena zikir sangat penting karena ia merupakan langkah pertama tapakan cinta kepada Allah SWT. Maka zikir merupakan bentuk komitmen kita dan kontinuitas kita untuk meninggalkan segala haal yang berbentuk kelupaan kepada Allah SWT dan memasuki wilayah musyahadah atau persaksian, serta mengalahkan rasa takut kita bersamaan dengan rasa kecintaan kita yang mendalam, dan zikir dapat dimaknai juga dengan “kita berlindung kepada Allah SWT”. Atau secara sederhana dapat kita katakan bahwa zikir ini adalah untuk kita mengingat Allah SWT yang dapat kita lakukan dengan diam-diam atau bersuara.
Adapun zikir ada 2 macam:
1.      Zikr bi al lisan, yaitu kita mengucapkan lafadz-lafadz atau redaksi yang dapat menggerakan hati individu kita agar dapat hidup untuk mengingat Allah SWT, maka zikir dengan pola ini dapat dilakukan pada saat-saat tertentu dan tempat tertentu pula, samplenya, berzikir pada saat selepas shalat.
2.      Zikr bi al qalb, yaitu keterjagaan hati individu kita untuk selalu mengingat Allah SWT, adapun zikir ini dapat kita lakukan dimana saja dan kapan saja, jadi tidak ada pembatasan ruang dan waktu, pelaku sufi lebih mengistimewakan zikir bi al qalb karena implikasinya yang hakiki, meskipun demikian, zakir atau kita seorang yang berzikir dapat mencapai kesempurnaan apabila kita mampu berzikir dengan lisan sekaligus dengan hati individu kita.
Meskipun secara global terdapat dua kutub zikir, namun dalam realitasnya terdapat 7 jenis zikir:
1.      Zikr bi al lisan, atau kita pengucapan dengan bersuara
2.      Zikr al nafs, atau tanpa suara kita dan terdiri atas gerak dan rasa didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita
3.      Zikr al qalb, atau perenungan hati individu kita, yaaitu seluruh pemikiran maupun perasaan kita tujukan atau konsentrasikan atau mendekat dengan adanya sesuatu yang hidup
4.      Zikr al ruh, atau tembus cahaya dan sifat-sifat ilahiah
5.      Zikr al sirr, atau penyingkaapan rahasia illahi
6.      Zikr al khafy, atau penglihatan cahaya keindahaan
7.      Zikr akhfa al khafy, atau penglihatan realitas kebenaran Yang Maha Mutlak
Adapun yang tidak kalah pentingnya, para jama`ah Majelis Mudzakaroh yang mulia, adalah bahwa zikir tidak menuntut kita untuk memahami konteks, karena zikir hanya memerlukan arahan seorang guru, maka zikir yang efektif adalah zikir yang diilhami dengan tepat oleh seorang guru ruhani dan selalu dalam pantauannya, jadi hal ini secara sederhana dan praktis dapat saksikan dalam ranah tradisi pesantren, yang mana dikalangan santri, zikrullah biasanya diawali dengan zikr bi al lisan, yaitu mengucapkan redaksi tertentu secara khusyu atau konsentrasi dan istiqamah atau kontinuitas, serta thuma`ninah atau stabil, dan mula-mula zikr bi al lisan kita lakukan sebagai bagian dari ritual keagamaan, samplenya, mengucapkan lafadz “Subhanallah al adzim” adapun teori-teori zikir ini sudah tentu mengacu kepada ajaran sufi yang telah dipercaya otentisitasnya, yang mana sehingga zikr bi al lisan tidak hanya sebatas ritual, akan tetapi tahapan yang memfokus kedalam dada kita, dan sehingga pada tahap tertentu secara otomatis mewujud dalam rutinitas hati individu kita hidup, dimana hati individu kita dengan sendirinya tergerak menuju ke alam musyahadah.
Memang pada tahap awal pengucapan zikir terasa sebatas lisan, meskipun demikian hal ini bukanlah sesuatu yang buruk, hanya saja kita perlu meningkatkan kualitas zikir kita sehingga benar-benar mengantarkanya pada kondisi persaksian atas kesucian dan keagungan Allah SWT, adapun kontinuitas zikir mampu membawa kita pada satu tahapan dimana persaksian terhadap Allah SWT memenuhi wilayah qalbu atau hati, yang mana pada tahap ini zikir tidak lagi berada di wilayah kesadaran namun juga masuk dalam wilayah ketidaksadaran. Sehingga proses zikir pun berjalan di kala terjaga, tidur, pingsan, mati suri bahkan sakaratul maut, sebagaimana telah disinggung bahwa orientasi zikir adalah penataan qalbu, karena qalbu memegang peranan penting dalam kehidupan individu kita sejati sebagai manusia, karena baik buruk aktivitas kita sangat bergantung kepada kondisi qalbu.
Adapun konsepsi zikir ini menunjukan bahwa zikir merupakan pelatihan hati individu kita untuk bermusyahadah kepada Allah SWT, adapun musyahadah berarti pengabaian kita atas perilaku yang destruktif dan kemunculan obsesi untuk menjadi pribadi yang sempurna, maka musyahadah inilah makna hidup yang telah lama menghilang dari kehidupan kita sehingga kita terperangkap kedalam bagai krisis, samplenya krisis mental, krisis sosial, krisis struktural dan krisis etika, adapun hilangnya musyahadah dari kita beriringan dengan orientasi hidup kita yang serba materi, maka hidup kita tidak lagi berkualitas karena pengabaian kita terhadap makna dan nilai, yang mana sehingga kerja keras hanya kita ukur seberapa besar produk yang kita hasilkan dan seberapa lama waktu yang telah kita habiskan, padahal kerja keras juga mencakup nilai seberapa besar manfaat produk ini memberi manfaat bagi kita, maka disinilah peran zikir yaitu memacu kita untuk bertindak berdasarkan pemanfaatan dan kemaslahatan, dan yang mana diantara kita mengatakan:
“Bahwa hidup yang hakiki adalah kepedulian terhadap hakikat dan berpaling dari kepalsuan”
Bila demikian, segala rupa tindakan lahiriah kita membutuhkan kejujuran, profesionalitas dan berorientasi kemaslahatan secara luas dan dalam konteks ini kita dapat memperhatikan pribadi-pribadi sempurna, samplenya, umar bin abdul aziz yang layak disebut sufi adalah seorang pemimpin negara atau khalifah berkualitas yang berhasil menjadikan kekuasaannya lebih bermakna bagi kehidupan, Jabir bin Hayyan, sufi sekaligus ilmuwan, Fariduddin Al Atthar, sufi dan juga konglomerat, artinya, bahwa kesufian kita tidak akan menghalangi aktivitas sehari-hari kita sebagai manusia biasa yang butuh pada pemenuhan hidup dan perjuangan membangun cita-cita kemanusiaan.
Adapun kenyataan ini bukanlah sesuatu yang ganjil sepanjang kita mampu menjaga proporsionalitas antara ilmu, amal dan tazkiyah al qalbi atau kebersihan hati individu kita. Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Hajj ayat:54
“Agar orang-orang yang diberi ilmu meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang Haq dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”
Demikianlah dahulu para ikhwan yang dimuliakan Allah SWT, jadi walhasil, bahwa zikir dapat membimbing kita untuk beraktivitas dengan hati individu kita dan zikir akan mempersembahkan hati individu kitaa sebagai manusia sebagai tempat suci dimana alam semesta menjelma sebagai bukti-bukti kehadiran Allah SWT, kapan saja dan dimana saja.
Maka sekian dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, semoga penjelasan ini bermanfaat buat kita semua yang hadir dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya !
 
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin

02092012, Dikediaman Bpk Supardi MZ, Perum Alinda Kencana I

Read by Bpk Dedy

DASAR-DASAR 
PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Setelah memaknai dan semakin memahami materi-materi sebelumnya, sebagaimana kita ketahui bahwasanya puasa sesungguhnya ada 3 pase puasa:
-          Puasa biasa
Maksudnya adalah menahan pikiran kita terhadap makanan, minuman dan hubungan biologis antara suami istri dalam jangka waktu mulai shalat subuh sampai shalat magrib

-          Puasa khusus
Maksudnya adalah menjaga telinga kita agar tetap menangkap gelombang, dan mata kita agar tetap dapat menangkap sinar, serta lidah kita dapat merasakan keluar masuk mengucap Allah dengan sendirinya, lalu tangan serta kaki kita dan juga anggota badan lainnya dapat menangkap getaran peredaran darah kita.

-          Puasa sangat khusus
Maksudnya adalah puasa pikiran dengan mencegahnya dari memikirkan perkara-perkara yang hina dan dunia, yang ada hanyalah menyaksikan atau memandang wajah atau kebesaran Allah SWT dan akhirat. Jenis puasa demikian dianggaap batal bila sampai mengingat perkara-perkara duniawi selain menyaksikan atau memandang Allah SWT dan tidak untuk akhirat, jadi puasa yang kita lakukan dengan mengingat perkara-perkara duniawi adalah batal, kecuali mendorong kearah pemahaman agama, karena ini merupakan tanda ingat pada akhirat, dan tidak termasuk pada yang bersifat dunia.
Maka kita yang masuk ke dalam pase puasa sangat khusus akan merasa berdosa bila hari-harinya hanya terisi dengan hal-hal yang dapat membatalkan puasa, karena rasa berdosa ini bermula dari rasa tak yakin terhadap karunia, serta janji Allah SWT untuk mencukupkan atau dengan rezeki-Nya, adapun untuk pase ke 3 ini adalah milik atau hanya dapat dicapai oleh para Rosul, Para wali Allah dan mereka yang selalu berupaya mendekatkan hati individu kita yang hidup atau berdenyut, yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita kepada-Nya, adapun hal ini tidaklah cukup kita lukiskan dengan kata-kata, karena hal tersebut telah menjadi nyata dalam tindakan atau aksi, dan tujuan kita hanyalah semata-mata berdedikasi atau mengabdi kepada Allah SWT, dan mengabaikan segala sesuatu selain Dia. Firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al An`am ayat 91:
“Katakanlah, Allah! Kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya”
Adapun syarat-syarat batin puasa khusus adalah jenis ibadah yang diamalkan sebagaimana oleh orang-orang saleh, dan puasa ini bermakna menjaga seluruh organ tubuh kita agar tidak melakukan dosa dan harus pula memenuhi ke 6 syaratnya:
1.      Suatu hal yang suci tidak melihat apa yang dibenci Allah SWT, samplenya menahan mata dari melihat sesuatu yang dicela atau makruh, atau yang dapat membimbangkaan dan melalaikan hati individu kita dari mengingat Allah SWT, sabda Nabi Muhammad, “Pandangan adalah salah satu dari panah-panah beracun milik setan, yang telah dikutuk Allah. Barangsiapa menjaga pandangannya, semata-mata karena takut kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan memberinya keimanan, sebagaimana rasa manis yang diperolehnya dari dalam haati”.HR. Al Hakim, Hadist shahih.
Jabir menghistorieskan dari Anas, bahwa Rasulullah SAW, telah bersabda: “Ada 5 hal yang dapat membatalkan puasa seseorang, berdusta, mengumpat, menyebar isu (fitnah), bersumpaah paalsu dan memandang dengan penuh nafsu”.
2.      Menjaga ucapan yaitu menjaga lidah atau lisan dari perkataan sia-sia, berdusta, mengumpat, menyebarkan fitnah, berkata keji dan kasar, melontarkan kata-kata permusuhan atau pertentangan dan kontroversi. Dengan lebih banyak kita berdiam, memperbanyak dzikir dan membaca atau mengkaji Al Quran. Said Sufyan berkata, “Sesungguhnya mengumpat akan merusak puasa! Laits mengutip Mujahid yang berkata, “Ada dua hal yang merusak puasa, yaitu mengumpat dan berbohong”.
Rasulullah SAW, bersabda, “Puasa adalah perisai, maka barangsiapa diantaramu sedang berpuasa janganlah berkata keji dan jahil, jika ada orang yang menyerang atau memakimu, katakanlah, aku sedang berpuasa! Aku sedang berpuasa!”. HR. Bukhari Muslim.
3.      Menjaga pendengaran kita dari segala sesuatu yang tercela, karena setiap sesuatu yang dilarang untuk kita ucapkan juga dilarang untuk kita dengarkan, dan inilah mengapa Allah SWT, tidak membedakan antara kita yang suka mendengar yaang haram dengan kita yang suka memakan yang haram. Dalam Al Quran Allah SWT berfirman surat Al Maidah ayat:42
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram”.
Juga surat Al Maidah ayat:63
“Mengapa para rabbi dan pendeta dikalangan mereka tidak melarang mereka dari berucap dosa dan memakan barang terlarang?”.
Oleh karena ini sebaiknya kita berdiam dan menjauhi pengumpat. Firman Allah SWT dalam surat Annisa ayat:140
“Jika engkau (tetap duduk bersama mereka), sungguh, engkaupun seperti mereka...”.
Maka inilah mengapa Rasulullah SAW, mengatakan: “Yang mengumpat dan pendengarnya, berserikat dalam dosa”. HR. At Tirmidzi
4.      Menjaga sikap perilakukita atau menjaga semua anggota badan kita lainnya dari dosa, samplenya kaki dan tangan kita dijauhkan dari perbuatan yang makruh, dan menjaga perut dari makanan yang kita ragukan kehalalannya atau syubhat ketika berbuka puasa, karena puasa tidak punya arti apa-apa bila kita lakukan dengan menahan dari memakan yang halal dan hanya berbuka dengan makanan haram, maka kita yang berpuasa seperti demikian, bagaikan kita membangun istana, akan tetapi merobohkan kota, bahkan makanan yang halal juga akan menimbulkaan kemudharatan, adapun ini bukan karena mutunya akan tetapi karena jumlahnya, maka puasa dimaksudkan untuk mengatasi hal tersebut, dan jangan sampai karena didera kekhawatiran, atau karena sakit yang berkepanjangan, kita dapat memakan obat berlebihan, tetapi jelas tidak masuk akal jika kemudian ada yang menukar obat dengan racun, karena makanan haram adalah racun berbahaya bagi kehidupan beragama, dan sedang makanan halal ibarat obat, yang akan memberikan manfaat apabila dimakan dalam jumlah cukup, maka tidak demikian halnya dalam jumlah berlebihan, memang tujuan kita puasa adalah mendorong lahirnya sikap pertengahan. Bersabda Rasulullah SAW, “Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan sesuatu, kecuali laapar dan dahaga saja”. HR. An Nasa`i, Ibnu Majah.
Adapun hal ini ada diantara kita yang mengartikan pada kita yang berpuasa namun berbuka dengan makanan yang haram, akan tetapi ada pula yang menafsirkan dengan kita yang berpuasa yang menahan dari makanan halal akan tetapi berbuka dengan daging dan darah manusia, dikarenakan kita telah mengumpat orang lain, dan lainnya lagi menafsirkan bahwa kita ini berpuasa akan tetapi tidak menjaga anggota tubuh kita dari berbuat dosa.
5.      Menghindari makan berlebihan, atau berbuka puasa dengan makan yang tidak berlebihan, yang mana sehingga rongga dada kita menjadi sesak, maka tidak ada kantung yang lebih tidak disukai Allah SWT selain perut yang penuh atau berlebihan dengan makanan halal, maka dapatkah puasa kita bermanfaat sebagai cara mengalahkan musuh Allah SWT dan mengendalikan hawa nafsu kita, serta bila berbuka menyesaki perut dengan apa yang biasa kita makan siang hari?...karena terlebih biasanya di bulan puasa masih disediakan makanan tambahan, yang justru dihari-hari biasa tidak tersedia.
Sesungguhnya hakikat puasa adalah melemahkan tenaga kita yang biasa dipergunakan setan untuk mengajak kita kearah kejahatan, oleh sebab ini lebih penting atau esensial bila mampu mengurangi porsi makan malam dalam bulan Ramadhan, dibanding malam-malam diluar bulan Ramadhan saat tidak berpuasa, karenanya tidak akan mendapatkan manfaat disaat berpuasa bila kita tetap makan dengan porsi makanan yang biasa kita makan pada hari-hari biasa, bahkan dianjurkan mengurangi tidur disiang hari, dengan harapan dapat merasakan semakin melemahnya kekuatan jasmani kita, yang akan mengantarkannya pada penyucian jiwa kita, oleh karena itu, barang siapa telah “meletakkan” kantung makanan di antara hati individu kita dan dada kita, tentu kita akan buta terhadap karunia tersebut, meskipun perut kita kosong, maka belum tentu terangkat hijab atau tabir yang terbentang antara individu kita dengan Allah, terkecuali telah mampu mengosongkan pikiran dan mengisinya dengan mengingat kepada Allah SWT semata, maka demikian adalah puncak segalanya, dan titik mula dari semuanya ini adalah mengosongkan perut kita dari makanan.
6.      Menuju kepada Allah SWT dengan rasa takut dan pengharapan, maka setelah berbuka puasa, selayaknya kita terayun-ayun antara takut atau khauf dan harap atau raja`, karena kita pun tidak mengetahui, apakah puasa kita diterima sehingga individu kita termasuk orang yang mendapatkan karunia-Nya, sekaligus kita yang dekat dengan-Nya, ataukah puasa kita tidak diterima, sehingga kita menjadi orang yang dicela oleh-Nya, maka pemikiran seperti inilah yang seharusnya ada pada setiap kita yang telah selesai melaksanakan suatu ibadah. Dari Al Hasan bin Abil Hasan Al Bashri, bahwa suatu ketika melintaslah sekelompok orang sambil tertawa terbahak-bahak. Hasan Al Bashri lalu berkata: “Allah SWT telah menjadikan Ramadhan sebagai bulan perlombaan. Disaat mana para hamba-Nya saling berlomba dalam ibadah. Beberapa diantara yang lain tertinggal dan kalah. Sungguh menakjubkan mendapati orang yang masih dapat tertawa terbahak-bahak dan bermain diantara atau keadaan ketika mereka yang beruntung memperoleh kemenangan dan mereka yang merugi memperoleh kesia-siaan. Demi Allah, apaabila hijab tertutup, mereka yang berbuat baik akan dipenuhi atau pahala perbuatan baiknya dan mereka yang berbuat cela juga dipenuhi oleh kejahatan yang diperbuatnya”.
Dengan kata lain, kita yang puasanya diterima akan bersuka ria. Sementara kita yang ditolak akan tertutup bagi gelak tawa. Dari Al Ahnaf bin Qais, bahwa suatu ketika seseorang berkata kepadanya: “Engkau telah tua, berpuasa akan melemahkanmu”.
Tetapi Al Ahnaf bahkan menjawab: “Dengan berpuasa, sebenarnya aku sedang mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang. Bersabar dalam menaati Allah SWT. Tentu akan lebih mudah dari pada menanggung siksa-Nya”.
Demikianlah, semua itu adalah makna signifikan puasa. Maka sekian dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, semoga penjelasan ini bermanfaat buat kita semua yang hadir dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir di mingggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.

Amin ya rabbal alamin