11032012


DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui sesungguhnya ibadah mendirikan shalat merupakan sebaik-baiknya amal, karena ia mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah Subhânahu wa Ta’âla, maka dengan ibadah inilah yang membedakan antara kita sebagai orang mukmin dengan agama-agama lain, karena ia merupakan ibadah yang mampu melebur dosa kita, dan ketika kita seorang mukmin mengetahui betapa pentingnya mendirikan shalat dan begitu mulianya kedudukannya di sisi Allah Subhânahu wa Ta’âla, maka tentu kita sebagai seorang muslim kita mau tidak mau harus melaksanakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh aturan Syariat kita, yaitu Islam.

Adapun mendirikan Shalat khusyu’’ merupakan dambaan setiap kita, bahkan berbagai macam cara yang kita lakukan untuk menggapai Shalat khusyu’’, samplenya, pada saat pelaksanaan mendirikan shalat kita yang mematikan lampu, memejamkan mata kita, dan konon katanya kita harus mengosongkan semua fikiran kita, bahkan konon katanya ada juga yang merasakan terbangnya rohnya ketika shalat, bahkan juga untuk menggapai kekhusyu’kan ada diantara kita yang  membuat pelatihan-pelatihan shalat khusyu’’ berjamaa’ah dengan tarif tertentu, maka tentunya semua hal ini menimbulkan suatu pertanyaan, apakah memang seperti itu shalat khusyu’’?......... dan apakah cara-cara seperti tersebut ini sudah sesuai menurut tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?............ Insya Allah melalui beberapa kajian mingu-minggu yang lalu hingga kini tentang dasar dasar pengetahuan ibadah ini kita akan membahas kenapa pentingnya shalat khusyu’’?......... dan apa definisi khusyu’’?......... serta apa hukumnya dan apa kiat-kiat untuk menggapainya?.......
Pentingnya Khusyu’’ dalam Shalat.
Jadi sekali lagi sangat perlu kita ketahui bahwasanya Khusyu’’ merupakan perkara yang sangat agung, adapun hal ini cepat sirnanya dan jarang keberadaanya kita temukan, khususnya di akhir era ini yang penuh dengan berbagai macam fitnah dan godaan, baik godaan dari perasaan kita sendiri  maupun godaan dari pikiran kita yang berupaya memalingkan kita dari kekhusyu’kan kita pada saat pelaksanaan shalat.
Maka jauhnya kita dari kekhusyu’kan dalam melaksanakan shalat, dikarenakan hal ini adalah benar adanya, bahkan seorang sahabat besar yang bernama Huzaifah ibnu Yaman radhiyallahu ‘anhu telah menggambarkan:
“Yang pertama kali yang akan hilang dari agamamu adalah khusyu’k’, dan hal yang terakhir yang akan hilang dari agamamu adalah shalat, betapa banyak orang shalat tetapi tiada kebaikan padanya, hampir saja engkau memasuki masjid, sementara tidak ditemukan diantara mereka orang yang khusyu’k.” (Madarijussalikin, Imam Ibnul Qayyim 1/521)
Bila kita tanyakan pada pribadi kita sendiri dalam melaksanakan shalat yang kita lakukan sebagai seorang muslimin, apakah kita sudah menyapai kekhusyu’’an dalam mendirikan shalat?....... maka jawabannya adalah masih jauh dari kekhusyu’kan, karena hal ini fikiran kita masih menerawang entah kemana, hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita belum dapat merasakan hidup senantiasa alias lalai, bahkan was-was dari syetanpun atau pikiran kitapun muncul tatkala kita melaksanakan shalat, oleh karena ini pembahasan seputar tentang shalat khusyu’k ini merupakan pembahasan yang sangat penting sekali, dan kita butuhkan oleh kita sebagai komunitas muslimin yang ingin meningkatkan kualitas ibadah shalat kita, dimana hal ini akan membawa kita kepada kebahagian dan kemenangan, sebagaimana yang telah disebutkan Allah Subhânahu wa Ta’âla (QS. al-Mu’minuun: 1-2)
ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ

 “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyu’’ dalam shalatnya.”
Adapun makna Khusyu’’ menurut Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan bahwa Khusyu’’ adalah:
“Ketenangan, tuma’ninah, pelan-pelan, ketetapan hati, tawadhu’, serta merasa takut dan selalu merasa diawasi oleh Allah ‘Azza wa Jalla.”
Sedangkan menurut Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa Khusyu’’ adalah:
“Menghadapnya hati di hadapan Robb ‘Azza wa Jalla dengan sikap tunduk dan rendah diri.” (Madarijusslikin 1/520 )
Dan definisi lain dari khusyu’’ dalam shalat adalah:
“Hadirnya hati di hadapan Allah Subhânahu wa Ta’âla, sambil mengkonsertasikan hati agar dekat kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla, dengan demikian akan membuat hati tenang, tenangnya gerakan-gerakannya, beradab di hadapan Robbnya, konsentrasi terhadap apa yang dia katakan dan yang dilakukan dalam shalat dari awal sampai akhir, jauh dari was-was syaithan dan pemikiran yang jelek, dan ia merupakan ruh shalat. Shalat yang tidak ada kekhusyu’kan adalah shalat yang tidak ada ruhnya.” (Tafsir Taisir Karimirrahman, oleh Syaikh Abdurrahman Nashir as-Sa’di)
Jadi sudah sungguh jelas buat kita dari informasi-informasi ini yang mana letak Khusyu’’ atau tempat khusyu’’ adalah di hati individu kita, sedangkan buahnya akan tampak pada anggota mata kita yaitu dapat menyaksikan tanda-tanda Kebesaran-Nya atau kita dapat menyaksikan kepada yang kita ibadati, dan pada akhirnya hati individu kita ini hanya akan mengikuti apa yang kita saksikan, maka jika kekhusyu’kan rusak akibat kelalaian dan kelengahan, serta was-was, maka rusaklah ‘ubudiyah anggota badan yang kita lain. Sebab penyaksian adalah ibarat roja, sedangkan hati individu kita menterinya, dan anggota badan kita yang lainnya sebagai pasukan atau bala tentaranya, karena kepadanya-lah kita ta’at dan darinya-lah sumber segala perintah, dan jika sang roja dipecat dengan bentuk hilangnya penyaksian kita, maka hilang juga penghambaan kita, maka hilanglah rakyat yaitu anggota-anggota badan kita.
Maka dengan demikian apa bila kita masih ingin menampakkan kekhusyu’’-an dengan anggota badan kita, atau melalui gerakan-gerakan kita, agar supaya orang menyangka bahwa kita khusyu’’, maka hal ini adalah sikap kita yang tercela, sebab diantara tanda-tanda keikhlasan adalah menyembunyikan kekhusyu’-an.
Didalan suatu histories suatu ketika Huzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Jauhilah oleh kalian kekhusyu’kan munafik, lalu ditanyakan kepadanya: Apa yang dimaksud kekhusyu’kan munafik? Ia menjawab: “Engkau melihat jasadnya khusyu’’ sementara hatinya tidak”.
Dengan demikian pula histories Imam Ibnul Qayyim rahimahullah membagi khusyu’’ kepada dua macam, yaitu khusyu’’ nifaq dan khusyu’k iman.
Pertama, Khusyu’’ nifaq adalah: “Khusyu’’ yang tampak pada permukaan anggota badan saja dalam sifatnya, yang dipaksakan dan dibuat-buat, sementara hatinya tidak khusyu’k.”
Kedua, Khusyu’k iman adalah: “Khusyu’knya hati kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla dengan sikap mengagungkan, memuliakan, sikap tenang, takut dan malu. Hatinya terbuka untuk Allah Subhânahu wa Ta’âla, dengan keterbukaan yang diliputi kehinaan karena khawatir, malu bercampur cinta menyaksikan nikmat-nikmat Allah ‘Azza wa Jalla dan kejahatan dirinya sendiri. Dengan demikian secara otomatis hati menjadi khusyu’” yang kemudian diikuti khusyu’’nya anggota badan.
Jadi sekali lagi yang sangat perlu kita ketahui yaitu hukum Khusyu’’ dalam Shalat pendapat yang kuat, yang mana bahwa khusyu’’ dalam shalat hukumnya wajib. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam menafsirkan firman Allah Ta’âla: (QS. al-Baqarah: 45)
((#qãZŠÏètFó$#ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouŽÎ7s3s9 žwÎ) n?tã tûüÏèϱ»sƒø:$# ÇÍÎÈ  

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu lebih berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’’.”
Beliau rahimahullah mengomentari ayat tersebut dengan mengatakan: “Ayat tersebut mengandung celaan atas orang-orang yang tidak khusyu’’ dalam shalat, celaan tidak akan terjadi kecuali karena meninggalkan perkara-perkara penting atau wajib, atau karena keharaman yang dilakukan”.
Kemudian bila kita lihat dalam al-Qurân Allah Subhânahu wa Ta’âla menjelaskan sifat-sifat calon penghuni surga firdaus:

ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ
1.  Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2.  (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,

(QS. al-Mu’minuun: 1-2), pada ayat ke 11 Allah Subhânahu wa Ta’âla memberikan isyarat, (bagi orang yang khusyu’’), dengan mengatakan:
šúïÏ%©!$# tbqèO̍tƒ }¨÷ryŠöÏÿø9$# öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇÊÊÈ

 “Mereka itulah, orang-orang yang mewarisi Surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Mu’minuun: 11)
Melalui ayat tersebut Allah Subhânahu wa Ta’âla mengabarkan bahwa mereka (orang yang khusyu’’) adalah calon pewaris Jannatul Firdaus. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa selain mereka tidak layak mewarisinya, maka buat kita meraih surga bagi seorang muslim hukumnya adalah wajib, maka jalan atau wasilah untuk mencapai surga tersebut hukumnya juga wajib, dan shalat yang khusyu’’ hukumnya ikut menjadi wajib karena merupakan salah satu sarana untuk meraih surga firdaus.


Maka marilah kita berdoa bersama!



"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar