15012012. Dikediaman Bpk. Sopri, Kp. Babakan, Bekasi

No.18
Read By Ust Rudy

DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui sholat adalah ungkapan sang Kholik untuk berkomunikasi dengan individu kita sejati sebagai mahluk-Nya, maka sebaiknya masuk ke state khusyu atau ihsan  dulu baru shalat, atau samplenya, bukankah dalam berkomunikasi sebaiknya kita mengikuti sesuai dengan lawan bicara kita atau komunikan?......mohon maaf kita menggunakan bahasa neurology, karena hal ini hanya untuk memudahkan kita komunikasi sesuai era sekarang, dan bukankah Allah SWT ini Ad Dhohiru dan sekaligus Al Bathinu, yang artinya selain dengan bahasa kasat atau oral dalam kesadaran  juga kita tambahkan komunikasi bathin kita atau hati individu kita atau subconsiousness.

Karena apabila kondisi kita masih dalam posisi betha kita paksa masuk alpha atau theta kita khawatirkan bagi kita yang belum berpengalaman sulit sampai tahap AH-HA, karena tahap betha adalah tahap dimana otak kiri kita masih bekerja aktif, dan tahap alpha atau theta adalah tahap dimana kita dalam posisi rilek, dan spiritual berada, adapun apabila kita sudah masuk states ini lebih awal maka komunikasi individu kita  mudah nyambung, dan ini betul-betul nyata kita dapat rasakan sendiri.

        Adapun yang menjadi pertanyaan kita sekarang yaitu apakah kondisi khusyu ini berupa kondisi nangis ngejer dan berakhir dengan merasakan kenikmatan?........ menurut histories ketika ditanyakan kepada Sayidina Ali tentang apa yang disembahnya, Sayidina Ali menjawab:
"Bagaimana mungkin saya menyembah Allah yang tidak terlihat?".
Jadi khusyu adalah menyaksikan Allah SWT menjadi REAL atau ihsan, dan bukan nangis atau nikmat  karena kedua hal ini adalah fenomena di alam rasa saja, akan tetapi hal ini bahkan meningkat lebih dalam lagi.

Jadi yang menjadi pertanyaan kita selanjutnya yaitu apakah esensi/spirit dari sholat ini?........ adapun esensinya mengingat Allah SWT, dan menyaksikan Allah Taala sebagai sesembahan kita, ada satu hadits yang populer yaitu:
”Ash Shalatu mi’rajul mu’minin”
artinya bahwa shalat itu mi’rajnya orang yang beriman.
Dari pernyataan tersebut di atas mengandung makna pertama, mi’raj dapat kita rasakan melalui mendirikan shalat dan kedua yang merasakan mi’raj adalah khusyu`nya kita-kita sebagai orang beriman, seperti mana kita pahami bahwa yang dimaksud mi`raj adalah perpindahan dari dunia menuju langit akhirat atau berangkat dari alam materi ke alam spiritual, yang artinya mendirikan shalat bukanlah ibadah yang semata-mata menekankan fisik saja dari takbir hingga salam, melainkan melibatkan aspek bathin berupa perjalanan spiritual agar bathin kita dikendalikan oleh Allah Ta’ala, yang diwakilkan kepada hati nurani kita, dan khusyuk`nya adalah kondisi jiwa kita yang fokus dan memahami apa yang kita ucapkan sehingga terjadi interaksi antara kita dengan Allah SWT.

Adapun untuk memahami makna khusyu ini kita bagi menjadi empat tingkatan :


Pertama,
Kita yang tidak memahami apa yang kita ucapkan, adapun hal yang demikian ini kita disebut ”orang mabuk”, sehingga yang mana hal ini kita dikategorikan belum khusyu.
Kedua,
Kita yang belum mengerti makna apa-apa yang kita ucapkan, dan mengetahui bahwa kita sedang menghadap Tuhan, serta yang mana masih belum merasakan kehadiran Tuhan, demikian pula kadar interaksi kita dengan Allah SWT sangat sedikit, dan ini umumnya yang kita lakukan ketika mendirikan shalat.
Ketiga,
Kita yang mengerti makna akan apa yang kita ucapkan akan tetapi sering ’terlupa’ bahwa dia sedang ”menghadap” Allah SWT, karena masih terganggu dengan keadaan-keadaan yang terjadi di sekitar kita termasuk gerak fikiran kita yang sering berkecamuk dalam sesuatu masalah.
ke empat
mengetahui apa yang kita ucapkan, dan merasakan kehadiran Allah dalam setiap nafasnya yang keluar dan yang masuk serta meyakini sesuatu dzat yang turun dan naik dari kerongkongan menuju dada kita dan kemudian kita dapat merasakan hati individu hidup yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita, lalu seketika ini pula kita dapat menyaksikan Akbar-Nya, yang mana hal ini kita menyadari seluruh dalam mendirikan shalat kita, akan tetapi terkadang sesekali fikiran kita ’nyelonong’ ke sana atau ke sini tetapi segera kembali ingat Allah, maka yang ke empat sudah cukup baik, akan tetapi yang ideal adalah seperti sahabat Ali bin Abi Thalib, yang tidak bisa merasakan apa-apa ketika dalam shalatnya dicabut anak panah yang menghujam ketubuhnya, karena hatinya fokus ”menghadap” Allah Ta’ala.

Lalu yang menjadi pertanyaan kita kembali yaitu bagaimana caranya agar shalat kita khusyu?.......

Pertama, perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al Qur;an surat Al Muzzamil, 73 ayat : 4
73:4
Or add to it, and recite the Qur'an with measured recitation.
atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.

Kedua, khusyuk akan meningkat bila kita memiliki udzur atau masalah, karena shalat bisa bermakna dzikir  dan sekaligus berdoa, perhatikanlah firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah, 2 ayat: 45.

2:45
And seek help through patience and prayer, and indeed, it is difficult except for the humbly submissive [to Allah ]
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

Dan selanjutnya dalam surat At Thoha, 20 ayat: 14.

20:14

Indeed, I am Allah . There is no deity except Me, so worship Me and establish prayer for My remembrance.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Maka ingatlah akan nafas kita yang keluar dan masuk serta dzat yang turun dan naik didada kita, dan kemudian rasakanlah hati individu kita hidup senantiasa, adapun hal ini sesungguhnya kita sedang berdzkirlah sepanjang waktu, perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat An Nisa, 4 ayat:103.

4:103

And when you have completed the prayer, remember Allah standing, sitting, or [lying] on your sides. But when you become secure, re-establish [regular] prayer. Indeed, prayer has been decreed upon the believers a decree of specified times.
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Ketiga, Shalat bisa menjadi mi’raj bila kita lakukan dengan haqqul yakin atau keyakinan penuh atau yakin seyakin-yakinnya, perhatikanlah firman Allah SWT dalam surat Al israa’, 17 ayat; 36.

17:36

And do not pursue that of which you have no knowledge. Indeed, the hearing, the sight and the heart - about all those [one] will be questioned.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Jadi dari kesimpulan dasar-dasar pengetahuan umum ibadah tersebut ini bisa kita simpulkan bahwa jika kita ingin ”bertemu” dengan Allah SWT, kita harus memahami doa shalat kita, dan merasakan begitu dekatnya Allah pada individu kita serta kita menyadari-Nya, karena memang sebenarnya hal ini seharusnya demikian yang mana sesungguhnya bahwa Allah SWT sangatlah dekat, bahkan lebih dekat dari pada urat leher kita, perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Qaaf, 50 ayat:16.

50:16

And We have already created man and know what his soul whispers to him, and We are closer to him than [his] jugular vein
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,

Dan juga dalam surat An Nisaa, 4 ayat: 126.

4:126

And to Allah belongs whatever is in the heavens and whatever is on the earth. And ever is Allah , of all things, encompassing.
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

Jadi sekali lagi yang perlulah kita ketahui mendirikan shalat khusyu ini merupakan kesadaran individu kita yang di mulai sejak awal, yaitu sejak dari mendengar adzan, berwudhu, sampai mendirikan sholat itu sendiri berakhir, adapun maksudnya yaitu dari Dhikir ke Dhikir, dan inilah esensi dari penciptaan jin dan individu kita sebagai manusia, sesuai firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat, 51 ayat:56.
51:56

And I did not create the jinn and mankind except to worship Me.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Adapun yang menjadi pertanyaan kita yaitu mengapa Adzan juga termasuk?.......karena adzan adalah dhikr, dan selanjutnya yang menjadi pertanyaan kita yaitu kenapa wudhu juga termasuk?........karena wudhu adalah penyucian jiwa dan raga kita, adapun maksudnya yaitu selain badan kita, hati individu kita  juga harus dibersihkan biar suci, karena ini rasa wudhu itu sebaiknya juga kita rasakan oleh hati individu kita yang hidup, karena dengan hati individu yang hidup maka komunikasi dengan Allah akan mudah terhubung bila kita bandingkan dengan pikiran yang berselimutkan kotoran atau crosstalk.
Maka untuk ini kesadaran kita berhubungan dengan Allah Ta’ala harus terbangun, dan memang hal ini memang tidak mudah, karena kesadaran berhubungan dengan hati atau qalbu agar senantiasa hidup saja memang sulit, dikarenakan qalbu sifatnya labil atau turun-naik, adapun yang dimaksud kesadaran disini adalah kondisi terjaga atau tidak pingsan, dan kita mampu melihat dan merasakan hakekat sesuatu kejadian, dan bisa mengambil makna di balik kejadian, demikian pula kita juga paham bahwa sesuatu kejadian ini bukan sesuatu yang kebetulan terjadi, bahkan yang mana kita berhasil ”melihat”, ”memahami” serta ”merasakan” bahwa ada sesuatu kekuatan atau qudrat iradat Allah SWT yang hadir di balik kejadian ini.

Akhirul kalam,  Rasullullah SAW telah berhasil ’Bertemu’ dengan Allah dalam perjalanan isra mi’raj. Beliau mengajarkan kepada kita untuk bertemu Allah melalui shalat, maka tidaklah ada yang tidak mungkin bagi kita untuk melakukan shalat khusyu. Di dalam shalat khusyu itulah seluruh kesadaran memuncak yang akan menghantarkan kita berhadapan langsung dengan Allah Ta’ala.

Maka marilah kita berdoa bersama!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.

08012012, dikediaman Bpk. Ali (RT) Gebang Tinggi

No.17
Read By Ust. M. Nasep

DASAR-DASAR PENGETAHUAN
UMUM IBADAH


Perlulah kita ketahui pada kesempatan yang baik ini kita akan mengajak saudara2 yang hadir yang dimuliakan Allah SWT untuk menjenguk jiwa kita yang menderita akibat beban yang terlalu lama ditanggung kita, yang manah rasa lelah ini mengakibatkan ruhani menjadi kering dan hampir saja sakit jiwa, karena tidak dapat menghindari eksekusi berupa ancaman-ancaman dosa dan beban tuntutan melaksanakan kebaikan2 serta meninggalkan larangan aturan agama yang sering disampaikan dalam setiap pertemuan pengajian. adapun yang mana hal selama ini aturan formal telah kita jadikan alat kepercayaan yang kita bebankan terus menerus secara eksternal. samplenya: kita harus baik, kita tidak boleh iri, tidak boleh marah, tidak boleh berbuat riya, tidak boleh syirik, dan kita harus sabar, harus mencintai tuhan kita dan rasul kita, harus mencintai sesama muslim. sebab jika tidak, kita termasuk tergolong orang yang harus masuk neraka, dst. maka keadaan ini bersifat "top down"yang diwarisi secara turun-temurun dari ulama, kyai, ustadz, kitab2 atau ditanamkan melalui keluarga dan tradisi.

Akan tetapi sebenarnya aturan formal agama hanyalah merupakan alat pemandu kita atau peta kebenaran yang muncul dari jiwa kita, karena jiwa kita sendiri memiliki potensi keagamaan secara fitrah. adapun potensi2 kebaikan ini tidak bisa kita paksakan seperti kiata memaksa kita harus tersenyum, kita harus bergembira, kita harus berbahagia, kita harus mencintai, dll. Maka hal ini akan sangat aneh jika kita harus tertawa, sedangkan kita sendiri tidak merasa perlu dan harus tertawa, atau kita merasa rindu ini tidak bisa kita katakan "kita harus rindu" kepada si pulan, maka hal ini akan sangat berbahaya bagi kesehatan jiwa kita kalau tetap kita paksakan untuk "harus" berbuat rindu atau mencintai si fulan.

jadi sekali lagi yang sangat perlu kita ketahui bahwa Al Quran dalam hal ini memandu kita dan mengarahkan bakat yang muncul dalm individu kita atau menunjukan ciri2nya saja antara kita yang sudah mendapatkan keadaan iman maupun yang masih tertutup oleh cahaya Illahi, yang mana sehingga hampir selalu pada setiap ayat mendampingkan perbuatan jahat dengan perbuatan ketakwaan.

adapun hari ini yang kita bahas adalah adanya perbedaan penafsiran dari sebuah ayat Surat Al Maidah(5) ayat:69 dalam Al Quran yang dikutif diantara kita, dan merupakan jalan pembenaran untuk mendukung pendapatnya. adapun bagi kita yang tidak mengerti Al Quran, kita akan setuju kepada pendapat diantara kiata tersebut, yang mana dengan ayat ini Beliau memberikan landasan bahwa beragama dengan cara apapun dibolehkan dalam Al Quran

5:69

Indeed, those who have believed [in Prophet Muhammad] and those [before Him] who were Jews or Sabeans or Christians - those [among them] who believed in Allah and the Last Day and did righteousness - no fear will there be concerning them, nor will they grieve.
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
 
 Adapun problem tentang sedikit kekhawatiran kita terhadap pendapat semacan ini, bagaimana kita begitu mudah menyimpulkan ayat tersebut dengan sangat gampang dan tidak mau tahu bahwa tidak semua diantara kita yang mengerti bahasa Arab, dan mampu menangkap Ushlub Al Quran, dan kalau kita berpandangan seperti ini alangkah kacaunya hidup kita, karena didalam Al Quran banyak sekali ungkapan2 yang bersifat kondisional, samplenya pada surat Annisa(4) ayat:43.
4:43

O you who have believed, do not approach prayer while you are intoxicated until you know what you are saying or in a state of janabah, except those passing through [a place of prayer], until you have washed [your whole body]. And if you are ill or on a journey or one of you comes from the place of relieving himself or you have contacted women and find no water, then seek clean earth and wipe over your faces and your hands [with it]. Indeed, Allah is ever Pardoning and Forgiving.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Jadi jika cara berpikir tersebut yang kita pakai, maka mungkin akan muncul pendapat bahwa meminum khamar atau mabuk boleh saja, asal kita diluar shalat, adapun artinya sebelum atau sesudah shalat kita boleh mabuk, mungkin kita agak risih dengan cara diantara kita dalam mengambil rujukan Al Quran, yaitu dikarenakan cara mengambilnya sepotong2 dan diterjemahkan menurut kepentingannya, dan sesungguhnya, kalau mau jujur, tentunya kita haris memaknai kata "beriman" dengan sisi pandang islam, demikian pula dengan "beramal shaleh" tentunya. Karena yang dirujuk adalah Al Quran, yang notabene pegangan bagi setiap kita sebagai muslim, yang dimaksud disini adalah beramal shaleh secara islam.

kita menduga diantara kita ini menerjemahkan kata "iman" dengan "percaya". adapun maksudnya percaya kepada Allah hari akhir titik!   Padahal beriman yang dimaksud pada ayat tersebut kepada keberadaan Allah Yang Maha Esa, dan tidak sepertianggapan kaum penyembah berhala dan yahudi. Karena perbuatan kaum penyembah berhala itu adalah kaum Jahiliyah Mekah. yang mengenal Tuhan dengan Latta dan Uzza sebagai anak Allah laki2 dan perempuan. Adapun pengertian beriman dijelaskan pada ayat lain secara rinci, bahwa Allah tidak laki2 dan tidak perempuan, tidak sama dengan makhluknya, tidak beranak dan tidak diperanakan, dst.

dalam islam ada rukun iman, yakni beriman kepada Allah, Kepada Rasulullah, Kepada Malaikat2-Nya, kepada kitab2 yang diturunkan-Nya, Kepada hari akhir, dan kepada ketentuan Allah. Tentunya kalau percaya kepada Rasul2 Allah, Harus percaya kepada Muhammad, termasuk bahwa Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir, termasuk pula percaya kepada hadist2nya. Kalau percaya kepada Muhammad SAW, tentu harus percaya kepada kitab yang diturunkan kepadanya, yakni Al Quran.

Adapun sementara ini kata "Beramal shaleh" kita artikan terlalu sempit dalam bahasa sehari-hari. yaitu kalau kita sudah menyumbang kepada fakir-miskin kita sebutkan dengan beramal. Maka boleh jadi ada diantara kita yang menerjemahkan kata "beramal shaleh" tersebut sebagai "menyumbang sejumlah uang kepada yang memerlukan" padahal kita mesti memahami bahwa pengertian beramal shaleh disini berarti melaksanakan syariat agama dengan benar, syahadat, shalat, zakat, haji, puasa, dan banyak lagi perintah dan tuntutan Al Quran yang harus kita laksanakan. maka dari pengertian singkat disini saja jawabannya sudah jelas. yakni apakah kita orang Yahudi, orang kafir, atau orang bahkan orang atheis sekalipun, kalau kemudian kita menjadi islam karena "beramal shaleh", tentu "tak ada kekhawatiran lagi baginya dan tidak bersedih hati" (QS Al Maidah ayat.69) serta "akan menerima pahala dari Tuhan mereka." (QS Al Baqarah ayat.62)

Jadi sekali lagi perlu kita ketahui yang mana disini kita sengaja menanggapi tanggapan yang berada diantra kita hanya dengan logika saja. tak memakai pendukung hadist2 atau ayat2 lain dalam Al Quran. dan kitapun tidak juga membahas dari sudut pengetahuan hakikat dan dari hasil mendirikan shalat sebagaimana yang kita dan ikhwan2 lakukan.

Samplenya, Didalam histories terjadi kepada Salman Al Farisi yaitu seorang pencari Tuhan, dia telah banyak berpetualang mencari agama, kemudian Umar bin Khatthab, sebelumnya adalah penyembah berhala,.....para ahlul kita dsb. Demikian pula semuanya telah beriman kepada Allah SWT dan mengamalkan ajaran-Nya dengan tuntunan Rasulullah, inilah contoh orang yang dimaksudkan oleh Al Baqarah ayat.62. sehingga mereka benar termasuk yang mendapat pahala dan tidak merasa khawatir dan merasa sedih. Demikian pula tanggapan kita, kepada diantara kita, saya mohon maaf kalau ada kalimat2 saya yang kurang mengenakan anda. dan saya percaya orang seperti anda sependapat dengan saya, bahwa perbedaan pendapat adalah rahmat, yang pada akhirnya justru akan memperkaya pengetahuan kita. 


Maka sekianlah dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin