20052012,Dikediaman Bpk Nahrowi, Perum Alinda Kencana I, Bekasi

Read by Fajar Yusuf
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM
IBADAH

Perlulah kita kita ketahui sekarang ini kita kehilangan arah dan tempat pijakan, tidak tahu dari mana harus memulai, serta ingin cepat bangkit dari ketertinggalan kita, karena hal tersebut tampak dari semangat yang kadang berlebihan dengan diiringi emosi kita yang tinggi, yang mana sehingga hal ini memudahkan musuh-musuh kita untuk mensiasati dan menjadikan kita sebagai komunitas teroris serta berbagai kesan kurang baik lainnya, maka dalam hal ini harus kita akui merupakan keteledoran kita sebagai komunitas islam dalam melaksanakan ajaran dengan pengertian yang keliru, adapun sesungguhnya kita harus kembali kepada hati individu kita yang suci, yang dalam hadis Rosul SAW, "Yang mampu memuat Dzat-Ku"


Dengan demikian seharusnya individu kita sebagai manusia akan berkata-berkata dengan Rob-kita tentang hidup, tentang ilmu, tentang informasi dan rencana--rencana untuk menghadapi semua permasalahan di dunia maupun di Akhirat, bukankah Allah berjanji akan melindungi kita sebagai seorang mukmin dengan mengalahkan sepuluh orang musuh ?....... samplenya, komunitas yang sedikit dengan kekuatan spiritual yang luar biasa mampu mengalahkan perang badar yang dasyat ? ....... dan sample yang lain, Nabi Musa dengan keteguhannya dalam bertauhid mempu mengalahkan Raja Fir`aun?...... bahkan masih banyak lagi pejuang-pejuang syahid kita dalam menghadapi musuh dengan tetap teguh pada jalan tauhid dan komunikasi kepada Allah Yang Agung.


maka jikalau kita sadr bahwa begitu agungnya Al-Quran, dan begitu piciknya pemikiran kita dalam memahami syariat, sehingga yang mana kita suka menyalahkan diantara kita, adapun hal ini terjadi karena kita membuat gerakan atau harokah-harokah islam dengan berbagai bentuk penawaran berupa konsep keislaman yang lebih murni, namun apa yang terjadi ? ....... kenyataannya kita masih rapuh sehingga antara kita masih mengadakan adu otot dikhalayak ramai, bahkan seperti anak kecil saling cemooh, dan kita masing-masing pihak merasa yang paling benar dan islami, adapun hal ini terjadi yaitu ada satu hal yang belum ada dalam jiwa kita sebagai umat, yaitu kelembutan hati individu kita, dan akibat jauhnya kita dari ingat kepada Allah SWT, maka demikian pula akibatnya yang mana ketika memulai suatu tindakan bukan dilandasi karena Allah SWT, akan tetapi kurang siapnya kita dalam menembus pikiran-pikiran kita yang panas dan gersang dengan sapaan jiwa yang manis penuh kasih, sedangkan sementara kita belum memiliki keberanian untuk mengatakan, akulah yang salah ! ....... dan terima kasih atas nasihatmu ! ....... padahal untuk hal seperti inilah Allah SWT sudah memberikan peringatan seperti yang tercermin dalam surat Al`Ashar ayat 3:
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran"


Pada kali ini kita membahas masalah syariat dan pada sisi yang lain disamping yang sudah terpapar mengenai bersyariat untuk memikirkan ayat-ayat kauniah, dan kita juga akan mengungkapkan masuknya kita sebagai seorang mukmin sejati dalam bersyariat sehingga mencapai kepada fase hakikat syariat secara transendental, dimana pada kondisi ini adalah bagaimana melaksanakan syariat dan merasakan keimanan yang sebenarnya dengan tetap mengacu pada kontrol Al Quran dan Al Hadist, didalam histories Iman Hasan Al Bana berkata didalam risalah Ta`lim
"Bagi iman yang tulus, ibadah yang benar serta mujahadah artinya berjuang menundukan hawa nafsu melahirkan cahaya kelezatan yang Allah limpahkan ke dalam hati siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya"

akan tetapi ilham atau khowatir artinya lintasan-lintasan hati, dan kasyaf artinya penyingkapan rahasia ghoib, adapun mimpi bukanlah merupakan dalil-dalil hukum syariat dan tidak dianggap, kecuali dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum agama serta nash-nash-Nya, nash dari Al Qur`an dan As Sunah.

Didalam menyikapi prinsip syariat, ada dua golongan atau kategori yang termasuk didalamnya, yaitu:

Golongan pertama,
Kita yang mengabaikan cita rasa yang terkandung dalam syariat, atau kita yang menilai sesuatu secara lahiriah saja tanpa melihat kepada pengertian sesungguhnya, maka kita sudah termasuk orang yang mengingkari pengaruh apapun yang timbul dari iman yang dalam, atau ibadah yang benar, atau ketulusan dalam bermujahadah didalam mencemerlangkan akal dan memberikan hidayah kepada hati individu kita.
 
Golongan kedua,
Yaitu kita yang dalam melaksanakan ibadah yaitu bersyariat, tidak hanya sampai kepada makna lahiriah saja, akan tetapi perhatian terhadap penghadapan jiwa kita kita secara hanif atau lurus dan bersungguh-sungguh dalam berjuang mengarahkan hawa nafsu. didalam hadist shahih Rasulullah SAW bersabda:
"akan dapat merasakan makanan iman ialah: orang yang ridho terhadap Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Nabinya" HR. Muslim dari Al Abbas.

Sufyan bin usyainah pernah ditanya
"Mengapa ahlul ahwa yaitu yang bergelimang dalam nafsu itu begitu kuat cintanya kepada nafsunya?"

Sufyan menjawab:
"Apakah engkau lupa firman Allah yang mengatakan:
"Dan mereka itu telah dimesrakan dalam haati-hati mereka untuk menyembah anak lembu dengan kekufuran mereka" Al Baqarah ayat 92.

Setiap peribadatan yang apabila kita lakukan dengan syarat bersungguh-sungguh akan mendapatkan dampak kepada hati individu kita berupa kesejukan dan kemudahan untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang diridhoi Allah SWT, dan sebaliknya apabila kita melakukannya dengan sekedarnya saja atau hanya memenuhi syarat sahnya syariat, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa, kecuali rasa penat dan jenuh, yang mana sehingga terasa sekali di pikiran kita, yaitu kekakuan dan kecongkakan kita yang dengan tetap bersimbolkan keislaman, maka apabila hak ini sudah terjadi pada kita, maka jadilah budaya kita adalah budaya islam yang kaku dan jauh dari sifat kasih sayang serta kebusukan pikiran kita yang diselimuti bungkus syariat islam, akan tetapi kenyataan ini hendaknya kita koreksi, sebagaimana sikap kita seorang mukmin terhadap sesama, dan bagaimana kita bila menghembuskan nafas mengucapkan Allah Akbar ....... maka seketika itu pula kita dapat merasakan atau meyakini ruh yang dihembuskan diantara dari kedua urat leher kita atau tenggorokan turun menuju hati individu kita yang koordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita menyebut asma Allah ....... lalu bergetar dan tersungkur serta menangis tak tertahankan, yaitu dimana didalam Al Quran banyak dijelaskan ciri-ciri seorang mukmin sejati, yang mana seharusnya menjadi acuan dalam hidup kita dalam melaksanakan mendirikan shalat, dan bukannya lantas takluk kepada kekalahan terhadap hawa nafsu kita, yang mana akhirnya kita tetap berkubang dalam kecintaan terhadap bimbingan setan yang sesat.

Jadi sekali lagi yang perlu kita ketahui yaitu kesulitan kita dalam meraskan nikmat Allah SWT adalah merupakan kelezatan iman, dan cemerlangnya hati individu kita, serta kekhusyuan sehingga kita dapat menyaksikan akbar-Nya dalam mendirikan shalat, maka pada akhirnya kita akan sulit berbuat baik, karena hal ini disebabkan adanya bisikan pembimbing yang setia setiap saat dalam melakukan kekejian dan kemungkaran, yaitu setan laknatullah. Sebagaimana dicantumkan dalam Al Quran Surat Az Zukhruf 43 ayat 36:
"Barang siapa yang berpaling dari dzikir kepada yang maha pemurah, kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya"

Sedangkan dalam surat Al Mujaadilah 58 ayat 19 Allah berfirman:
"Telah dikerasi mereka oleh setan, maka setan itu telah menjadikan mereka lupa kepada menyebut Allah"


Dilanjutkan dalam surat An Nisaa 4 ayat 142:
"Mereka gemar memperlihatkan amalan-amalannya kepada manusia ramai dan mereka tiada menyebut Allah kecuali hanya sedikit"


Juga dalam surat An Nur 24 ayat 21:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan itu menyuruh berbuat keji dan mungkar. sekiranya tidak karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada kamu sekalian niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari berbuat keji dan mungkar) selam-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.


Maka sekian dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir di Mingggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!


"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.

Amin ya rabbal alamin.                          ma

13052012,dikediaman Bang Munan, Gebang Tinggi, Bekasi


DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui ada banyak sekali pertanyaan pada benak pikiran kita, namun terkadang jawabannya tidak mewakili keinginan kita, yaitu yang mana pertanyaan-pertanyaan yang terlintas oleh pikiran  kita akan tetapi  selalu mendapat jawaban yang tidak sederhana, samplenya, ketika kita melihat kapal terbang bergerak diangkasa, terbetik dibenak kita suatu pertanyaan, bagai mana bahan-bahan yang berat itu bisa melayang dan bergerak serta meluncur, maka tak lama kemudian kita akan sampai kepada pemikiran tentang alat-alat dan mesin itulah yang meluncurkan keangkasa, maka yang menjadi pertanyan kita yaitu adakah setelah itu kita dibenarkan jika berpendapat bahwa alat kapal terbang itu sendiri yang menerbangkan?...... maka perkara ini tidak semudah itu, sebab kita tidak boleh mengabaikan bahwa disana ada pilot yang mengendalikan mesin tersebut, dan kemudian ada insinyur yang menciptakan rancangan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan, maka pada hakekatnya tak ada wujud bagi kapal terbang itu, dan tidaklah terjadi pergerakan peluncuran keangkasa tanpa kerja insinyur, karena mesin-mesin itu bukanlah akhir dari certa sebuah kapal tebang, akan tetapi hakekat yang paling akhir adalah akal yang telah mengadakan mesin itu, kemudian menggerakkan menurut rencana yang telah dipersiapkan.

Mengikuti ilustrasi realitas kereta api, mulai dari gerbong yang digerakkan oleh roda-roda, kemudian roda-roda digerakkan oleh mesin, mesin digerakkan oleh masinis, dan semua itu direncanakan, oleh yang menciptakan yaitu insinyur. Pertanyaan terakhir adalah : "Mungkinkah roda-roda, mesin, dan alat-alat kereta api itu mampu melihat yang menciptakan?" Jawabannya adalah insinyur itu sendiri yang mengetahui akan dirinya, sebab kereta api dan insinyur berbeda keadaan dan bukan perbandingan….                                          

Adapun realitas instrumen kapal terbang tidak ada satupun yang serupa jika kita bandingkan dengan keadaan realitas insinyur, dan kemudian mengetahui keadaan realitas kapal terbang dari awal sampai akhir, yang mana adalah merupakan kefanaan atau penafian bahwa realitas kapal terbang adalah ciptaan semata. Perhatikanlah firman Allah SWT dalam surat Al An’am,6 ayat: 102-103.

"(yang memiliki sifat-sifat yang..) Demikian itu ialah Tuhan kamu. Tidak ada Tuhan selain Dia. pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan. Dan Dialah yang maha halus lagi maha mengetahui".

Jadi sudah sungguh jelas realitas bahwa Dzat tuhan tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Asy Syu’aaraa, 26 ayat:11.

“(yaitu) kaum Fir'aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?"
 ... berlaku sampai diakhirat kelak, walaupun Tuhan sendiri mengatakan bahwa individu kita sejati di alam surga akan melihat realitas Tuhan secara nyata atas eksistensi Allah, bukan berarti kita melihat dengan perbandingan pikiran kita...… yang dimaksud melihat secara hak disini adalah kesadaran jiwa muthmainnah yang telah lepas dari ikatan alam atau kosmos, atau biasa disebut "fana", maka keadaan inilah individu kita sejati sebagai manusia dan alam seperti keadaan sebelum diciptakan yaitu keadaan masih kosong atau 'awang uwung' kata orang jawa, kecuali Allah sendiri yang ada, dan tidak ada yang mengetahui keadaan ini kecuali Allah sendiri.

Keadaan awal
atau Al Awwalu tidak ada yang wujud selain Allah, dan tidak ada ruang, serta tidak ada waktu, bahkan belum ada alam apapun yang tercipta, maka untuk mengetahui keadaan seperti ini marilah kita ikuti histories nabi Musa As. Dalam Firman Allah SWT surat Al A’raaf, 7 ayat: 143.


"Dan tatkala Musa datang (untuk munajat) dengan Kami, pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya. Berkatalah Musa : ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku. Agar aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: kamu sekali-sekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihat-lah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagaimana sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan, maka setelah Musa sadar kembali dia berkata. Maha Suci Engkau, dan aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman …".

Adapun didalam histories ini ada yang menarik dalam "pertemuan" nabi Musa........ dan kita hubungkan dengan pembahasan mengenai keadaan "kefanaan" individu kita sebagai manusia dan alam, yakni keadaan hancur luluh lantak keadaan gunung Thursina dan keadaan Musa jatuh pingsan!!! Setelah gunung itu hancur dan Musa-pun jatuh pingsan, maka tidak satupun yang terlintas realitas apapun didalam perasan Musa dan fikirannya, kecuali ia tidak tahu apa-apa, akan tetapi yaitu realitas konsepsi kita dan alam tidak ada yaitu fana, maka dalam keadaan inilah Musa melihat realita Tuhan, bahwa benar Tuhan tidak bisa dibandingkan oleh sesuatu apapun. Kemudian Musa kembali sadar memasuki realitas dirinya sebagai manusia dan alam. Musa berkata :aku orang yang pertama-tama beriman..dan percaya bahwa Allah tidak seperti konsepsi "saya".

Setelah kita mengetahui dan faham akan Dzat, sifat, dan af'al Allah,
maka teranglah fikiran dan batin kita, sehingga secara gamblang kedudukan kita dan Allah menjadi jelas, yaitu yang hakiki dan yang bukan hakiki, serta pada akhir terbukalah mata kita dari ketidaktahuan akan Dzat, karena ketidaktahuan inilah yang kita maksudkan dengan tertutupnya hijab, sehingga perlu disadarkan oleh kita sendiri dan kemudian mengenal-Nya atau ma'rifat.
Syekh Ahmad bin `Athaillah, didalam Al Hikam menyebutkan bahwa:
"Tiada sesuatu benda yang menghijab engkau dari Allah, tetapi yang menghijab engkau adalah persangkaanmu adanya sesuatu disamping Allah, sebab segala sesuatu selain dari Allah itu pada hakikatnya tidak maujud atau tidak ada sebab yang wajib ada hanya Allah, sedang yang lainnya terserah kepada belas kasihan Allah untuk diadakan atau ditiadakan".

Sang Syekhk berkata :
"andaikan Allah tidak dhahir pada benda-benda alam ini, tidak mungkin adanya penglihatan pada-Nya. Dan andaikan Allah tidak mendhahirkan sifat-sifat-Nya, pasti lenyaplah alam benda-benda. Ketika Allah bertajalli kepada gunung, hancurlah gunung itu, sedang Musa jatuh pingsan … "

Ada diantara kita berkata :
"Adanya kita semua ini bagaikan adanya bayangan pohon di dalam air, maka ia tidak akan menghalangi jalannya perahu, maka hakikat yang sebenarnya tiada sesuatu benda apapun yang maujud disamping Allah untuk menghijab kita dari Allah, akan tetapi hanya kita sendiri mengira bayangan itu sebagai sesuatu yang maujud."

jadi pertanyaan demi pertanyaan timbul dari pikiran kita karena ketidaktahuan atau hijab, yang mana kenyataaan bahwa Allah sangat dekat....adapun hal ini tertutup oleh kebodohan ilmu kita selama ini, yang mana Allah seakan jauh diluar sana...…sehingga kita tidak merasakan kehadiran-Nya yang terus menerus berada dalam kehidupan kita, jadi walhasil dari keterangan ditersebut menyimpulkan bahwa kita ternyata telah salah kaprah mengartikan sosok dzat selama ini, yang kita sangka adalah konsepsi "saya", dan bukan konsepsi hakiki, yaitu wujud yang tak terbandingkan oleh perasaan, pikiran , mata hati, dan seterusnya. Allah kita adalah Allahnya Musa,....... Allahnya Ibrahim,....... dan Allahnya Muhammad … yaitu yang Maha tak terjangkau oleh apapun.... maka pada saat kita mendirikan shalat saatnyalah kita bertakbir tertuju kepada dzat....…bukan kepada sifat....… fa' bud nii sembahlah AKU...…, sehingga fanalah "individu kita" dan semesta.


Maka sekianlah dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.

06052012, dikediaman Bpk Muhidin, Pakis, Kerawang


DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui menyambung pembahasan minggu lalu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah tentang kiat-kiat meraih Shalat Khusyu’ menurut tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam meraih shalat khusyu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kiat-kiat yang jelas, yaitu menjelaskan bahwa untuk mencapai khusyu’ dalam shalat ada dua hal pokok yang perlu kita perhatikan:

1. Memperhatikan hal-hal yang mendatangkan ke-khusyu-an dalam shalat.
2. Menolak hal-hal yang menghilangkan ke-khusyu-an dan melemahkannya.

Adapun yang dimaksud memperhatikan hal-hal yang mendatangkan ke-khusyu’-an dalam shalat ada beberapa kiat yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya:

Pertama,
Meletakkan sutrah atau tabir pembatas dan mendekatkan individu kita kepada-Nya, adapun hal ini lebih bertujuan untuk memperpendek dan menjaga penglihatan kita yang sedang melaksankan Shalat, sekaligus menjaga pikiran kita dari syetan, dan disamping ini juga dapat menjauhkan kita dari lalu lalangnya orang yang lewat di sekitar kita, karena lewatnya orang lain secara hilir mudik dapat mengganggu ke-khusyu-an shalat kita.
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang diantara kalian melaksanakan Shalat dengan menggunakan tabir, maka hendaklah ia mendekat padanya, sehingga syetan tidak akan memotong Shalatnya”.(HR. Abu Daud, no. 446/1695)
Adapun jarak antara kita dengan tabir atau sutrah adalah tiga kali panjang lengan, dan antara tabir dengan tempat sujud kita adalah, seluas tempat lewatnya seekor kambing, sebagaimana yang banyak disebut dalam hadits-hadits shahih. (lihat Fathul Bari 1/574-579).

Kedua.
Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri di dada kita.
“Adalah Rasulullah jika sedang Shalat, beliau meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri”. (HR. Muslim ).
Imam Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
“Para ulama berkata: ‘Hikmah dari sikap tersebut (meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri di dada) merupakan bentuk sifat dari seseorang yang meminta-minta dengan perasaan hina, sikap tersebut lebih mampu menghindarkan sifat main-main, dan lebih dekat kepada ke-khusyu-an”. (lihat Fathul Bari 2/224)

Ketiga.
Melihat kearah tempat sujud, dalam hadits yang dihistorieskan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika sedang shalat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menundukkan kepala serta mengarahkan pandangannya ke tanah (tempat sujud)”. (HR. al-Hakim 1/479, dia berkata shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim, disepakati juga oleh al-Albani dalam buku shifatus Shalatin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hal 89)
Dari sini jelaslah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Shalat melihat ke arah tempat sujud dan tidak memejamkan matanya, maka kita yang memejamkan mata kita berarti amalannya bertentangan dengan sunnah.

Keempat.
Memohon perlindungan kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla dari godaan syetan, karena godaan syetan akan selalu datang kepada kita yang akan menghadap Allah Subhânahu wa Ta’âla, oleh karena ini kita sebagai seorang hamba hendaknya tegar dalam beribadah kepada Allah Ta’âla, seraya tetap melakukan amalan-amalan shalat, dan jangan sampai goyah, sebab dengan selalu menekuni hal-hal tersebut, godaan dan tipu daya syetan akan hilang dengan sendirinya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
 ¨bÎ) yøŠx. Ç`»sÜø¤±9$# tb%x. $¸ÿŠÏè|Ê ÇÐÏÈ  
 “Sesungguhnya tipu daya syetan itu adalah lemah.(QS. an-Nisa’: 76)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika seorang diantara kalian berdiri shalat, maka datanglah syetan, kemudian ia mengacaukannya (mengacaukan shalatnya dan memasukkan padanya keraguan) sehingga tidak mengetahui berapa rakaat ia shalat. Jika salah seorang diantara kalian mendapati hal demikian, maka hendaklah ia bersujud dua kali ketika dia sedang duduk”. (HR. Bukhari)

Inilah diantara hal-hal yang membantu kekhusyukan, yang tidak bisa kami sebutkan semuanya karena keterbatasan tempat, namun setidak-tidaknya ini sebagai suatu jalan bagi kita untuk menuju khusyu’.

Adapun faktor yang kedua dari hal-hal yang akan membawa kekhusyukan adalah dengan mengetahui penghalang-penghalang kekhusyukan dan menolaknya. Adapun penghalang-penghalang kekhusyukan adalah sebagai berikut:

A. Menghilangkan sesuatu yang mengganggu di tempat shalat
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Adalah ‘Aisyah memiliki selembar kain yang berwarna-warni yang digunakan untuk menutupi bagian samping rumahnya. Melihat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Hilangkan itu dari pandanganku, sebab gambar-gambarnya selalu terbayang dan menggoda pandanganku pada waktu shalat”. (HR. Bukhari/lihat Fathul Bari 10/391). Dan termasuk perkara yang harus dihindari adalah Shalat di tempat lalu lalang manusia, tempat yang ramai dan gaduh serta berisik, di dekat orang yang sedang bercakap-cakap.

B. Tidak shalat di tempat yang terlalu dingin atau terlalu panas, jika hal tersebut memungkinkan
Karena hal ini jelas akan mengganggu kekhusyukan dalam shalat.

C. Menghindari shalat di dekat makanan yang disukai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak baik Shalat dilaksanakan di hadapan (di dekat) makanan yang telah dihidangkan”. (HR. Muslim, no. 560). Jika makanan yang telah dihidangkan dan berada dihadapannya, maka ia berhak mendahulukan makan, sebab jika ia tidak makan dan meninggalkannya (tidak makan terlebih dahulu), ia tidak akan merasa khusyu’ dan hatinya akan selalu teringat pada makanan tersebut, bahkan seyogyanya dia tidak tergesa-gesa dalam makannya sehingga betul-betul terpenuhi hajatnya.

D.Menghindari shalat dalam kondisi mengantuk
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian merasa mengantuk dalam shalat, hendaklah ia tidur terlebih dahulu, sehingga ia mengetahui apa yang diucapkannya”. (HR. Bukhari, no. 210)

E. Jangan shalat di belakang orang-orang yang bercakap-cakap ataupun tidur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah Shalat di belakang orang yang sedang tidur dan juga orang-orang yang sedang bercakap-cakap”. (HR. Abu Daud, no. 694)
Karena suara orang-orang yang sedang bercakap-cakap dapat merusak konsentrasi seseorang yang sedang Shalat.

F. Menghindari shalat dalam keadaan menahan buang air besar ataupun kecil
Karena hal ini jelas akan mengganggu kekhusyukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang shalat dalam kondisi Haaqin yaitu menahan buang air kecil dan besar. (HR. Ibnu Majah dalam Sunannya no. 617)

G. Tidak menyibukkan diri untuk membersihkan debu

H. Dimakruhkan mengusap dahi dan hidung dalam shalat

I. Tidak boleh mengganggu orang yang sedang shalat dengan mengeraskan bacaan

J. Tidak boleh menoleh ke kiri dan ke kanan ketika shalat

K. Tidak mengarahkan pandangan ke langit

L. Jangan meludah ke depan ketika sedang shalat

M. Berusaha untuk tidak menguap ketika shalat

N. Tidak mencontoh gerakan atau tingkah laku binatang
Driwayatkan dalam hadits bahwasanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang tiga perkara dalam Shalat, yaitu perilaku mematuk seperti burung gagak, duduk seperti duduknya binatang buas, mengambil tempat tertentu sebagaimana unta mengambil tempat duduknya (menderum)”. (HR. Ahmad 3/428)
Demikianlah beberapa kiat-kiat dalam meraih Shalat Khusyu, semoga dengan mengetahuinya akan mengantarkan kita menuju Shalat yang khusyu’, yang pada intinya sangat praktis, mudah dan ekonomis tanpa membutuhkan biaya yang besar.

Maka sekianlah dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.

Amin ya rabbal alamin.