04032012





DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui ada beberapa kiat khusyu’ dalam mendirikan shalat yang kerap kali disinggung di dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, khususnya yang berkenaan dengan hukum dan tata cara mendirikan shalat, di antaranya:

Pertama.
Mengenal tanda-tanda Kebesaran Allah, Menghadirkan atau dapat merasakan hati individu kita hidup, Mengagungkan dalam penyaksian dan Takut kehilangan kasih sayang Allah, karena yang paling khusyu’ dalam mendirikan shalat adalah orang yang paling bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al B aqarah, 2 ayat: 46.
 (orang-orang yang khusyu’ yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb mereka, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam Al Qur’an surat Al Fathir, 35 ayat: 28.
 $yJ¯RÎ) Óy´øƒs ©!$# ô`ÏB ÍnÏŠ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$#
 Sesungguhnya yang takut (bertakwa) kepada Allah hanyalah para ulama.

Adapun maksudnya yaitu hanya kita-kita yang mau menuntut ilmu yang tergolong bertakwa kepada Allah SWT, dan tentunya hanya yang menuntut ilmulah yang tahu metodenya atau caranya khusyu’ dalam mendirikan shalatnya, adapun yang dimaksud dengan ilmu di sini tentunya ilmu yang shahih yang membuahkan amalan shalih, karena itu Al-Hasan al-Bashri pernah menyatakan:

Ilmu itu ada dua macam: ilmu ungkapan lidah, dan ilmu di sanubari. Adapun ilmu sanubari, itulah ilmu yang bermanfaat. Sedangkan ilmu ungkapan lidah, adalah hujah Allah atas manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an surat Az Zumar, 39 ayat: 9.

ô`¨Br& uqèd ìMÏZ»s% uä!$tR#uä È@ø©9$# #YÉ`$y $VJͬ!$s%ur âxøts notÅzFy$# (#qã_ötƒur spuH÷qu ¾ÏmÎn/u 3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#ur Ÿw tbqßJn=ôètƒ 3 $yJ¯RÎ) ㍩.xtGtƒ (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ  
“(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal-lah yang dapat menerima pelajaran”.


Apakah kamu yang lebih beruntung wahai orang-orang musyrik, ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam, dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut akan (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya…”.

Kedua.
Kita menyadari bahwa shalat adalah perjumpaan, sekaligus komunikasi individu kita sejati dengan Allah SWT, adapun hal ini telah dihistorieskan dalam hadits Nabi:
Apabila seorang di antaramu sedang shalat, sesungguhnya dirinya sedang berkomunikasi dengan Allah….” (HR. Bukhari: 531, Muslim: Syarah Nawawi: 5/40-41, An-Nasa’i: 1/163. 11/52-53 dan lain-lain)

Dan didalam histories Imam Nawawi berkata:

Sabda beliau: “..sesungguhnya ia sedang berkomunikasi kepada Rabb-nya…”, merupakan isyarat akan pentingnya keikhlasan hati, kehadirannya {dalam shalat) dan pengosongannya dari selain berdzikir kepada Allah… ” (Lihat Syarhu Shahih Muslim V/40-41)

Maka jika mendirikan shalat adalah komunikasi kita sebagai seorang hamba kepada Allah SWT, dan ini sudah  disadari oleh kita yang mendirikan shalat, maka sudah selayaknya hal ini memacu individu kita untuk bersikap khusyu’, karena kita pun sadar, bahwa segala gerak hati individu kita yang hidup atau berdenyut atau bergetar, apalagi gerak tubuh kasar kita yang mana pasti selalu diperhatikan oleh Allah SWT.

Ketiga.
Ikhlas dalam melaksanakannya, karena keikhlasan adalah ruh amal individu kita sejati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an surat Al Mulk, 67 ayat: 2.
Ï%©!$# t,n=y{ |NöqyJø9$# no4quptø:$#ur öNä.uqè=ö7uÏ9 ö/ä3ƒr& ß`|¡ômr& WxuKtã 4 uqèdur âƒÍyèø9$# âqàÿtóø9$# ÇËÈ
“ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”,

Berkenaan dengan ayat ini; Fudhail bin Iyyadh pernah menyatakan:

Yang dimaksudkan dengan yang terbaik amalannya, adalah yang paling ikhlas dan paling benar.

Satu amalan yang dianggap pelakunya sudah ikhlas, bila tak mencocoki ajaran syari’at (benar), tak akan diterima. Demikian juga amalan yang benar sesuai ketentuan, namun tidak ikhlas karena Allah, juga tak ada gunanya. Ikhlas, artinya hanya untuk Allah. Benar, artinya menuruti Sunnah Rasul. (Lihat Al-Hilyah – oleh Abu Nu’aim: V111/59, Tafsir Al-Baghwi: 1V/369, Zadul Masir: 1V/79)

Adapun satu amalan yang kita lakukan dengan ikhlas, maka dengan sendirinya akan mudah meleburkan individu kita sebagai hamba secara menyeluruh ke dalam ibadah ini sendiri, karena tak satupun -menurut keyakinan kita- yang pantas menguras perhatian individu kita selain Allah.

Keempat.
Memfokus atau mengkonsentrasikan individu kita hanya untuk Allah SWT. Dalam shahih Muslim dihistorieskan bahwa Rasulullah bersabda:

Seandainya seorang hamba (sesudah berwudhu dengan baik) tegak malakukan shalat, memuji Allah, menyanjung-Nya, mensucikan diri-Nya yang mana itu memang merupakan hak-Nya, mengkonsentrasikan diri hanya mengingat Allah; maka ia akan keluar dari shalatnya laksana bayi yang baru dilahirkan.” (HR. Muslim: 832 dan Ahmad: IV / 112-385, dari hadits Amru bin Abasah)

Al-Imam Ibnu Katsir menyatakan:

Sesungguhnya kekhusyu’an dalam shalat itu hanya dapat dicapai oleh orang yang mengkonsentrasikan hatinya untuk shalat itu, disibukkan oleh shalat hingga tak mengurus yang lainnya; sehingga ia lebih mengutamakan shalat dari amalan yang lain.

Kelima.
Menghindari berpalingnya hati individu kita dan anggota tubuh dari shalat. Aisyah pernah bertutur:

Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang berpalingnya wajah di kala shalat, ke arah lain. Beliau menjawab: “Itu adalah hasil curian setan dari shalat seorang hamba.” (HR. Bukhari: 571, Abu Dawud: 910, Tirmidzi: 589, An-Nasa’i: III/7 dan lain-lain)

Ath-Tayyibi menyatakan:

Dinamakan dengan “hasil curian”, menunjukkan betapa buruknya perbuatan itu. karena orang yang shalat itu tengah menghadap Allah, namun setan mengintai dan mencuri kesempatan. Apabila ia lengah, setan langsung beraksi!

Imam Ash-Shan’ani menyatakan:

“Sebab dimakruhkannya berpaling tanpa hajat di kala shalat, karena itu dapat mengurangi kekhusyu’an, dan dapat juga menyebabkan sebagian anggota badan berpaling dari kiblat. Juga karena shalat itu adalah menghadap Allah.” (Lihat Subulu As-Salam I/309-310)

Keenam.
Merenungi atau merakan setiap gerakan dan dzikir-dzikir dalam mendirikan Shalat. Firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Muhammad,47 ayat: 24.
Ÿxsùr& tbr㍭/ytGtƒ šc#uäöà)ø9$# ôQr& 4n?tã A>qè=è% !$ygä9$xÿø%r& ÇËÍÈ
 Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”.

Imam Ibnul Qayyim pernah menyatakan:

Ada satu hal yang ajaib, yang dapat diperoleh oleh orang yang merenungi makna-makna Al-Qur’an. Yaitu keajaiban-keajaiban Asma dan Sifat Allah. Itu terjadi, tatkala orang tadi menuangkan segala curahan iman dalam hatinya, sehingga ia dapat memahami bahwa setiap Asma dan Sifat Allah itu memiliki tempat (bukan dibaca) di setiap gerakan shalat.
Artinya bersesuaian. Tatkala ia tegak berdiri, ia dapat menyadari ke-Maha Terjagaan Allah, dan apabila ia bertakbir, ia ingat akan ke-Maha Agung-an Allah.
” (Lihat Ash-Shalah karya Ibnu Qayyim)

Kata Imam Al-Ghazali dalam Al-Arba’ien:

Hendaklah kamu membaca ‘Allahu Akbar’ dengan mengingat bahwasanya tidak ada yang lebih besar daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala;
Hendaklah kamu membaca ‘wajjahtu wajhiya …,’ dengan perasaan bahwa kamu benar-benar menghadapkan jiwamu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berpaling dari selainNya;
Hendaklah kamu membaca ‘AlhamdulilLah’, dengan ‘penuh rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap segala nikmat-nikmatNya;
Hendaklah kamu membaca ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’ien’, dengan perasaan bahwa ‘kamu sangat lemah dan bahwa segala urusan itu hanya di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata;
Dan hendaklah di tiap-tiap kamu membaca dzikir, kamu ingat makna-maknanya. Dan ketahuilah, bahwa segala yang membimbangkan kamu dari memahamkan makna apa yang kamu baca dipandang was-was

Ketujuh.
Memelihara thuma’ninah (ketenangan), dan Tidak terburu-buru dalam mendirikan shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an suran An Nisaa,4 ayat: 103.
  #sŒÎ*sù öNçGYtRù'yJôÛ$# (#qßJŠÏ%r'sù no4qn=¢Á9$#
Dan apabila kamu sudah tenang, maka dirikanlah shalat…”.

Jadi sudah sungguh jelas ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa ketenangan, adalah faktor vital dalam mendirikan shalat yang harus kita perhatikan, yang mana sehingga “keharusan” mendirikan shalat bagi kita sebagai seorang mukmin di saat-saat berperang dengan pikiran-pikiran kita yang selalu nyelonong kesana dan kemari, barulah kita lakukan kala pikiran kita dan perasaan kita sudah kembali tenang, adapun hal ini juga terpahami jelas dari hadits tentang “Shalat orang yang asal-asalan”, yang lalu dikoreksi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan orang itu disuruh mengulangi shalatnya dengan sabda beliau, yang artinya:

…dan ruku’lah sehingga kamu thuma’ninah dalam ruku’ itu, lalu tegaklah berdiri sampai kamu thuma’ninah dalam berdiri…dst.” (HR. Bukhari: 757, 793, 6251 dan lain-lain, Muslim: 397, Abu Dawud: 956 dan yang lainnya)

Maka sekianlah dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar