22042012

DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui jika mendirikan shalat dari sisi jasmaniyah kita akan memiliki keterbatasan dalam hal tempat, dan waktu, serta kesucian badan, maka shalat dalam sisi ruhaniyah sebaliknya terlepas dari sisi ruang dan waktu, karena Shalat individu kita lakukan terus menerus sejak dunia hingga akhirat, adapun Masjidnya terletak dalam hati individu kita, dan jamaahnya anggota bathin kita atau daya ruhaniyah kita yang berdzikir dalam bahasa alam ruhaniah kita, serta Imam shalat ruhani kita adalah kemauan dan kiblat individu kita sejati  adalah Allah, adapun Shalat ini hanya bisa kita capai dengan hati individu kita yang ikhlas, yaitu hati individu kita yang hidup tidak tidur dan tidak mati, karena Hati individu kita yang seperti ini akan selalu terjaga walaupun jasmaniyah kita sedang tidur. Perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Ali
 Imram, 3 ayat: 190-191.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
 (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.


Jadi yang sangat perlu kita ketahui yaitu Ibadah hati individu kita dilakukan sepanjang hayat, dan sepanjang hayatnya untuk ibadah, inilah ibadah orang yang sudah mencapai makrifatullah tempat penyucian tertinggi, maka di tempat tersebut kita sebagai sang salik sejatinya ada tanpa individu kita, karena individu kita telah fana, telah hilang lenyap, adapun maksunya yaitu ingatan sejati kita hanya tercurah kepada Allah SWT, akan tetapi hal ini hanya berlaku bila semua shalat fardhu dan nawafilkita laksanakan dengan konsisten, samplenya shalat sunnah tahiyyatul wudhu, shalat sunnah tahiyyatul masjid, shalat sunnah tahiyyatul tobat, shalat sunnah tahiyyatul istiqharah, shalat sunnah tahiyyatul qabliah, shalat wajib, shalat sunnah tahiyyatul ba’diah, shalat sunnah tahiyyatul ikhlas, shalat witir, maka marilah kita perhatikan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat  An Nisa, 4 ayat: 103.

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Jadi walhasil shalat ini baru bisa terjangkau bila semua shalat syariat ini sempurna, lalu baru masuk shalat tarekat dan makrifat, maka hal ini tidak bisa kita artikan bahwa bila sudah berada di tingkatan ini tidak lagi melakukan shalat, bahkan sering dalam shalat inilah kita sebagai salik mengalami fana dalam munajat kita, yang mana sehingga ibadah kita akan menyita waktu yang lama, maka apa bila hal demikan ini terjadi pada individu kita sejati, maka tidak ada bacaan dan gerakan lagi, karena individu kita sejati telah berbincang dengan Tuhan kita, dan individu kita sejatitelah tenggelam dalam "lautan tauhid" yaitu keesaan Allah dan ber"padu" dengan-Nya, maka setelah berpadu ibadah lahir dan bathinsecara harmonis pada ibadah kita sebagai sang salik, jadi sudah sungguh jelas Hati individu kita dan ruh sejati kita akan membawanya ke hadirat Illahi Robi, dan hati individu kita ber"padu" mesra dengan Allah SWT dalam alam nyata kita sebagai sang salik menjadi wara' dan alim,adapun dalam alam ruhani menjadi ahli makrifah yang telah sampai pada peringkat kesempurnaan mengenal Allah, dan inilah makna mendirikan shalat adalah perjalanan menuju Allah SWT. QS, Al Fatihah 1 ayat: 5.


Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

Jadi sekali lagi perlu kita ketahui yang mana kewajiban shalat fardhu adalah suatu jalan untuk mendekatkan individu kita kepada Allah SWT, apalagi dilengkapi dengan amalan-amalan sunah yang dicontohkan Rosul SAW, akan mendapat 'nilai tambah' dari Allah dan Rosul-Nya, sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits histories Bukhari yang menjelaskan bahwa orang-orang yang mengerjakan amalan fardhu dan amalan sunat akan sempurna pendekatannya kepada Allah sehingga dekat pula pertolongan Allah kepadanya.
           
Bagi kita yang sudah mantap  iman kita akan merasa tidak cukup bila hanya melakukan shalat wajib saja, tetapi akan menambahnya dengan shalat sunat atau rawatib, adapun di dalam praktek tasawufmendirikan shalat merupakan bagian dari muraqabah atau kontemplasi  terhadap Tuhan, sedangkanMuraqabah ini meresapkan kesadaran individu kita bahwa Allah memonitor gerak-gerik kita baik lahir maupun bathin, jadi Muraqabah hakikat shalat ini dengan cara menghadapkan wajah jiwa kita ke hadirat Allah SWT yang telah menjadikan hakikatnya shalat, yaitu mendirikan Shalat yang terdiri dari beberapa rukun yang bersifat perkataan dan perbuatan yang kita mulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
     
Mendirikan Shalat sangat penting dalam tasawuf, sebagaimana disabdakan oleh nabi SAW:
Shalat adalah kenaikan atau mi'raj orang-orang Mukmin (menuju Allah)”.
Nabi Muhammad juga bersabda:
Hanya dalam shalat saja seorang hamba bisa dekat dengan Allah.”. 
Shalat menghubungkan kita sebagai sang hamba dengan Tuhan, dan mengisi jiwa kita dengan cahaya-cahaya yang memancar darinya sehingga yang mana kita dapat menyaksikan Akbar-nya atau Wajah-Nya, maka hal inilah yang dikatakan hubungan halus individu kita sebagai Sang Salik dengan Tuhan, rahasia-Nya kedudukan tinggi dan kemuliaan-Nya pun dapat kita rasakan dalam mendirikan shalat, dan inilah sebabnya Allah SWT menyebut individu kita sang salik sebagai hamba-Nya atau abduhu, kehambaan atau 'abdiyah ini kita capai dalam mendirikan shalat, karena Shalat adalah anugerah khusus kepada individu kita sebagai manusia yang diberikan Allah SWT melalui Nabi-Nya, guna mengenang peristiwa mi'raj beliau, sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran surat Al Isra. 17. Ayat: 1.
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Adapun shalat-shalat Sunah Yang Dikerjakan:

Shalat sunat  ini tebagi dalam dua bagian, pertama, shalat  sunat  yang tidak disunatkan berjamaah dan shalat sunat yang disunatkan kita berjamaah. Shalat sunat yang tidak disunatkan berjamaah samplenya  shalat sunah rawatib. Selain itu ada shalat sunat yang bebas tidak terikat dengan waktu dan ada pula yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu.

a. Salat Sunah Rawatib
            Salat sunah rawatib yaitu salah sunah yang mengikuti salat fardhu, biasa disebut salat sunah qabliyah dan ba'diyah.

b. Salat Sunah Nawafil
            Salat sunah nawafil ada beberapa macam. Misalnya salat sunah mutlaq, salat sunah jumat, salat sunah awwabin, salat sunah syukur nikmat, salat sunah dhuha, salat istiharah, salat tasbih, salat hajat, salat taubah, salat tahajud, salat syukr wudu, salat sunah tahiyatul masjid, salat sunah li daf'i al bala', salat sunah kifarat al baul, salat sunah bir al wiladaini, salat sunah li hif'i al iman, salat sunah isti'azah, salat sunah isyraq, salat sunah witir dan lain-lain.

Maka marilah kita berdoa bersama!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar