DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Perlulah
kita ketahui kiat-kiat meraih Shalat Khusyu’ menurut tuntunan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam meraih shalat khusyu’ Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kiat-kiat yang jelas, bahkan
para ulama telah membuat bab-bab dalam kitab-kitab mereka, seperti Imam Ibnu
Hajar al-Asqalani rahimahullah membuat bab Anjuran Khusyu’ dalam Shalat, Syaikh
Muhammad bin Sholeh al-Munajjid rahimahullah dalam kitab beliau “33 kiat
mencapai Khusyu’ dalam Shalat” menjelaskan; bahwa untuk mencapai khusyu’ dalam
shalat ada dua hal pokok yang perlu kita perhatikan:
1. Memperhatikan hal-hal yang
mendatangkan ke-khusyu-an dalam shalat.
2. Menolak hal-hal yang
menghilangkan ke-khusyu-an dan melemahkannya.
Adapun yang dimaksud
memperhatikan hal-hal yang mendatangkan ke-khusyu’-an dalam shalat ada beberapa
kiat yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
diantaranya:
A. Mempersiapkan individu kita
sepenuhnya untuk mendirikan shalat.
Adapun bentuk-bentuk
persiapannya yaitu, kita ikut menjawab adzan yang dikumandangkan oleh muadzin,
dan kemudian kita ikuti dengan membaca do’a yang disyariatkan, bersiwak karena
hal ini akan membersihkan mulut dan menyegarkannya, kemudian memakai pakaian
yang baik dan bersih, sebagaimana firman Allah Ta’âla:
Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. (QS. al-A’raaf: 31)
Dan diantara bentuk persiapan
lain adalah berjalan ke masjid dengan penuh ketenangan dan tidak tergesa-gesa,
lalu setelah sampai di depan masjid, maka masuk dengan membaca do’a dan keluar
darinya juga membaca do’a, dan melaksanakan shalat sunnat tahiyyatul wudhu lalu
dilanjutkan melaksanakan sunnat tahiyyatul masjid ketika telah berada di dalam
masjid, serta merapatkan dan meluruskan shaf, karena syetan berupaya untuk
mencari celah untuk menempati dalam barisan shaf shalat, maka dengan melakukan
bentuk persiapan tersebut maka Insya Allah akan membantu kita dalam
ke-khusyu’-an.
B. Tuma’ninah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam selalu tuma’ninah dalam shalatnya, sehingga seluruh anggota badannya
menempati posisi semula, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita yang buruk shalatnya supaya melakukan tuma’ninah sebagaimana
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak sempurna shalat salah
seorang diantara kalian, kecuali dengannya (tuma’ninah).”
Bahkan di dalam hadits yang
lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyamakan orang yang belum
tuima’ninah tersebut dengan orang yang mencuri dalam shalatnya, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Qatadah radhiyallahu ‘anhu:
“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Seburuk-buruk pencurian yang dilakukan manusia adalah
orang yang mencuri shalatnya.”
Qatadah berkata:
“Ya Rasulullah, bagaimana
seseorang tersebut di katakan mencuri shalatnya? Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Ia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.” (HR. Ahmad dan
al-Hakim 1/229)
Maka kita yang belum tuma’ninah
dalam mendirikan shalat, tentu belum akan merasakan ke-khusyu-an, sebab
menunaikan shalat dengan cepat akan menghilangkan ke-husyu-an, sedangkan shalat
yang sedemikian diumpamakan seperti burung yang sedang mematuk makanan, maka
hal ini akan menghilangkan pahala, oleh karena inilah pentingnya tuma’ninah,
maka wajib bagi kita seorang muslim untuk tuma’ninah dalam mendirikan shalat,
yang mana sehingga shalat kita diterima oleh Allah Ta’âla.
C. Mengingat mati ketika shalat
Adapun hal ini berdasarkan
wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila engkau shalat maka
shalatlah seperti orang yang hendak berpisah (mati)”. (HR. Ahmad V/412,
Shahihul Jami’, no. 742)
Jadi sudah sungguh jelaslah
bahwasanya hal ini akan mendorong kita untuk bersungguh-sungguh dalam
mendirikan shalat, karena kita yang akan berpisah tentu akan merasa kehilangan
dan tidak akan berjumpa kembali, yang mana sehingga akan muncul upaya dari
dalam pikiran kita untuk bersungguh-sungguh, dan hal ini seolah-olah bagi kita
merupakan kesempatan terakhir untuk mendirikan shalat.
D. Menghayati makna bacaan
shalat
Al-Qurân diturunkan agar kita
renungkan dan kita hayati maknanya, sebagaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla:
Ini adalah sebuah kitab
yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS.
Shaad: 29)
Maka demikian pula sikap
penghayatan tidak akan terwujud kecuali dengan memahami makna setiap yang kita
baca, dengan memahami maknanya, maka kita akan dapat menghayati dan berfikir
tentangnya, sehingga mengucurlah air mata kita, karena pengaruh makna yang
mendalam sampai ke lubuk hati inbdividu kita, Dalam hal ini Allah Subhânahu wa
Ta’âla berfirman:
Dan orang-orang yang
apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah
menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (QS.
al-Furqan: 73)
Di dalam ayat yang mulia ini
Allah Subhânahu wa Ta’âla menjelaskan betapa pentingnya memperhatikan makna
dari ayat yang kita baca, al-Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya saya sangat heran
kepada orang yang membaca al-Qurân, sementara dia tidak mengetahui maknanya.
Bagaimana mungkin dia akan mendapatkan kelezatan ketika dia membacanya?”.
(Muqaddimah Tafsir at-Thobari karya Muhammad Syakir)
E. Membaca surat sambil
berhenti pada tiap ayat
Hal ini merupakan kebiasaan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang dikisahkan oleh Ummu
Salamah radhiyallahu ‘anha tentang bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam membaca al-fatihah, yaitu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca Basmalah, kemudian berhenti, kemudian membaca ayat berikutnya lalu
berhenti. Demikian seterusnya sampai selesai (HR. Abu Daud, no. 4001)
F. Membaca al-Qurân dengan
tartil
Hal ini berdasarkan firman
Allah Subhânahu wa Ta’âla:
È
atau lebih dari seperdua
itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.(QS.
al-Muzammil: 4)
Dan dihistorieskan dengan
shahih bahwa bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
perlahan-lahan serta satu huruf-satu huruf (Musnad Ahmad 6/294 dengan sanad
shahih, Shifatus sholah: 105)
Membaca dengan perlahan dan
tartil lebih bisa membantu untuk merenungi ayat-ayat yang dibaca dan
mendatangkan kekhusyu’an. Adapun membaca dengan ketergesa-gesaan akan
menjauhkan hati dari kekhusyukan.
G. Meyakini bahwa Allah
Subhânahu wa Ta’âla akan mengabulkan permintaam kita ketika kita sebagai
seorang hamba sedang melaksanakan shalat.
Dalam hal ini Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Qudsi: “Allah Subhânahu wa
Ta’âla berfirman: ‘Aku membagi Shalatku dengan hamba-Ku-menjadi dua bagian, dan
bagi hambaku setiap apa yang dia minta. Jika hamba-Ku mengucapkan Alhamdu
lillahi Robbil’âlamin, Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: ‘hamba-Ku telah
menyanjung-Ku. Jika ia mengucapkan Mâ likiyaumiddin, Allah Subhânahu wa Ta’âla
berfirman: ‘Hamba-Ku telah memuliakan dan mengagungkan-Ku”. (Shahih Muslim,
Kitabus Shalat, Bab Wajibnya Membaca al-Fatihah dalam Setiap Rakaat)
Hadits yang mulia ini
menjelaskan kepada kita bahwa kita seseorang yang sedang melaksanakan shalat,
yaitu ketika kita membaca al-Fatihah maka bacaan tersebut mendapat balasan
langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla, maka ini akan menjadi pendorong kita dalam
mencapai kekhusyukan.
Maka marilah kita berdoa bersama!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang
bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan
jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu,
kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan
kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari
ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang
menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub)
yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak
khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang
merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian
dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan
dari hati yang sering lalai dari-Mu.
Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari
pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang
tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran
yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari
harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu
hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.
Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari
sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas
harta yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari
keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi,
dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari
jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa
yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur.
Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah
kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan
hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari
do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk
mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya
rabbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar