DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM
IBADAH
Perlulah kita ketahui jika mendirikan
shalat dari
sisi jasmaniyah kita akan memiliki keterbatasan dalam hal tempat, dan waktu, serta kesucian
badan, maka shalat dalam sisi ruhaniyah sebaliknya terlepas dari sisi ruang dan
waktu, karena Shalat
individu kita lakukan terus menerus sejak
dunia hingga akhirat, adapun
Masjidnya terletak dalam hati individu kita, dan jamaahnya anggota bathin
kita atau daya ruhaniyah kita yang berdzikir dalam bahasa alam ruhaniah kita,
serta Imam shalat ruhani kita adalah
kemauan dan kiblat individu kita sejati adalah Allah,
adapun Shalat ini
hanya bisa kita capai dengan hati individu
kita yang ikhlas, yaitu hati individu kita yang hidup
tidak tidur dan tidak mati,
karena Hati individu kita yang seperti ini akan selalu terjaga walaupun jasmaniyah kita sedang tidur. Perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al Qur’an
surat Ali
Imram, 3 ayat: 190-191.
Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
Jadi
yang sangat perlu kita ketahui yaitu Ibadah hati individu
kita dilakukan sepanjang hayat, dan sepanjang hayatnya
untuk ibadah, inilah ibadah orang yang sudah
mencapai makrifatullah tempat penyucian tertinggi, maka
di tempat tersebut kita sebagai sang salik
sejatinya ada tanpa individu kita,
karena individu kita telah fana, telah hilang lenyap,
adapun maksunya yaitu ingatan sejati kita
hanya tercurah kepada Allah SWT, akan tetapi hal
ini hanya berlaku bila semua shalat fardhu dan nawafilkita laksanakan
dengan konsisten, samplenya shalat sunnah tahiyyatul wudhu, shalat
sunnah tahiyyatul masjid, shalat sunnah tahiyyatul tobat, shalat sunnah
tahiyyatul istiqharah, shalat sunnah tahiyyatul qabliah, shalat wajib, shalat
sunnah tahiyyatul ba’diah, shalat sunnah tahiyyatul ikhlas, shalat witir, maka
marilah kita perhatikan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat An Nisa, 4 ayat: 103.
Maka apabila kamu telah
menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan
di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Jadi
walhasil shalat
ini baru bisa terjangkau bila semua shalat
syariat ini sempurna, lalu baru masuk shalat
tarekat dan makrifat, maka hal ini tidak bisa kita artikan
bahwa bila sudah berada di tingkatan ini tidak lagi melakukan shalat, bahkan
sering dalam shalat inilah kita
sebagai salik mengalami fana dalam
munajat kita, yang mana sehingga
ibadah kita akan menyita waktu yang lama, maka
apa bila hal demikan ini terjadi pada individu kita
sejati, maka tidak ada bacaan dan gerakan lagi, karena
individu kita sejati telah berbincang dengan Tuhan kita,
dan individu kita sejatitelah tenggelam dalam "lautan
tauhid" yaitu keesaan
Allah dan ber"padu" dengan-Nya, maka
setelah berpadu ibadah lahir dan bathinsecara harmonis pada ibadah kita
sebagai sang salik, jadi sudah sungguh jelas
Hati individu kita dan ruh sejati kita
akan membawanya ke hadirat Illahi Robi, dan hati
individu kita ber"padu" mesra dengan Allah SWT dalam
alam nyata kita sebagai sang
salik menjadi wara' dan alim,adapun dalam
alam ruhani menjadi ahli makrifah yang telah sampai pada peringkat
kesempurnaan mengenal Allah, dan inilah makna mendirikan
shalat adalah perjalanan menuju
Allah SWT. QS, Al
Fatihah 1 ayat: 5.
Hanya Engkaulah yang
kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Jadi
sekali lagi perlu kita ketahui yang mana kewajiban shalat
fardhu adalah suatu jalan untuk mendekatkan individu kita
kepada Allah SWT, apalagi dilengkapi dengan amalan-amalan sunah yang
dicontohkan Rosul SAW, akan mendapat 'nilai tambah' dari Allah dan Rosul-Nya, sebagaimana
yang dijelaskan oleh hadits histories Bukhari yang
menjelaskan bahwa orang-orang yang mengerjakan amalan fardhu dan amalan sunat
akan sempurna pendekatannya kepada Allah sehingga dekat pula pertolongan Allah
kepadanya.
Bagi kita
yang sudah mantap iman kita akan merasa tidak cukup bila
hanya melakukan shalat wajib saja, tetapi
akan menambahnya dengan shalat sunat atau rawatib,
adapun di dalam praktek tasawufmendirikan
shalat merupakan bagian dari muraqabah atau kontemplasi
terhadap Tuhan, sedangkanMuraqabah ini
meresapkan kesadaran individu kita bahwa
Allah memonitor gerak-gerik kita baik lahir maupun bathin, jadi Muraqabah
hakikat shalat ini dengan
cara menghadapkan wajah jiwa kita ke hadirat Allah SWT yang telah menjadikan
hakikatnya shalat, yaitu mendirikan Shalat
yang terdiri dari beberapa rukun yang
bersifat perkataan dan perbuatan yang kita mulai
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Mendirikan
Shalat sangat penting dalam tasawuf,
sebagaimana disabdakan oleh nabi SAW:
”Shalat adalah
kenaikan atau mi'raj orang-orang
Mukmin (menuju Allah)”.
Nabi Muhammad juga
bersabda:
”Hanya dalam shalat
saja seorang hamba bisa dekat dengan Allah.”.
Shalat
menghubungkan kita sebagai sang hamba dengan Tuhan,
dan mengisi jiwa kita dengan cahaya-cahaya yang
memancar darinya sehingga yang mana kita dapat menyaksikan Akbar-nya
atau Wajah-Nya, maka hal inilah yang dikatakan hubungan
halus individu kita sebagai Sang Salik dengan Tuhan,
rahasia-Nya kedudukan tinggi dan kemuliaan-Nya
pun dapat kita rasakan dalam mendirikan shalat, dan inilah sebabnya Allah SWT menyebut
individu kita sang salik sebagai hamba-Nya atau abduhu, kehambaan
atau 'abdiyah ini kita capai
dalam mendirikan shalat, karena Shalat
adalah anugerah khusus kepada individu kita sebagai manusia
yang diberikan Allah SWT melalui Nabi-Nya,
guna mengenang peristiwa mi'raj beliau, sebagaimana yang disebutkan
dalam Al Quran surat Al Isra. 17. Ayat:
1.
Maha Suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Adapun shalat-shalat
Sunah Yang Dikerjakan:
Shalat
sunat ini tebagi dalam dua bagian, pertama,
shalat sunat yang tidak disunatkan berjamaah dan shalat sunat yang
disunatkan kita berjamaah. Shalat sunat yang tidak
disunatkan berjamaah samplenya shalat sunah rawatib.
Selain itu ada shalat sunat yang bebas tidak terikat dengan waktu dan ada pula
yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
a. Salat Sunah Rawatib
Salat sunah rawatib yaitu salah sunah yang mengikuti salat fardhu,
biasa disebut salat sunah qabliyah dan ba'diyah.
b. Salat Sunah Nawafil
Salat sunah nawafil ada beberapa macam. Misalnya salat
sunah mutlaq, salat sunah jumat, salat sunah awwabin, salat sunah syukur
nikmat, salat sunah dhuha, salat istiharah, salat tasbih, salat hajat, salat
taubah, salat tahajud, salat syukr wudu, salat sunah tahiyatul masjid, salat
sunah li daf'i al bala', salat sunah kifarat al baul, salat sunah bir al
wiladaini, salat sunah li hif'i al iman, salat sunah isti'azah, salat sunah
isyraq, salat sunah witir dan lain-lain.
Maka marilah kita berdoa bersama!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang
bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan
jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu,
kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan
kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari
ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang
menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub)
yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak
khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang
merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian
dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan
dari hati yang sering lalai dari-Mu.
Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari
pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang
tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran
yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari
harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu
hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.
Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari
sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas
harta yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari
keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi,
dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari
jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa
yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur.
Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah
kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan
hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari
do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk
mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya
rabbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar