DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Perlulah kita ketahui mengapa
mendirikan shalat menjadi rutinitas yang membosankan kita, dan kita lakukan
hanya untuk memenuhi kewajiban?........ jadi sangat perlulah kita ketahui
karena di bawah sadar kita, selama ini ada perasaan tak suka melakukan
mendirikan shalat, adapun rasa tak suka ini dikarenakan kita tak merasakan
nikmatnya mendirikan shalat, sebab tidak khusyunya dalam mendirikan shalat
kita.
Adapun untuk mengecek rasa tak
suka ini sangatlah mudah saja, yaitu tanyakan ke individu kita yang kordinatnya
didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita, sudahkah kita merasakan ia
berdenyut atau hidup atau bergetar atau berzikir, dan selanjutnya apakah
seandainya mendirikan shalat lima waktu ini tidak diwajibkan oleh syariat,
apakah kita akan tetap mendirikan shalat?........ dan ada lagi perintah untuk
kita bertahajjud, akan tetapi hal ini tidak diwajibkan, apakah kita bisa
bergegas untuk mendirikan shalat malam ini?........ padahal hal sudah
dijanjikan untuk kita, jika kita melakukan tahajjud akan diberi kemuliaan oleh
Allah SWT.
Begitu pula saat kita mendengar
suara azan, di bawah sadar kita selalu ”berkata” meski hal ini kadang tak kita
ucapkan ”Ya… Azan…” dan ”Inilah pertanda di bawah sadar kita tak suka mendirikan
shalat”, adapun perasaan bawah sadar kita tak suka shalat ini dikarenakan kita
tak pernah mengalami nikmatnya mendirikan shalat, karena nikmat
mendirikan shalat kita dapat dari ke-khusyu-an, jadi wal hasil sekali lagi yang
sangat perlu kita ketahui yaitu hal ini disebabkan ada ”doktrin” yang selalu,
dan sejak lama masuk ke file otak kita, bahwa mendirikan shalat khusyu ini
sanmgat sulit, maka saking lama file ini
terpendam, yang mana sehingga ”doktrin” ini menjadi suatu keniscayaan di alam
mindset kita atau bawah sadar kita, maka sama halnya ketika mengatakan kita
bodoh atau tak bisa, maka akan benar-benar menjadi bodohlah dan tak bisalah
kita.
Untuk membuktikan kata-kata
atau ”doktrin” sangat berpengaruh kepada kita, cobalah ukur panjang hasta tangan
kiri kita mulai dari siku ke ujung jari tengah dengan menggunakan jengkal
tangan kanan kita, maka kurang lebih panjangnya dua jengkal, lalu pejamkan mata
kita, dan rentang tangan kiri kita kembali, dan perintahkan tangan kiri kita
menjadi lebih panjang, sebutkan panjang… panjang… semakin panjang, setelah
terasa semakin panjang kemudian buka mata kita, lalu ukur kembali, pasti
ukurannya lebih panjang dari ukuran semula, dan selanjutnya marilah kita
lakukan sebaliknya, serta perintahkan untuk menjadi lebih pendek, ”Nah, kita
bayangkan, sekian tahun otak kita dijejali perkataan ”bahwa mendirikan shalat
khusyu’ ini sulit”, maka sulitlah untuk kita menjadi khusyu’ ini,”, karena ini
ubahlah mindset kita menjadi ”mendirikan shalat khusyu’ ini mudah”, dan
memang mudah, buktinya nabi dan para sahabat, para ulama dan masih banyak lagi
diantara kita-kita yang bisa meraih kekhusyukan, bukankah mereka juga manusia
yang sama seperti kita, diciptakan dan diberikan fasilitas yang sama oleh Allah
SWT.
Firman Allah SWT dalam Al
Qur’an surat Al Baqaroh, 2 ayat: 45-46.
(#qãZÏètFó$#ur
Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur
îouÎ7s3s9 wÎ) n?tã tûüÏèϱ»sø:$# ÇÍÎÈ tûïÏ%©!$# tbqZÝàt Nåk¨Xr& (#qà)»n=B öNÍkÍh5u öNßg¯Rr&ur Ïmøs9Î) tbqãèÅ_ºu ÇÍÏÈ
“Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka
akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.
Sayid Qutb dalam Tafsir Fi
Zhilalil Quran menyebutkan shalat adalah shilatun atau nyambung dan liqo atau
pertemuan antara seorang hamba dan Tuhannya. Rasa sambung atau hubungan itu
dapat menguatkan hati, hubungan yang dirasakan ruh, hubungan yang dengannya
jiwa mendapat bekal di dalam menghadapi realitas kehidupan dunia. Dalam QS
AlFath (48):4
uqèd
üÏ%©!$# tAtRr& spoYÅ3¡¡9$# Îû É>qè=è% tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#ÿrß#y÷zÏ9 $YZ»yJÎ) yì¨B öNÍkÈ]»yJÎ) 3 ¬!ur
ßqãZã_ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 tb%x.ur
ª!$# $¸JÎ=tã $VJÅ3ym ÇÍÈ
“Dia-lah
yang Telah
menurunkan ketenangan ke dalam
hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan
mereka (yang Telah ada)”.
Mendirikan shalat memiliki efek
terhadap fisik dan psikis atau kejiwaan kita secara fisik, dalam sebuah hadits
disebutkan, mendirikan shalat adalah istirahat bagi tubuh kita, dan dalam
gerakannya mendirikan shalat menuntut streching atau peregangan dan
memaksimalisasi aliran oksigen serta darah ke otak kita pada saat sujud, adapun
terpenuhinya oksigen dan darah yang membawa berbagai nutrisi ke otak kita akan
membuat seluruh fisik kita dalam kondisi fit.
Adapun dari sisi kejiwaan kita,
mendirikan shalat idealnya dapat menenangkan jiwa kita atau kedamaian kita atau
ketenangan kita, yang mana sehingga kita tak emosional, dan jiwa kita yang
damai, serta kita tenang yang pada akhirnya melahirkan prilaku yang juga
positif seperti disebutkan ”shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar”,
nah yang menjadi pertanyaan kita yaitu mendirikan shalat seperti apa yang dapat
mencegah perbuatan keji dan mungkar ini?......... yaitu mendirikan shalat yang
kita laksanakan dengan menghidupkan atau menghadirkan hati individu kita yang
kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita dalam setiap
gerakan dan bacaan kita, adapun bacaan mendiriksasn shalat kita tidak sekadar
kita baca, akan tetapi kita hayati, yang mana sehingga terjadi dialog serta
rasa sambung kepada Allah, adapun metode atau cara untuk memunculkan rasa
sambung ini adalah dengan menghadirkan kesadaran sang ”aku” atau ruh atau jiwa
yang turun dari tenggorokan kita kedalam dada kita kepada Allah SWT yaitu pada saat mendirikan shalat.
Menghadirkan sang aku (jiwa)
dalam shalat dimulai dari mengetahui siapa sesungguhnya ”aku”. Aku bukanlah
fisik. Tubuhku bukan ”aku”, sama seperti ketika menyebutkan ”rumahku”
berarti rumahku bukan ”aku”. Karena rumah dan aku adalah dua wujud yang berbeda
dan terpisah. Begitu pula tubuhku, tanganku, kepalaku. Semuanya terpisah dengan
aku. Jadi tubuh kita yang
bergerak bukan ”aku”-nya kita. ”Aku” adalah jiwa. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al Fajr, 89 ayat: 27-28.
bergerak bukan ”aku”-nya kita. ”Aku” adalah jiwa. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al Fajr, 89 ayat: 27-28.
$pkçJr'¯»t
ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# ÇËÐÈ
ûÓÉëÅ_ö$# 4n<Î) Å7În/u ZpuÅÊ#u Zp¨ÅÊó£D ÇËÑÈ
”wahai jiwa yang tenang kembalilah ke Rab-mu dengan hati yang
puas lagi diridhoi-Nya”.
Jadi sesungguhnya saat
mendirikan shalat jiwa kitalah yang pergi menghadap Allah SWT, menghadirkan
jiwa kita saat mendirikan shalat menghadap Allah SWT inilah yang kita sebut
dengan menghadirkan ”sang aku”, adapun sang aku secara fitrah senantiasa akan
tunduk dan patuh kepada Allah SWT, karena sang aku tercipta dari min ruhi atau
tiupan ruh Tuhan.
Adfapun menghadirkan jiwa kita
merupakan kesadaran sang aku, kesadaran inilah harus tetap kita jaga selama
mendirikan shalat, bahkan kesadaran ini nantinya akan tetap terjaga dalam
keseharian, adapun sadar bahwa sang aku secara fitrah taat, dan tunduk kepada
Allah SWT, yang mana sehingga kesadaran ini akan menjadikan mendirikan shalat
bisa mencegah perbuatan buruk dan mungkar, jadi, untuk menjadi khusyu, kita
harus ubah mindset dari mengganggap khusyu ini sulit menjadi khusyu ini mudah,
dan jangan gunakan persepsi dalam mendirikan shalat, karena mendirikan shalat
dimulai dengan ketundukan hati individu kita hidup, dan apabila kita selama
masih menggunakan persepsi, maka selama ini pula kita menggunakan pikiran kita,
maka mulailah kita dengan hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara
dua rongga dada dioatas perut kita, karena hatilah yang kemudian akan
mempengaruhi otak dan fisik kita.
Seperti yang kita sebut, bahwa
kita yanmg khusyu adalah kita yang senantiasa yakin dapat menyaksikan yang kita
ibadati atau aklbar-Nya atau wajah-Nya atau bertemu Allah SWT, adapun syarat
kedua, yakin, danm jika kita masih sulit untuk yakin, maka berdoalah. ”Ya,
Allah turunkan keyakinan kepadaku” dan perintahkan ke otak kita dengan sepenuh
hati. ”Aku yakin ya Allah, yakin ya Allah” terus begitu, jadi,
untuk yakin tak perlu kita buat-buat, pasrah saja kepada Allah SWT, nah, pasrah inilah syarat ketiga untuk khusyu, samplenya seperti pasrahnya saat kita akan tidur, danm bukankah saat kita akan tidur tidak berpersepsi?........ tidak pakai ilmu, bagaimana tidur, tidur, ya tidur saja, akan tetapi tak perlu ilmu tidur, tidak perlu kita pikirkan, karena ketika kita pikirkan justru tak akan bisa tidur, jadi, pasrah saja.
untuk yakin tak perlu kita buat-buat, pasrah saja kepada Allah SWT, nah, pasrah inilah syarat ketiga untuk khusyu, samplenya seperti pasrahnya saat kita akan tidur, danm bukankah saat kita akan tidur tidak berpersepsi?........ tidak pakai ilmu, bagaimana tidur, tidur, ya tidur saja, akan tetapi tak perlu ilmu tidur, tidak perlu kita pikirkan, karena ketika kita pikirkan justru tak akan bisa tidur, jadi, pasrah saja.
Adapun dalam pengertian lain
yaitu pasrah adalah rela, dan relakan jiwa kita bertemu Allah SWT, sebagaimana
pasrah dan rela ini tidak usah kita pikirkan, yaitu pasrah begitu saja, karena
salah satu jalan untuk rela dengan mengakui segala kelemahan dan kesalahan lalu
bermohon, samplenya, katakan ”Ya Allah ini hambamu yang berdosa datang
menghadap, tundukkan hati individuku, turunkan ketenangan di hati individuku,”
lalu panggil Allah dengan penuh pengharapan, ”ya Allah, ya Allah”, ikuti saja
apa yang kita rasakan, sehingga terasa di hati individu kita suatu perasaan
yakin, tenang dan damai, adapun keyakinan dan ketengangan ini merupakan suatu
pengalaman yang diturunkan Allah SWT, lalu muncul pertanyaan kita, khusyu ini
seperti apa?........ perhatikanlah firman Allah SWT dalan surat Al Baqarah, 2
ayat: 465-46 yang berbunyi “orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya”, jadi musyahadah atau rukun Islam
yang pertama atau bersahadat ini Allah SWT yang menurunkan ”Sesuatu yang given
atau diberi,” kepada kita yang mau, jadi wal hasil kata kuncinya yaitu mau atau
tidak, atau beriman atau tidak.
Maka sekianlah dahulu
dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar
kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat
mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!
"Ya Allah, gantungkanlah
kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami
hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang
tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA
ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari
ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada
harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu
yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui
Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah
kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan
wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian
manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah
terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.
Ya Allah Yang Maha Menguasai,
lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak
menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa
takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki,
lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta
yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.
Ya Allah Yang Maha
Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu,
atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak,
lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang
tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan,
lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah
kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai
bersyukur.
Ya Allah Yang Maha Menghentikan
Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari
hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan,
lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru
menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau
kabulkan.
Amin ya rabbal alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar