18032012

DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Perlulah kita ketahui kiat-kiat meraih Shalat Khusyu’ menurut tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam meraih shalat khusyu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kiat-kiat yang jelas, bahkan para ulama telah membuat bab-bab dalam kitab-kitab mereka, seperti Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah membuat bab Anjuran Khusyu’ dalam Shalat, Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Munajjid rahimahullah dalam kitab beliau “33 kiat mencapai Khusyu’ dalam Shalat” menjelaskan; bahwa untuk mencapai khusyu’ dalam shalat ada dua hal pokok yang perlu kita perhatikan:
1. Memperhatikan hal-hal yang mendatangkan ke-khusyu-an dalam shalat.
2. Menolak hal-hal yang menghilangkan ke-khusyu-an dan melemahkannya.
Adapun yang dimaksud memperhatikan hal-hal yang mendatangkan ke-khusyu’-an dalam shalat ada beberapa kiat yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya:
A. Mempersiapkan individu kita sepenuhnya untuk mendirikan shalat.
Adapun bentuk-bentuk persiapannya yaitu, kita ikut menjawab adzan yang dikumandangkan oleh muadzin, dan kemudian kita ikuti dengan membaca do’a yang disyariatkan, bersiwak karena hal ini akan membersihkan mulut dan menyegarkannya, kemudian memakai pakaian yang baik dan bersih, sebagaimana firman Allah Ta’âla:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. al-A’raaf: 31)

Dan diantara bentuk persiapan lain adalah berjalan ke masjid dengan penuh ketenangan dan tidak tergesa-gesa, lalu setelah sampai di depan masjid, maka masuk dengan membaca do’a dan keluar darinya juga membaca do’a, dan melaksanakan shalat sunnat tahiyyatul wudhu lalu dilanjutkan melaksanakan sunnat tahiyyatul masjid ketika telah berada di dalam masjid, serta merapatkan dan meluruskan shaf, karena syetan berupaya untuk mencari celah untuk menempati dalam barisan shaf shalat, maka dengan melakukan bentuk persiapan tersebut maka Insya Allah akan membantu kita dalam ke-khusyu’-an.
B. Tuma’ninah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu tuma’ninah dalam shalatnya, sehingga seluruh anggota badannya menempati posisi semula, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita yang buruk shalatnya supaya melakukan tuma’ninah sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak sempurna shalat salah seorang diantara kalian, kecuali dengannya (tuma’ninah).”
Bahkan di dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyamakan orang yang belum tuima’ninah tersebut dengan orang yang mencuri dalam shalatnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Qatadah radhiyallahu ‘anhu:
“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seburuk-buruk pencurian yang dilakukan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.”
Qatadah berkata:
“Ya Rasulullah, bagaimana seseorang tersebut di katakan mencuri shalatnya? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.” (HR. Ahmad dan al-Hakim 1/229)
Maka kita yang belum tuma’ninah dalam mendirikan shalat, tentu belum akan merasakan ke-khusyu-an, sebab menunaikan shalat dengan cepat akan menghilangkan ke-husyu-an, sedangkan shalat yang sedemikian diumpamakan seperti burung yang sedang mematuk makanan, maka hal ini akan menghilangkan pahala, oleh karena inilah pentingnya tuma’ninah, maka wajib bagi kita seorang muslim untuk tuma’ninah dalam mendirikan shalat, yang mana sehingga shalat kita diterima oleh Allah Ta’âla.
C. Mengingat mati ketika shalat
Adapun hal ini berdasarkan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila engkau shalat maka shalatlah seperti orang yang hendak berpisah (mati)”. (HR. Ahmad V/412, Shahihul Jami’, no. 742)
Jadi sudah sungguh jelaslah bahwasanya hal ini akan mendorong kita untuk bersungguh-sungguh dalam mendirikan shalat, karena kita yang akan berpisah tentu akan merasa kehilangan dan tidak akan berjumpa kembali, yang mana sehingga akan muncul upaya dari dalam pikiran kita untuk bersungguh-sungguh, dan hal ini seolah-olah bagi kita merupakan kesempatan terakhir untuk mendirikan shalat.
D. Menghayati makna bacaan shalat
Al-Qurân diturunkan agar kita renungkan dan kita hayati maknanya, sebagaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla:

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shaad: 29)

Maka demikian pula sikap penghayatan tidak akan terwujud kecuali dengan memahami makna setiap yang kita baca, dengan memahami maknanya, maka kita akan dapat menghayati dan berfikir tentangnya, sehingga mengucurlah air mata kita, karena pengaruh makna yang mendalam sampai ke lubuk hati inbdividu kita, Dalam hal ini Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman:
Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (QS. al-Furqan: 73)
Di dalam ayat yang mulia ini Allah Subhânahu wa Ta’âla menjelaskan betapa pentingnya memperhatikan makna dari ayat yang kita baca, al-Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya saya sangat heran kepada orang yang membaca al-Qurân, sementara dia tidak mengetahui maknanya. Bagaimana mungkin dia akan mendapatkan kelezatan ketika dia membacanya?”. (Muqaddimah Tafsir at-Thobari karya Muhammad Syakir)
E. Membaca surat sambil berhenti pada tiap ayat
Hal ini merupakan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang dikisahkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha tentang bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam membaca al-fatihah, yaitu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Basmalah, kemudian berhenti, kemudian membaca ayat berikutnya lalu berhenti. Demikian seterusnya sampai selesai (HR. Abu Daud, no. 4001)
F. Membaca al-Qurân dengan tartil
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhânahu wa Ta’âla:

È
atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.(QS. al-Muzammil: 4)

Dan dihistorieskan dengan shahih bahwa bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perlahan-lahan serta satu huruf-satu huruf (Musnad Ahmad 6/294 dengan sanad shahih, Shifatus sholah: 105)
Membaca dengan perlahan dan tartil lebih bisa membantu untuk merenungi ayat-ayat yang dibaca dan mendatangkan kekhusyu’an. Adapun membaca dengan ketergesa-gesaan akan menjauhkan hati dari kekhusyukan.
G. Meyakini bahwa Allah Subhânahu wa Ta’âla akan mengabulkan permintaam kita ketika kita sebagai seorang hamba sedang melaksanakan shalat.
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Qudsi: “Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: ‘Aku membagi Shalatku dengan hamba-Ku-menjadi dua bagian, dan bagi hambaku setiap apa yang dia minta. Jika hamba-Ku mengucapkan Alhamdu lillahi Robbil’âlamin, Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: ‘hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Jika ia mengucapkan Mâ likiyaumiddin, Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: ‘Hamba-Ku telah memuliakan dan mengagungkan-Ku”. (Shahih Muslim, Kitabus Shalat, Bab Wajibnya Membaca al-Fatihah dalam Setiap Rakaat)
Hadits yang mulia ini menjelaskan kepada kita bahwa kita seseorang yang sedang melaksanakan shalat, yaitu ketika kita membaca al-Fatihah maka bacaan tersebut mendapat balasan langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla, maka ini akan menjadi pendorong kita dalam mencapai kekhusyukan.

Maka marilah kita berdoa bersama!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar