DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM
IBADAH
Perlulah kita ketahui
sesungguhnya ibadah mendirikan shalat merupakan sebaik-baiknya amal, karena ia
mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah Subhânahu wa Ta’âla, maka dengan
ibadah inilah yang membedakan antara kita sebagai orang mukmin dengan agama-agama
lain, karena ia merupakan ibadah yang mampu melebur dosa kita, dan ketika kita
seorang mukmin mengetahui betapa pentingnya mendirikan shalat dan begitu
mulianya kedudukannya di sisi Allah Subhânahu wa Ta’âla, maka tentu kita
sebagai seorang muslim kita mau tidak mau harus melaksanakannya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh aturan Syariat kita, yaitu
Islam.
Adapun mendirikan Shalat
khusyu’’ merupakan dambaan setiap kita, bahkan berbagai macam cara yang kita
lakukan untuk menggapai Shalat khusyu’’, samplenya, pada saat pelaksanaan
mendirikan shalat kita yang mematikan lampu, memejamkan mata kita, dan konon
katanya kita harus mengosongkan semua fikiran kita, bahkan konon katanya ada
juga yang merasakan terbangnya rohnya ketika shalat, bahkan juga untuk
menggapai kekhusyu’kan ada diantara kita yang
membuat pelatihan-pelatihan shalat khusyu’’ berjamaa’ah dengan tarif
tertentu, maka tentunya semua hal ini menimbulkan suatu pertanyaan, apakah memang
seperti itu shalat khusyu’’?......... dan apakah cara-cara seperti tersebut ini
sudah sesuai menurut tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam?............ Insya Allah melalui beberapa kajian mingu-minggu yang lalu
hingga kini tentang dasar dasar pengetahuan ibadah ini kita akan membahas
kenapa pentingnya shalat khusyu’’?......... dan apa definisi khusyu’’?.........
serta apa hukumnya dan apa kiat-kiat untuk menggapainya?.......
Pentingnya Khusyu’’ dalam
Shalat.
Jadi sekali lagi sangat perlu
kita ketahui bahwasanya Khusyu’’ merupakan perkara yang sangat agung, adapun
hal ini cepat sirnanya dan jarang keberadaanya kita temukan, khususnya di akhir
era ini yang penuh dengan berbagai macam fitnah dan godaan, baik godaan dari
perasaan kita sendiri maupun godaan dari
pikiran kita yang berupaya memalingkan kita dari kekhusyu’kan kita pada saat
pelaksanaan shalat.
Maka jauhnya kita dari
kekhusyu’kan dalam melaksanakan shalat, dikarenakan hal ini adalah benar
adanya, bahkan seorang sahabat besar yang bernama Huzaifah ibnu Yaman
radhiyallahu ‘anhu telah menggambarkan:
“Yang pertama kali yang akan hilang dari agamamu adalah khusyu’k’, dan
hal yang terakhir yang akan hilang dari agamamu adalah shalat, betapa banyak
orang shalat tetapi tiada kebaikan padanya, hampir saja engkau memasuki masjid,
sementara tidak ditemukan diantara mereka orang yang khusyu’k.”
(Madarijussalikin, Imam Ibnul Qayyim 1/521)
Bila kita tanyakan pada pribadi
kita sendiri dalam melaksanakan shalat yang kita lakukan sebagai seorang
muslimin, apakah kita sudah menyapai kekhusyu’’an dalam mendirikan
shalat?....... maka jawabannya adalah masih jauh dari kekhusyu’kan, karena hal
ini fikiran kita masih menerawang entah kemana, hati individu kita yang
kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita belum dapat merasakan
hidup senantiasa alias lalai, bahkan was-was dari syetanpun atau pikiran
kitapun muncul tatkala kita melaksanakan shalat, oleh karena ini pembahasan
seputar tentang shalat khusyu’k ini merupakan pembahasan yang sangat penting
sekali, dan kita butuhkan oleh kita sebagai komunitas muslimin yang ingin
meningkatkan kualitas ibadah shalat kita, dimana hal ini akan membawa kita
kepada kebahagian dan kemenangan, sebagaimana yang telah disebutkan Allah
Subhânahu wa Ta’âla (QS. al-Mu’minuun: 1-2)
ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman, yaitu orang yang khusyu’’ dalam shalatnya.”
Adapun makna Khusyu’’ menurut
Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan bahwa Khusyu’’ adalah:
“Ketenangan, tuma’ninah,
pelan-pelan, ketetapan hati, tawadhu’, serta merasa takut dan selalu merasa
diawasi oleh Allah ‘Azza wa Jalla.”
Sedangkan menurut Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa Khusyu’’ adalah:
“Menghadapnya hati di hadapan Robb ‘Azza wa Jalla dengan sikap tunduk dan
rendah diri.” (Madarijusslikin 1/520 )
Dan definisi lain dari khusyu’’
dalam shalat adalah:
“Hadirnya hati di hadapan Allah
Subhânahu wa Ta’âla, sambil mengkonsertasikan hati agar dekat kepada Allah
Subhânahu wa Ta’âla, dengan demikian akan membuat hati tenang, tenangnya
gerakan-gerakannya, beradab di hadapan Robbnya, konsentrasi terhadap apa yang
dia katakan dan yang dilakukan dalam shalat dari awal sampai akhir, jauh dari
was-was syaithan dan pemikiran yang jelek, dan ia merupakan ruh shalat. Shalat
yang tidak ada kekhusyu’kan adalah shalat yang tidak ada ruhnya.” (Tafsir
Taisir Karimirrahman, oleh Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa’di)
Jadi sudah sungguh jelas buat
kita dari informasi-informasi ini yang mana letak Khusyu’’ atau tempat khusyu’’
adalah di hati individu kita, sedangkan buahnya akan tampak pada anggota mata
kita yaitu dapat menyaksikan tanda-tanda Kebesaran-Nya atau kita dapat
menyaksikan kepada yang kita ibadati, dan pada akhirnya hati individu kita ini
hanya akan mengikuti apa yang kita saksikan, maka jika kekhusyu’kan rusak
akibat kelalaian dan kelengahan, serta was-was, maka rusaklah ‘ubudiyah anggota
badan yang kita lain. Sebab penyaksian adalah ibarat roja, sedangkan hati
individu kita menterinya, dan anggota badan kita yang lainnya sebagai pasukan
atau bala tentaranya, karena kepadanya-lah kita ta’at dan darinya-lah sumber
segala perintah, dan jika sang roja dipecat dengan bentuk hilangnya penyaksian
kita, maka hilang juga penghambaan kita, maka hilanglah rakyat yaitu
anggota-anggota badan kita.
Maka dengan demikian apa bila
kita masih ingin menampakkan kekhusyu’’-an dengan anggota badan kita, atau
melalui gerakan-gerakan kita, agar supaya orang menyangka bahwa kita khusyu’’,
maka hal ini adalah sikap kita yang tercela, sebab diantara tanda-tanda
keikhlasan adalah menyembunyikan kekhusyu’-an.
Didalan suatu histories suatu
ketika Huzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Jauhilah oleh kalian
kekhusyu’kan munafik, lalu ditanyakan kepadanya: Apa yang dimaksud kekhusyu’kan
munafik? Ia menjawab: “Engkau melihat jasadnya khusyu’’ sementara hatinya
tidak”.
Dengan demikian pula histories
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah membagi khusyu’’ kepada dua macam, yaitu
khusyu’’ nifaq dan khusyu’k iman.
Pertama, Khusyu’’ nifaq adalah:
“Khusyu’’ yang tampak pada permukaan anggota badan saja dalam sifatnya, yang
dipaksakan dan dibuat-buat, sementara hatinya tidak khusyu’k.”
Kedua, Khusyu’k iman adalah:
“Khusyu’knya hati kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla dengan sikap mengagungkan,
memuliakan, sikap tenang, takut dan malu. Hatinya terbuka untuk Allah Subhânahu
wa Ta’âla, dengan keterbukaan yang diliputi kehinaan karena khawatir, malu
bercampur cinta menyaksikan nikmat-nikmat Allah ‘Azza wa
Jalla dan kejahatan dirinya sendiri. Dengan demikian secara otomatis hati
menjadi khusyu’” yang kemudian diikuti khusyu’’nya anggota badan.”
Jadi sekali lagi yang sangat
perlu kita ketahui yaitu hukum Khusyu’’ dalam Shalat pendapat yang kuat, yang
mana bahwa khusyu’’ dalam shalat hukumnya wajib. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata dalam menafsirkan firman Allah Ta’âla: (QS. al-Baqarah:
45)
((#qãZÏètFó$#ur Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouÎ7s3s9 wÎ) n?tã tûüÏèϱ»sø:$# ÇÍÎÈ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang
demikian itu lebih berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’’.”
Beliau rahimahullah
mengomentari ayat tersebut dengan mengatakan: “Ayat tersebut mengandung celaan
atas orang-orang yang tidak khusyu’’ dalam shalat, celaan tidak akan terjadi
kecuali karena meninggalkan perkara-perkara penting atau wajib, atau karena
keharaman yang dilakukan”.
Kemudian bila kita lihat dalam
al-Qurân Allah Subhânahu wa Ta’âla menjelaskan sifat-sifat calon penghuni surga
firdaus:
ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman,
2. (yaitu) orang-orang
yang khusyu' dalam sembahyangnya,
(QS. al-Mu’minuun: 1-2), pada
ayat ke 11 Allah Subhânahu wa Ta’âla memberikan isyarat, (bagi orang yang
khusyu’’), dengan mengatakan:
úïÏ%©!$# tbqèOÌt }¨÷ryöÏÿø9$# öNèd $pkÏù tbrà$Î#»yz ÇÊÊÈ
“Mereka itulah, orang-orang yang mewarisi Surga
Firdaus, mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Mu’minuun: 11)
Melalui ayat tersebut Allah
Subhânahu wa Ta’âla mengabarkan bahwa mereka (orang yang khusyu’’) adalah calon
pewaris Jannatul Firdaus. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa selain mereka tidak
layak mewarisinya, maka buat kita meraih surga bagi seorang muslim hukumnya
adalah wajib, maka jalan atau wasilah untuk mencapai surga tersebut hukumnya
juga wajib, dan shalat yang khusyu’’ hukumnya ikut menjadi wajib karena
merupakan salah satu sarana untuk meraih surga firdaus.
Maka marilah kita berdoa bersama!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang
bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan
jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu,
kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan
kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari
ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang
menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub)
yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak
khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang
merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian
dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan
dari hati yang sering lalai dari-Mu.
Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari
pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang
tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran
yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari
harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu
hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.
Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari
sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas
harta yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari
keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi,
dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari
jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa
yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur.
Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah
kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan
hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari
do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk
mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar