19022012, dikediaman Ust Drs Syawaludin, Perum Alinda Kencana I,Bekasi

Read by Bpk Jhon Harahap



Dasar-Dasar 
Pengetahuan Umum Ibadah

Perlulah kita ketahui janganlah kita "Mencari Khusyu" tetapi cukup siapkan individu kita untuk "Menerima khusyu" ini sendiri. Karena khusyu bukanlah kita ciptakan akan tetapi "Diberi langsung" oleh Allah SWT sebagai hadiah nikmat kita menemuiNya, Adapun tips ini yang sangat sederhana, tetapi ini bagi kita adalah lompatan paradigma! maka kita harus bersikap rileks, kepala hingga pinggang dikendorkan, berdiri santai, senyaman kita berdiri, menggambarkan laksana pohon cemara kokoh akarnya sehingga luwes tertiup angin namun tidak roboh, dan pandangan kita picingkan atau agak sayu ketempat syujud, serta usahakan/tahan jangan sampai berkedip dari mulai takbir hingga salam, maka selanjutnya bersikap rileks menyiapkan hati individu kita yang koordinatnya, didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita sehingga kita dapt merasakan ia hidup atau berdenyut untuk mempersiapkan "Menerima" karunia "Khusyu". karena "khusyu" ini diberi, bukan kita ciptakan.

Lalu pada mulai berdiri,  kita  berdiri dan pandangan kita mulai seperti kabur seperti kita fatamorgana atau mulai takbir, Allahu Akbar, dan selanjutnya kita baca dengan pelan-pelan, karena bacaan shubuh harus diucapkan agak keras, maka kita rendahkan suara kita dan kita berdiri lama, banyak berhenti kalau memang sedang tidak ingin baca, serta kita meresapi kesendirian dalam berusaha menangkap kehadiran Dzat yang turun dari kedua urat leher kita atau tenggorokan kita kedalam diantara dua rongga dada diatas perut kita sehingga menyentuh hati individu kita, sehingga kita menyadari dan pada akhirnya kita memahami, bahwa kita hidup adanya kehidupan dan ada yang menghidupkan yang mana hal sedemikian ini sesungguhnya amat dekat dengan kita, namun mengapa kita tumpul untuk merasakan hal ini.......yang mana sesungguhnya kita sedang menemuiNya sekarang, Saya, ruh saya tepatnya, karena badan fisik ini hanyalah alat yang mengantar ruh ini berjumpa kembali dengan yang kita cintainya, ialah Allah yang meniupkan ruh ini ke dalam badan fisik.

Ternyata demikian halnya dengan sholat kita sendiri. Ketika kita sholat, selain badan fisik kita ini, sholat pula ruh kita. Ruh inilah yang benar-benar ingin sholat, kembali menemui Tuhannya. sementara badan fisik ini sarana kita mengantarnya dengan gerakan dan bacaan. Ruh kita inilah sesungguhnya ingin sholat dengan tenang, santai, tuma`ninah. Sayangnya badan kita "ngebut", jadilah Ruh kita itu jengkel sejengkel-jengkelnya karena selalu ketinggalan gerakan badan. maka Tips sederhana dari buku itu adalah jika ruku, tunggu, tunggu hinngga ruh ikut mantap dalam ruku itu. saat i`tidal, tunggu, tunggu hingga ruh-mu ikut mantap i`tidal. Demikian pula saat sujud, duduk diantara dua sujud, juga duduk tasyahud. tunggu, tunggu hingga ruh-mu ikut sujud, ikut duduk, ikut tasyahud.

Berikan kesempatan ruh kita, sebut saja "aku" yang sejati, untuk mengambil sikap sholatnya. Dia agak lamban, namun sholat ini utamanya untuk "aku" kita itu, bukan untuk badan fisik kita.

Maka saya sholat dengan sangat pelan, santai, kalau sedang malas baca, saya diam saja. menikmati kepasrahan saya hadir menemui Tuhan. Saya baca, bacaan sholat dengan pelan. Saya mencoba berdilog, dan itulah memang esensi sholat. Yang mana Esensi Sholat adalah Do`a (berdialog dengan Allah secara langsung)

Kita sebenarnya diberi kesempatan untuk mengadu. Kita adukan semua persoalan kita kepada Allah. kita adukan semua kebingungan kita, pekerjaan, rizki, kesehatan, cinta dan semua apapun. Kita mengadu, dan kita pasrah menunggu dijawab. Dan pasti Allah menjawab langsung. Ruh bisa merasakannya, namun kalau dia dipaksa tertinggal-tinggal oleh gerakan badan, maka dia tidak sempat menikmati pertemuan dengan Allah itu.

Saat ruku, saya ruku lama, sambil menarik regang akaki dan punggung saya. Nikmati saja seperti menikmati peregangan bila senan. Saat sujud, saya tumpukan kepala sebagai tumpuan utama. Nikmat rasanya "terpijat" dahi ini oleh gerak sujud. Saat ruh telah ikut sujud, saya baca dengan penghayatan "Subhana robbiyal a`laa wa bihamdih" (Maha Suci Engkau yang Maha Tinggi dan Maha Terpuji) 

Lalu, saya duduk setelah sujud. saya baca sepotong-sepotong bacaanya, sesuai tips buku itu. Robbighfirlii (Ya Tuhan ampuni aku). Lalu saya diam. Tiba-tiba keluar sendiri air mata, saya menangis karena menyadari betapa dalam mana kalimat pengaduan ini. Kita minta secara langsung untuk dimaafkan. Ruh kita meminta secara langsung, dan Allah menjawabnya. saya menangis. Ruh saya, kita yang sejati, menangis. Warhamni (dan sayangilah aku), air mata itu tumpah. Wajburni. Diam. Warfa`nii. Diam. Saya tak terlalu yakin arti yang saya baca. tapi saya makin menangis. Warzuknii (beri rizki padaku-Ya Allah), air mata saya tumpah betul-betul saya tiba-tiba sadar bahwa selama ini saya mengejar-ngejar rizki tapi tidak serius mengakui itu dari-Nya, lalu saat ini saya sedang memintanya langsung! Wahdinii (tunjukilah aku, karena kau sedang bingung dan tak tahu). Diam, saya menangis. Wa`aafinii (dan sehatkanlah aku, aku yang sedang sakit pilek). Wa`fuannii (dan maafkan aku, yang banyak dosa ini). saya duduk lama sekali. Sambil mengusap air mata yang bercucuran.

Sholat shubuh dua rakaat ini panjang. ditutup dengan tasyahud yang menggetarkan. apalagi ketika membaca "Assalaamu`alainaa wa `alaa ibaadillahisshoolihin" (keselamatan mohon dikaruniakan kepada kami, para ruh yang sedang menemui-Mu dan atas ruh-ruh ahli-ahli ibadah yang sholihin).Saya menangis terus-menerus, sehingga berulang kali mengusap lendir yang keluar dari hidung.
Setelah sholat, sesuai dengan tips buku itu, saya mulai berdo`a dengan meratap. Saya ucapkan hanya, "Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah..." Sambil mengangkat tangan setinggi wajah seperti seorang pengemis yang meminta-minta. Berkali-kali, hingga hati saya siap berdo`a.
Saya ingat buku Al Ghazali dulu saya baca, sekitar 15 tahun lalu, yang berjudul Rahasia Sholat. salah satu point yang saya ingat adalah kalau kita ingin dekat Allah maka kita harus sungguh-sungguh memanggilnya laksana seoarang anak kecil yang ketakutan karena ada ular atau bahaya, lalu memanggil-manggil ayahnya, "Ayah...Ayah...Ayah...", maka ayahnya pasti datang dengan seruan itu dan melindungi anak tersebut. Demikianlah kalau kita ingin bebas maksiat tersebut, kita panggil pelindung kita dengan sungguh-sungguh seakan anak kecil memanggil-manggil ayahnya, maka akan dilindungi kita dari maksiat tersebut.

Lalu saya berdo`a, dengan masih terus menangis. Saya merasa mengadu dan masih mengadu di depan Tuhan secara langsung. Saya mengikhlaskan apapun jawaban dari Do`a saya tersebut. Saya bahagia bisa merasakan sholat seperti itu. Tidak akan tergantikan dengan uang dan kemewahan dunia lainnya.
Sunggguh pengalaman yang menakjubkan. Cerita berhalaman-halaman tidak akan mampu melukiskan hal itu. silakan coba sendiri, rasakan sendiri, menangislah mengadu kepada Allah sendiri. Saya cuma mau berbagi serita, dengan kekhawatiran saya kehilangan rasa yang sama di sholat berikutnya (insya Allah mudah-mudahan tidak akan hilang).

Problem yang sekarang muncul, tampaknya akan sulit lagi menikmati sholat kilat, dibelakang imam yang irama sholatnya lebih cepat dari saya. Apakah saya perlu sholat sendiri dulu beberapa waktu ini ?

Maka sekian dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdo`a bersama, agar kiata semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya !

Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
 
Amin ya rabbal alamin.

12022012, dikediaman Bpk Alan Rudi, Tanah Baru,Harja Mekar,Cikarang

Read By Bpk. RT, Mufid 


DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Perlulah kita ketahui yang mana pada saat mendirikan shalat dan kita sudah dapat menyaksikan Akbar-Nya, maka pada saat inilah kita akan mampu melihat fenomena-fenomena alam di bawah, samplenya, intuisi yang ditimbulkan oleh halusinasi kita, fikiran kita, perasaan kita, dan getaran gelombang-gelombang pendek kita yang dihembuskan syetan dan jin, maka kita yang dapat menyaksikan wajah-Nya pada saat mendirikan shalat sesungguhnya jiwa kita telah melampaui tahapan-tahapan dari ikatan seluruh alam semesta menjulang menuju yang bukan alam, yaitu Dzat yang maha mutlak.

Firman Allah
SWT dalam Al Qur’an surat Al A’raaf, 7 ayat: 201
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

Dan selanjutnya firman SWT dalam QS Ash Shaaffat, 37 ayat: 8
syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru.

Serta berikutnya dalam firman Allah SWT surat An Nahl, 16 ayat: 99-100
Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.

Jadi ayat-ayat ini sudah sungguh jelas buat kita menjelaskan yang mana pada saat kita mendirikan shalat sudah khusyu’’, yaitu dapat menyaksikan tertuju kepada yang tak terhingga, yaitu zat yang tidak sama dengan makhluq-Nya, dan selain ini adalah wilayah syetan dan anak cucunya yang siap menerkam jiwa-jiwa kita yang tersesat, karena hanya Akbar-Nya lah syetan tidak akan mampu memasukinya, adapun sebaliknya yaitu ciri kita yang belum dapat menyaksikan Akbar-Nya atau Wajah-Nya pada saat mendirikan shalat yaitu kita sering mengucapkan bahwa kita yang paling benar dan orang lain sesat, dan kita sering mengaku-ngaku kita harus berpegang Al Qur’an dan As Sunnah,

Maka yang sangat perlu kita ketahui untuk diketahui bahwa kita yang sampai kepada Allah SWT adalah kita yang mampu menangkap ilham-ilham Allah dan ini tidak akan bertentangan dengan perintah yang tertulis dalam Al Qur'an dan Al sunnah, adapun kesombongan dan keangkuhan merupakan bukti keadaan jiwa kita masih terikat oleh pengaruh alam ciptaan, maka untuk ini islam menolak didalam ibadah kita menggunakan sarana yang bukan Allah, seperti pembayangan guru, wasilah rasul, dan mantra-mantra, untuk menghantarkan jiwa kita menuju Allah SWT, karena hal ini sangat mustahil kita akan sampai kepada Allah SWT yang maha mutlak, sebab bayangan sesuatu hanya akan menyampaikan jiwa kita menuju alam yang paling rendah yaitu alam-alam halusinasi, kekuatan alam, kekuatan jin dan syetan, walaupun kita menggunakan sarana kalimat thayyibah samplenya, "Allah, laa ilaha illah, subhanallah", karena kalimat-kalimat ini bukan sekedar kata-kata yang tidak mempunyai makna, samplenya, seperti kita yang mendirikan shalat ketika memulainya menggunakan sarana bayangan tulisan Allah, atau gambar Ka’bah, maka hasilnya akan menjadi sama saja hanya sampai kepada pemuasan rasa tenang dan bahagia semata dan memanfaaatkan fenomena-fenomena kekuasaan dan ke"aku"an kita seseorang, karena alam ini masih termasuk dunia syahwat.

Selama
pengetahuan  kita mengenai Tuhan terbatas kepada apa yang kita bayangkan oleh pikiran kita dan perasaan kita sebagai obyek dalam mendirikan shalat, maka selama ini pula kita berkutat dalam mendirikan shalat yang menyimpang dari ketentuan Islam.

Didalam akhir bab ini mari kita perhatikan firman-firman Allah tentang perdebatan kecil antara Allah dan syetan: (QS 38:75-83)
Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?".
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".
Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan".
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)".
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.


Adapun kemenangan perjuangan Rasulullah menghadapi tantangan dan gangguan syetan saat beliau pergi mi'raj dengan kekuatan jiwa muthmainnah sabda Nabi:

    "Orang yang gagah berani bukanlah orang yang dapat menyerbu musuhnya dengan tangkas dalam pertempuran, akan tetapi orang yang gagah berani itu sebenarnya yang kuasa dan mampu menahan hawa nafsunya" (al hadist)

    "Kalaulah syetan-syetan itu tidak berkerumun di hati Bani Adam, niscaya mereka dapat memandang ke alam ghaib (abstrak)" (Hr Ahmad dari abu Hurairah)

Demikian penjelasan keadaan atau suasana
shalat, serta tanjakan-tanjakan yang banyak dilalui kita didalam mendirikan shalat yang bersifat universal, adapun hal yang membedakan adalah akhir dari perjalanan jiwa kita tersebut yaitu kembali pasrah kepada Allah yang maha mutlak Atau ber-Islam atau berserah individu kita secara total.....Inna lIlahi wa inna ilaihi raji'un…..atau tidak berhenti pada tahapan-tahapan alam.

Maka marilah kita berdoa bersama!

Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin

05022012,dikediaman Ust Dumyati Yahya, Kayu Tinggi

Read Ust Azis

DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui segala bentuk ibadah akan terwujud dalam individu kita sebagai hamba manakala memenuhi tiga landasan yang sangat mendasar: adanya hubb atau kecintaan, dan khauf atau takut, serta roja` atau pengharapan. Jadi yang benar adalah yaitu kita hendaknya beribadah kepada Allah dengan kecintaan kepadaNya, dan mengharapkan terbukanya hijab, serta takut akan tak dapat menyaksikan yang kita ibadati, atau berjumpa kepada-Nya.

Adapun Khauf dan roja` adalah dua ibadah yang sangat agung, dan apa bila keduanya menyatu dalam individu kita sebagai mukmin, maka akan seimbanglah seluruh aktivitas kehidupan kita. Bagaimana tidak, sebab dengan khauf akan membawa individu kita untuk selalu melaksanakan ketaatan dan menjauhi perkara yang diharamkan, dan sementara roja` akan menghantarkan individu kita untuk selalu mengharap apa yang ada di sisi Rabb-kita 'Azza wa Jalla. Jadi walhasil pendek kata dengan khauf dan roja` kita sebagai seorang mukmin akan selalu ingat bahwa individu kita sejati akan kembali ke hadapan Sang Pencipta kita, disamping ini kita akan bersemangat memperbanyak amalan-amalan. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al Mukminun, 23  ayat: 57-61.

Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka,
Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,
Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,
mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.

Adapun hakikat khauf atau takut adalah ibadah hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita, dan tidak dibenarkan khauf ini kecuali terhadap-Nya Subhanahu wa Ta'ala, karena khauf adalah syarat pembuktian keimanan kita seseorang. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Ali Imran, 3  ayat:175.

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.

Maka apabila khauf kepada Allah berkurang kita dalam merasakan adanya kehidupan, dan ini sebagai tanda mulai berkurangnya pengetahuan kita terhadap Rabb-kita, karena hal ini disebabkan orang yang paling tahu tentang Allah adalah orang yang paling takut kepada-Nya, adapun rasa khauf akan muncul dengan sebab beberapa hal, di antaranya: 

Pertama,
Pengetahuan kita seorang hamba akan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa kita serta kejelekan-kejelekan kita.
Kedua,
Pembenarannya akan ancaman Allah, bahwa Allah akan menyiapkan siksa atas segala kemaksiatan kita.
Ketiga,
Mengetahui akan adanya kemungkinan penghalang antara individu kita dan taubat kita.

Adapun untuk menimbulkan rasa takut, di kitab Riyadlus Shalihin dijelaskan bahwa ada empat hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat :
1.   Untuk apa saja umur kita dihabiskan?,,,,,,,,
2.   Bagaimana ilmu kita diamalkan?,,,,,,,,,,
3.   Bagaimana harta diperoleh dan dikeluarkan untuk apa saja?..........
4.   Badan kita dipergunakan apa saja ketika kita hidup di dunia?,,,,,,,,,
Maka marilah kita coba direnungkan sudahkah kita bisa mempertanggung jawabkannya?.......

Adapun hakekat roja` secara bahasa artinya harapan atau cita-cita, sedangkan menurut istilah ialah bergantungnya hati individu kita dalam meraih sesuatu di kemudian hari, karena roja` merupakan ibadah yang mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak boleh ada kecuali kepada Allah 'Azza wa Jalla, yang mana sehingga memalingkannya kepada selain Allah adalah kesyirikan atau bisa berupa syirik besar atau pun syirik kecil, dan tergantung apa yang ada dalam hati individu kita yang tengah mengharap, jadi roja atau harapan atau mengharap tidaklah menjadikan kita sebagai pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan. Allah SWT berfirman surat Al Baqarah, 2 ayat: 218.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah SWT juga berfirman dalam surat Al Kahfi, 18  ayat: 110.

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Berkata Ibnul Qoyyim dalam "Madarijus-Salikin": "Orang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa roja` tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila tidak beramal". Dengan demikian, roja` kepada Allah akan tercapai dengan beberapa hal, diantaranya:
pertama, senantiasa menyaksikan karunia-Nya, kenikmatan-Nya, dan kebaikan-kebaikan-Nya terhadap hamba;
kedua, jujur dalam mengharap apa yang ada di sisi Allah dari pahala dan kenikmatan; ketiga, membentengi diri dengan amal shaleh dan bergegas dalam kebaikan.

Ibnul Qayyim -rahimahullah- membagi roja` menjadi tiga bagian, dua di antaranya roja`,yang benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Roja` yang menjadikan pelakunya terpuji,
pertama: seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah, di atas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahalaNya;
kedua: seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela: seseorang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan; roja` yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.

Ketahuilah pula, bahwa jika ada yang berkata :
Mana yang lebih utama, Takut atau Harap?........
Maka itu seperti perkataan :
Mana yang lebih utama, Roti atau Air?.........
Dan jawabannya:
bagi kita yang lapar roti lebih baik, sedangkan untuk kita yang haus air lebih baik, maka jika keduanya bersatu, kita lihat yg lebih dominan, jika sama-sama pase lapar dan haus kita, maka roti dan air setara kebaikannya.

Jadi walhasil Khauf dan Roja' adalah dua obat yang dengannya qalbu individu kita tersembuhkan, maka keutamaan keduanya tergantung penyakit yang ada di qalbu individu kita, jadi jika yg dominan di qalbu individu kita merasa aman dari rencana Allah dalam firman-Nya surat Al A’raaf , 7 ayat: 99


Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.

Maka Khauf atau Takut lebih utama, dan sedangkan jika kita banyak maksiat sehingga putus asa dari rahmat Allah, maka Rojaa atau Harap lebih utama, namun secara keseluruhan boleh juga dikatakan bahwa Khauf lebih utama dari Roja', karena secara umum lebih banyak kita yg tertipu penyakit "aman", akan tetapi jika kita lihat dari sisi nilainya, Roja' lebih bernilai dari Khauf, karena Roja' berharap pada Rahmat Allah, sedangkan Khauf adalah Takut pada Murka Allah, adapun maksudnya yaitu Rahmat-Nya lebih besar dari Kemarahan-Nya.

Adapun kita yang bertaqwa, maka sebaiknya seimbang antara Takut dan Harap, dan jika kita katakan “Semua orang masuk Surga kecuali satu orang, hendaknya kita takut menjadi yang satu itu”, atau jika kita katakan “Semua orang masuk Neraka kecuali satu orang, hendaknya kita berharap individu kita-nyalah orang tersebut, demikian pula jika kita tanyakan “Bagaimana Takut diseimbangkan dengan Harap pada individu orang yang beriman, padahal dengan ketaqwaannya, bukankah seharusnya Harap lebih dominan?...... jawabnya : karena kita tidak tahu apakah ketaqwaan tersebut diterima Allah, sehingga selalu harus menyertakan rasa takut dalam beramal baik.

Maka Takut yang terpuji adalah yang mendorong Amal kita, dan mengingatkan Qalbu individu kita agar tidak cenderung pada keduniaan, adapun apabila ketika datang kematian, maka yang terbaik bagi kita adalah Roja', karena Khauf seperti cambuk untuk beramal, sedangkan setelah mati tiada amal lagi, maka Khauf kurang bermanfaat menjelang kematian, bahkan melemahkan qalbu individu kita, sedangkan Rojaa pada keadaan ini akan menguatkan qalbuindividu kita, maka dengan Rojaa kita jadi makin cinta pada Allah, karena tiada kita seorang pun layak meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan Cinta pada Allah Ta'ala, sedangkan kalimat cinta disini yaitu untuk berjumpa denganNya, dan berbaik sangkaan kita kepadaNya.

Adapun kesimpulanya, Roja` menuntut adanya khauf dalam individu kita sebagai seorang mukmin, yang dengan ini akan memacu kita untuk melakukan amalan-amalan sholeh, adapun amalan sholeh tanpa kita sertai khauf, dan roja` hanya akan bernilai sebuah fatamorgana, dan sebaliknya khauf juga menuntut adanya roja`, maka demikian pula tanpa roja` khauf hanyalah berupa keputusasaan tak berarti, jadi khauf dan roja` harus senantisa menyatu dalam individu kita sebagai seorang mukmin dalam rangka menyeimbangkan hidup kita untuk tetap istiqomah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, mengharap pahala dan takut akan siksa-Nya, maka sudah sungguh jelas buat kita yang mempelajari dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini yang mana keduanya yaitu khauf dan roja` ibarat dua sayap burung yang dengannya ia dapat menjalani kehidupan kita dengan sempurna. QS. 23: 60-61.

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,
mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.

Jadi walhasil kita harus senantiasa perkuatlah rasa Takut atas Harap agar terus terdorong meningkatkan amal kebaikan sesuai firman Allah SWT tersebut, kecuali saat dosa-dosa kita yang membuat kita putus asa atau saat hampir berakhir kesempatan kita untuk beramal.

Maka marilah kita berdoa bersama!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.

29012012, Dikediaman Tengku Iwan Pahlevi, Perum Alinda Kencana I, Bekasi

Read By Dorojatun

DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

  perlulah kita ketahui yang mana pada saat kita mendirikan shalat sering kali kita mendengar kata bergetar digunakan untuk penyebutan sesuatu yang sulit di bahasakan secara verbal, dan belum ada satu kalimat yang tepat yang bisa mewakili arti dan menunjukkan keadaan yang kita rasakan pada saat mendirikan shalat, samplenya, seperti getaran cinta, getaran rasa, getaran emosi, getaran gelombang elektromagnetik, getaran suara, getaran wahyu atau ilham, adapun Al Qur'an juga tidak secara gamblang menggambarkan keadaan Iman atau ciri-ciri yang sebenarnya, dan disana hanya disebutkan wajilats quluubuhum artinya bergetar hatinya, perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al Qur;an surat Al Anfaal, 8 ayat: 2.


Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.
Dan juga disurat Az Zumar, 39 ayat: 23

 
taq syairru minhu juludulladzina yakhsyauna rabbahum artinya, gemetar karenanya kulit/fisik orang-orang yang merasa takut kepada Tuhannya”.

Memang sangat sulit bagi kita sekalipun kita sebagai mufassir atau penyair atau seniman musik atau pelukis atau filosof untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan secara transenden, yang mana sehingga kita hanya mampu merangkai kata-kata atau bunyi-bunyian atau warna-warna, sebagai ungkapan kedalaman makna dan arti yang tidak berasal dari apa yang bisa kita gambarkan seperti naluri, insting, inspirasi, ilham atau wahyu !! yaitu yang turun melalui getaran penuh muatan makna dan pengertian yang berasal dari ilahi.

Maka sebelumnya kita akan mengajak seluruh ikhwan yang hadir  untuk mengkaji mengenai getaran yang diakibatkan oleh proses shalat atau ingat, dan selanjutnya juga akan kita bahas secara universal dan ilmiah baik segi fisiologi maupun psikologi maka marilah kita memperhatikan firman Allah surat Azzumar, 39 ayat: 22-23, 

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”.

Maka sudah sungguh amat jelas penjelasan pada ayat ini diawali dengan "terbukanya hati orang yang menerima cahaya Islam dari Tuhannya yaitu pencerahan, kemudian bergetar atau terguncang fisik orang yang menerima cahaya atau pencerahan dari Tuhannya, lalu proses itu berlanjut dengan adanya harmonisasi antara fisik dan hati tatkala mengingat Allah...….itulah petunjuk Allah. Mungkin bisa kita tegaskan disini keadaan ini merupakan hal yang universal dan alami, bukan klenik atau khurafat, adapun didalam histories atau tareh, Rasulullah pada saat pertama kali menerima wahyu di goa Hira mengalami guncangan tubuh atau beliau menggigil yang amat sangat, sehingga Siti Khadjah menyelimutinya. padahal udara di luar sangat panas, dan didalam histories lainya Siti Aisyah ra berkata :

"Aku pernah melihat saatnya turun wahyu kepada Nabi pada suatu hari sangat dingin, kemudian Aku lihat dahi Nabi bercucuran keringat, pada saat itu aku menyekanya".

Adapun didalam histories atau tareh Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah ibn 'Umar ra:

"saya bertanya kepada Nabi Saw. apakah engkau merasa bahwa wahyu akan datang ?" menjawab Nabi : "Kadang-kadang aku dengar suara gemerincing lonceng yang sangat keras, sesudah itu akupun terdiam mendengar itu. Tiap-tiap kali wahyu datang demikian aku merasa jiwaku akan dicabut".
Rasulullah merasakan keadaan seperti ini yang paling berat dirasakan.

Demikian pula yang dihistories oleh Al Bukhari dari Shafwaan ibn Ya'la ibn Umayyah :

Ya'la berkata : Sementara Nabi berada di Ja'ranah, berteduh dibawah sehelai kain beserta beberapa shahabat, tiba-tiba datanglah seorang Badawy berbaju jubah yang berlumur dengan bau-bauan, lalu bertanya ; "Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau mengenai seorang yang berihram untuk umrah dengan memakai jubah yang berlumuran bau-bauan ?" maka Umar memberi isyarat kepada Ya'la, mengajak masuk ketempat Nabi berteduh, Ya'la melihat Nabi telah merah mukanya dan terus tertidur serta mengeluarkan orokan seperti orang epilepsy . Sesaat kemudian Nabi sadar , lalu Nabi berkata : "Mana orang yang baru bertanya tentang umrah". Sesudah orang itu di cari dan datang, Nabi berkata : "bau-bauan itu hendaklah kamu basuhnya tiga kali. Sedangkan jubah itu haruslah kamu tanggalkan dari badanmu. Sesudah itu berbuatlah apa yang kamu buat untuk haji".

Adapun para orientalis Barat telah mempergunakan histories ini untuk menuduh Nabi SAW yaitu orang yang telah kehilangan kesadarannya karena terserang epilepsy, padahal nyata dari memperhatikan histories-histories itu, bahwa Nabi sesudah mengalami yang demikian ini, lalu memanggil juru tulisnya untuk menuliskan soal yang ditanyakan kepadanya tadi.
Kepustakaan : Sejarah dan pengantar ilmu Al-Qur’an danTafsir , M Hasbi Ash Shiddiqy, Bulan Bintang, Jakarta 1954.

Maka selanjutnya kita akan kembali membahas "getaran" sebagai sesuatu yang alamiah bukan sebagai hal yang dianggap mistik kurafat atau bid'ah oleh sebagian diantara kita, maka kita sering mendengar kata transenden, yang di pergunakan untuk menunjukkan rasa yang dalam atau rasa rohani, dan biasanya kita gunakan untuk menunjukkan kepada rasa iman atau rasa percaya terhadap sesuatu yang abstrak atau tidak kasat mata, adapun dalam harfiahnya transenden artinya sesuatu yang utama atau yang hakiki, dan rasa iman adalah rasa yang harus kita rasakan oleh kehakikian jiwa kita, adapun kepura-puraan atau sebatas kepercayaan pada fikiran kita saja, maka hal ini oleh Rasulullah SAW disebut kaum yang tunduk pada tatanan hukum syariat dan belum masuk ke tahapan kaum mukmin, maka Al Qur'an menjelaskan secara tuntas pebedaannya dalam surat Al Hujuraat, 49 ayat: 14. Sebagai berikut!! 

"Orang-orang Badwi itu berkata : kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka) kamu belum beriman, tetapi katakanlah : kami telah tunduk (Aslamna/ kami baru berislam/ muslim), karena iman itu belum masuk kedalam hatimu".

Jadi sudah sungguh jelas kata 'aslamna' adalah menunjukkan sebuah pernyataan buat kita telah tunduk, artinya kita telah menerima semua aturan islam secara keseluruhan yaitu Al-Qur’an dan Al hadits, akan tetapi rasa iman ini belum bisa kita rasakan karena baru masuk pada tahapan percaya dalam logika kebenaran kita, dan bukan keimanan yaitu yang kita rasakan dalam hati individu kita yang kordinatnya didalam
diantara dua rongga dada diatas perut kita, adapun hal ini kita kaitkan dengan keadaan yang dirasakan oleh orang yang sudah memasuki keimanan dalam hatinya sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Mayam, 19 ayat: 58. Sebagai berikut. 
 
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil , dan dari orang-orang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila di bacakan ayat-ayat Allah maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis".

Maka setelah kita telah membaca ayat diatas, adapun maksudnya yaitu kita telah mendapatkan data-data diatas dengan benar dari kitab yang suci, maka untuk ini kita disebut telah mempercayai dengan logika ilmu syariat, barulah kita komunitas termasuk golongan yang mempercayai adanya kebenaran syariat tersebut, adapun yang mempercayai dan melaksanakan nash ini disebut muslim atau kita telah tunduk kepada peraturan….. lalu kemudian kita mencoba untuk melakukannya lebih khusus dan dalam, yang mana sehingga kita mendapatkan karunia rasa dalam hati individu kita berupa getaran jiwa kita dan menangis tatkala menyebut nama Allah....…dalam hal ini, maka kita telah memasuki rasa iman yang muncul dari rohani kita....... maka kita dapat membenarkan adanya ayat-ayat diatas dengan pengalaman langsung, kita rasakan oleh jiwa kita, adapun pengalaman rohani ini termasuk keimanan dan merupakan ciri-ciri jiwa kita yang telah mendapatkan karunia dari Allah. Jadi pengalaman rohani inilah berupa iman yang kita maksud dengan transcendent....… yang di dalam bahasa tasawuf disebut pengalaman haqul yakin atau keyakinan secara benar atau haq, yaitu kita merasakan keimanan secara langsung dan dibenarkan oleh nash Al-Qur’an....... dan bukan hasil dari 'katanya' orang lain, serta bukan dari hayalan pikiran kita, adapun yang menjadi pemikiran kita yaitu bagaimanakah cara kita bisa atau apa ciri-ciri kita yang sudah tergolong menerima Allah sebagai Tuhan secara transenden itu ?...... sesungguh sudah dijelaskan diatas, bahwa kita yang telah menerima data dengan lengkap serta telah melaksanakan syariat, akan tetapi belum tentu kita merasakan keimanan secara langsung dalam hati individu kita, adapun iman yang langsung ini yaitu merupakan karunia dari Allah SWT...…dan harus kita capai dengan sering mendekat kepada Allah setiap saat agar Allah membukakan hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita untuk menerima hidayah berupa iman ini, dan jika kita merasakan getaran dan menangis tatkala disebut nama Allah, adapun hal dikarenakan kita dapat menyaksikan kepada yang kita ibadati atau menyaksikan kebesaran-Nya, maka inilah merupakan pengalaman transcendent...... dan biasanya pengalaman kita ini dibenarkan atau di dasari oleh Al-Qur’an dan dirasakan oleh pendahulu-pendahulu kita baik ulama maupun para wali-wali yang telah mengalami langsung, adapun pengalaman ini kadang menjadi aneh dan asing bagi yang tidak pernah merasakan, yang mana sehingga kita yang menangis ketika mendirikan shalat dianggap tidak normal..…bahkan ada yang secara ekstrim mengatakan bid'ah, khurafat, mistik atau klenik...…

Maka sekianlah dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.