01072012, Dikediaman Bpk Nur Hasan, Kaliabang Tengah

Read By Uda Hanura


DASAR DASAR 
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui, yang mana ada beberapa kiat khusyu dalam mendirikan shalat yang kerap kali disinggung dasar dasar pengetahuan ibadah ini, khususnya yang berkenaan dengan hukum dan tata cara shalat, diantaranya, mengenal Allah dengan menghadirkan hati individu kita hidup, yang koordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita, dan mengaggungkanNya pada saat kita menyaksikan atau berhadapan dengan wajahNya atau kebesaranNya dan takut kepadaNya jangan sampai hal tersebut ini sirna, jadi diantara kita yang paling khusyu dalam mendirikan shalat adalah termasuk oarang yang paling bertakwa sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 46 yang artinya:
“(orang-orang yang khusyu yaitu) orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb mereka, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya”.
Dan Surat Al Fatir ayat 28:
“...Sesungguhnya yang takut (bertakwa) kepada Allah hanyalah para ulama...”
Maksudnya: hanya diantara kita yang berilmu yang tergolong bertakwa kepada Allah. Dan tentunya hanya merekalah yang digolongkan orang-orang yang khusyu dalam shalatnya. Yang dimaksud ilmu disini tentunya ilmu yang shahih yang membuahkan amalan shalih. Karena Al Hasan Al Bashri pernah menyatakan.  “Ilmu itu ada dua macam, yang pertama ilmu ungkapan lidah dan ilmu di sanubari. Adapun ilmu sanubari, itulah ilmu yang bermanfaat. Sedangkaan ilmu ungkapan lidah, adalah hujah Allah atas manusia”
Adapun secara bahasa kata khusyu memiliki beberapa arti yang sama, yaitu : tunduk, pasrah, merendah atau diam, demikian juga khusyu artinya mirip dengan kata khudu hanya saja kata khuduk lebih sering kita gunakan untuk anggota badan kita, sedang khusyu untuk kondisi dan gerak gerik hati. Dan lihatlah Mu`jamu Maqasiyisi al lughah II/152. Bashairu Dzawi At-tamyiz II/541-543. Tafsir Al Baghwi III/301. Tafsir Abi As-su`ud VI/123 dan Fathul Bari II/225.
Adapun rendah perlahan, biasanya kita gunakan untuk suara, Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Thaha ayat 108 yang artinya
“dan (khusyu) merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah, maka kaamu tidak mendengar melaikan bisikaan saja”
Maka tak sembarang diantara kita yang mampu dengan mudah mengabadikan amalan shalat, apalagi dalam wujud yang sempurna rukun dan syaratnya, ditambah sejumlah sunah-sunah yang juga terdapat dalam mendirikan shaalaat, adapun kemudahan hal ini hanya milik diantara kita yang mamapu tampil khusyu dalam mendirikan shalatnya, dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 45, yaang artinya
“... dan sesungguhnya yang demikian itu (shalat) amatlah berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.”
Akan tetapi sayangnya, kebanyakan diantara kita sering menjadi pelanggan shalat yang kerap alfa dan lalai dalam melakukannya, adapun hal ini sudah menjadi ketentuan Illahi yang akan berlaku, dan akan diperbuat oleh kita sebagai generasi di akhir jaman, sesuai firman Allah SWT dalam surat Maryam ayat 59 yang artinya:
“Maka datanglah sesudah mereka generasi yang jelek yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”
Jadi juga perlu kita ketahui hukum mengucapkan surat selain Al Fatihah dalam shalat adalah shunah dan dalam pelaksanaannya kita bisa memilih surat atau ayat yang mana saja, yang kita bisa, adapun Rasulullah sendiri kadang membaca surat-surat yang panjang dan terkadang membaca surat yang pendek-pendek, biasanya beliau lakukan hal tersebut jika ada hal yang mengganggu seperti dalam perjalanan, sakit ataupun tangisan bayi, dan didalam histories seorang tabi`in bertanya kepada Abu Sa`id Al Khudri ra tentang shalat Nabi SAW, maka Abu Sa`id menjawab:
“Tiada gunanya engkau mengetahuinya, karena engkau tak mau melaksanakannya”.
Kemudian yang bertanya mengulangi lagi pertanyaannya, maka Abu Sa`id.ra berkata:
“Ketika shalat Dzuhur didrikan, maka pergilah salah seorang dari kami ke Baqie, dan melepaskaan hajatnya disana. Kemudian ia datang kepada keluarganya, lalu mengambil wudhu, kemudian ia kembali ke masjid, sedang Nabi masih dalam rakaat yang pertama, karena beliau memanjangkannya”. HR.Ahmad
Maka demikian pula apabila ada diantara kita sebagai imam mengucapkan “Sami` Allahu liman hamidah”, didalam histories Anas berkata:
“Dan apabila imam membaca “Sami Allahu liman hamidah (Allah mendengar terhadap orang yang memuji-Nya), maka katakanlah “Allahuma Rabbana Wa Laka al Hamdu (Ya Allah Tuhan Kami, bagi-Mu lah segala pujian)”.HR.Bukhari.
Dan dari Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Ahmad dan lain-lain, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila imam membaca Sami` Allahu Liman Hamidah, maka katakanlah: “Allahumma Rabbana Wa Laka Al-Hamdu, barang siapa bacaanya bersamaan dengan bacaan malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. Al Bukhari, Bab Adzan, pasal Keutamaan Allahummaa Rabbana Wa Laka Al-Hamdu.
Maka dengan demikian pula apa bila diantara kita ada kesalahan dalam gerakan yang dilakukan imam, samplenya, seperti kelebihan rakaat, maka cara membetulkannya adalah dengan penyebutan “Subhanallah...” oleh kita sebagai makmum, sedangkan apabila kesalahan atau lupa membaca potongan ayat Al Quran oleh imam, maka cara memberitahuakannya adalah dengan mengucapkan bacaan yang benar, dan tidak perlu kita sebagai makmum berkata “wahai imam, anda salah karena kita sekarang ini sudah rakaat ke empat”. Mengapa ?...... karena ungkapan ini tidak lain adalah suatu “Percakapan”,yang apabila kita lakukan, maka akan membatalkan shalat kita, sedangkan ucapakn kita sebagai makmum membetulkan bacaan imam, dan tidak termasuk dalam “Percakapan”karena kita sebagai makmum hanya membaca ayat Al Quran. Dalam suatu histories Nabi SAW pernah melakukan shalat, lalu beliau mengalami kekeliruan dalam mengucapkan ayat Al Quran, dan tatkala selesai beliau bersabda kepada Ubay: “Apakah engkau tadi shalat bersamaku?” jawabnya: “Ya.” Sabdanya: “Mengapa engkau tidak mau (membetulkan kekeliruanku)?”. HR Abu Daud, Ibnu Hibban, Thabarani, Ibnu Asakir dan Adh-Dhiya, hadist shahih.
Jadi dalam shalat berjamaah, posisi imam adalah untuk diikuti, namun hak makmum adalah mengingatkan bila imam lalai atau lupa, dan makmum laki-laki memberi peringatan dengan mengucapkan lafal “Subhanallah”, sedangkan makmum wanita dengan bertepuk tangan, dan didalam suatu histories shalat itu khusus wanita menjelaskan tentang posisi imam dan makmum jama`ah, adalah sebagai berikut:
Dari Atha bahwa,”Aishah pernah beradzan, berqamat dan mengimami para wanita dan berdiri ditengah-tengah mereka”. HR.Al-Hakim dalam Al Mustadrak.
Dari Mujahid dari ayahnya dan Atha bahwa, “Wanita menjadi imam para wanita dalam shalat wajib dan shalat sunnah dengan berdiri di tengah-tengah mereka”. HR Abdul Razaq dalam Mushannafnya.
Al Lajnah Ad Da`imah Lil Ifta ditanya:
“Jika beberapa orang wanita berkumpul disuatu rumah dan mereka ingin melaksanakan shalat sunah seperti shalat Tarawih atau shalat Fardhu, apakah seseorang diantara mereka harus maju untuk menjadi imam sebagaimana dilakukan oleh pria?” jawabnya:
“Hendaknya salah seorang diantara mereka menjadi imam, baik untuk melaksanakan shalat wajib maupun shaalat sunnah, akan tetapi imam wanita itu tidak maju didepan shaf sebagaimana seorang pria mengimami kaum pria dalam shalat berjamaah, melainkan cukup bagi imam wanita itu untuk berdiri ditengah-tengah shaf pertama”. Fatawa al lajnah ad daimah lil ifta VII/390,fatwa nomor 3907.
Adapun selain ini pun kita harus mengetahui bermakmum kepada sesama Masbuq tidak dibenarkan, adapun penjelasan, yang mana pada saat peristiwa pindah shalat jamaah dari imam pertama yang telah selesai shalat kepada makmum lain, yang masbuq lalu dijadikan imam, tidak terdapat dalil yang menguatkannya dalam hukum shalat, yang ada hanyalah sesama masbuq, maka mereka wajib menyelesaikan sendiri-sendiri shalat diantara kita dan hukumnya kembali lagi menjadi shalat sendiri, karena hal bab-bab fiqih, shalat pun umumnya tidak membahas masalah pindah shalatnya jamaah dari imam pertama yang telah selesai shalat kepada makmum lain yang masbuq lalu dijadikan imam, padahal kalaulah memang Masyru`iyahnya ada, pastilah semua fuqoha menuliskannyaa dalam literatur utama fiqih islam, dan apabila ada diantra kita sebagai makmum maju dan merasa ber hak menjadi imam untuk kita, padahal tadinya kita berdua adalah sama-sama makmum, maka kita tidak perlu menjadi makmumnya, akan tetapi menyelesaikan shalat kita sendiri-sendiri.
Maka sekian dulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kitaa berdo`a bersama, agar kita semuaa yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.

Amin ya rabbal alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar