Read by Bpk Sumardi
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Setelah memaknai materi-materi sebelumnya, perlulah kita
ketahui para ikhwan yang dimulikan Allah SWT, marilah kita bersama-sama
ber-muhasabah, menghitung-hitung, sudahkah keduanya kita tata sedemikian rupa
hingga menambah nilai ketakwaan kita kepada-Nya, karena hati individu kita ini
harus selalu kita jaga agar kita dapat senantiasa merasakan hidup, dan jangan
sampai lalai terkena penyakit pikiran kita, karena kelalaian hati individu kita
kalau kita sudah tidak dapat merasakan hidup, susah nian diobati, namun
demikian insya Allah mudah kita hindari, dan bila merasa kita ini banyak
kelalaian segeralah minta ampun kepada-Nya dengan memperbanyak shalat-shalat
sunah, agar kita menjadi suci kembali, karena Dia Allah adalah Tuhan Maha Suci
yang sangat menyukai kesucian, maka hendaknya kita senantiasa dalam kondisi
suci lahir maupun bathin. Perhatikan firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al
Baqarah ayat:52:
“Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu...”
Ayat tersebut ini mengingatkan kepada kita bahwa dalam setiap
menghembuskan nafas kita, maka seketika ini pula kita harus dapat merasakan
bahkan harus meyakini dzat yang turun dari tenggorokan kita, sehingga menyentuh
hati individu kita hidup, yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada
diatas perut kita, maka inilah yang dikatakan kesadaran kita yang universal,
dan seyogyanya kita selalu menempatkan Allah SWT sebagai pelabuhan terakhir,
berarti kita dapat mengingat Allah SWT dimana saja dan kapan saja selama kita
masih berada diatas bumi-Nya, kitapun sesungguhnya sudah sangat sering melihat
bermacam-macam ekspresi diantara kita dalam mengingat Allah SWT, menangis,
berdiam, menyanyi, menari dan berkata-kata.
Adapun dalam konteks ini kita sebagai umat islam tidak pernah
lepas dari 3 hal:
1.
“Do`a”
yaitu permintaan kepada Allah SWT
2.
“Wirid”
yaitu bacaan tertentu untuk mendapatkan “aliran” dari Allah SWT
3.
“Shalat”
yaitu segala gerak-gerik dan aktivitas yang berobsesi taqarrub kepada Allah
SWT.
Termasuk juga zikir adalah melafadzkaan kata-kata tertentu,
karena zikir sangat penting karena ia merupakan langkah pertama tapakan cinta
kepada Allah SWT. Maka zikir merupakan bentuk komitmen kita dan kontinuitas
kita untuk meninggalkan segala haal yang berbentuk kelupaan kepada Allah SWT
dan memasuki wilayah musyahadah atau persaksian, serta mengalahkan rasa takut
kita bersamaan dengan rasa kecintaan kita yang mendalam, dan zikir dapat
dimaknai juga dengan “kita berlindung kepada Allah SWT”. Atau secara sederhana
dapat kita katakan bahwa zikir ini adalah untuk kita mengingat Allah SWT yang
dapat kita lakukan dengan diam-diam atau bersuara.
Adapun zikir ada 2 macam:
1.
Zikr
bi al lisan, yaitu kita mengucapkan lafadz-lafadz atau redaksi yang dapat
menggerakan hati individu kita agar dapat hidup untuk mengingat Allah SWT, maka
zikir dengan pola ini dapat dilakukan pada saat-saat tertentu dan tempat
tertentu pula, samplenya, berzikir pada saat selepas shalat.
2.
Zikr
bi al qalb, yaitu keterjagaan hati individu kita untuk selalu mengingat Allah
SWT, adapun zikir ini dapat kita lakukan dimana saja dan kapan saja, jadi tidak
ada pembatasan ruang dan waktu, pelaku sufi lebih mengistimewakan zikir bi al
qalb karena implikasinya yang hakiki, meskipun demikian, zakir atau kita
seorang yang berzikir dapat mencapai kesempurnaan apabila kita mampu berzikir
dengan lisan sekaligus dengan hati individu kita.
Meskipun secara global terdapat dua kutub zikir, namun dalam
realitasnya terdapat 7 jenis zikir:
1.
Zikr
bi al lisan, atau kita pengucapan dengan bersuara
2.
Zikr
al nafs, atau tanpa suara kita dan terdiri atas gerak dan rasa didalam diantara
dua rongga dada diatas perut kita
3.
Zikr
al qalb, atau perenungan hati individu kita, yaaitu seluruh pemikiran maupun
perasaan kita tujukan atau konsentrasikan atau mendekat dengan adanya sesuatu
yang hidup
4.
Zikr
al ruh, atau tembus cahaya dan sifat-sifat ilahiah
5.
Zikr
al sirr, atau penyingkaapan rahasia illahi
6.
Zikr
al khafy, atau penglihatan cahaya keindahaan
7.
Zikr
akhfa al khafy, atau penglihatan realitas kebenaran Yang Maha Mutlak
Adapun yang tidak kalah pentingnya, para jama`ah Majelis
Mudzakaroh yang mulia, adalah bahwa zikir tidak menuntut kita untuk memahami
konteks, karena zikir hanya memerlukan arahan seorang guru, maka zikir yang
efektif adalah zikir yang diilhami dengan tepat oleh seorang guru ruhani dan
selalu dalam pantauannya, jadi hal ini secara sederhana dan praktis dapat
saksikan dalam ranah tradisi pesantren, yang mana dikalangan santri, zikrullah
biasanya diawali dengan zikr bi al lisan, yaitu mengucapkan redaksi tertentu
secara khusyu atau konsentrasi dan istiqamah atau kontinuitas, serta
thuma`ninah atau stabil, dan mula-mula zikr bi al lisan kita lakukan sebagai
bagian dari ritual keagamaan, samplenya, mengucapkan lafadz “Subhanallah al
adzim” adapun teori-teori zikir ini sudah tentu mengacu kepada ajaran sufi yang
telah dipercaya otentisitasnya, yang mana sehingga zikr bi al lisan tidak hanya
sebatas ritual, akan tetapi tahapan yang memfokus kedalam dada kita, dan
sehingga pada tahap tertentu secara otomatis mewujud dalam rutinitas hati
individu kita hidup, dimana hati individu kita dengan sendirinya tergerak
menuju ke alam musyahadah.
Memang pada tahap awal pengucapan zikir terasa sebatas lisan,
meskipun demikian hal ini bukanlah sesuatu yang buruk, hanya saja kita perlu
meningkatkan kualitas zikir kita sehingga benar-benar mengantarkanya pada
kondisi persaksian atas kesucian dan keagungan Allah SWT, adapun kontinuitas
zikir mampu membawa kita pada satu tahapan dimana persaksian terhadap Allah SWT
memenuhi wilayah qalbu atau hati, yang mana pada tahap ini zikir tidak lagi
berada di wilayah kesadaran namun juga masuk dalam wilayah ketidaksadaran.
Sehingga proses zikir pun berjalan di kala terjaga, tidur, pingsan, mati suri
bahkan sakaratul maut, sebagaimana telah disinggung bahwa orientasi zikir
adalah penataan qalbu, karena qalbu memegang peranan penting dalam kehidupan
individu kita sejati sebagai manusia, karena baik buruk aktivitas kita sangat
bergantung kepada kondisi qalbu.
Adapun konsepsi zikir ini menunjukan bahwa zikir merupakan
pelatihan hati individu kita untuk bermusyahadah kepada Allah SWT, adapun
musyahadah berarti pengabaian kita atas perilaku yang destruktif dan kemunculan
obsesi untuk menjadi pribadi yang sempurna, maka musyahadah inilah makna hidup
yang telah lama menghilang dari kehidupan kita sehingga kita terperangkap
kedalam bagai krisis, samplenya krisis mental, krisis sosial, krisis struktural
dan krisis etika, adapun hilangnya musyahadah dari kita beriringan dengan
orientasi hidup kita yang serba materi, maka hidup kita tidak lagi berkualitas
karena pengabaian kita terhadap makna dan nilai, yang mana sehingga kerja keras
hanya kita ukur seberapa besar produk yang kita hasilkan dan seberapa lama
waktu yang telah kita habiskan, padahal kerja keras juga mencakup nilai
seberapa besar manfaat produk ini memberi manfaat bagi kita, maka disinilah
peran zikir yaitu memacu kita untuk bertindak berdasarkan pemanfaatan dan
kemaslahatan, dan yang mana diantara kita mengatakan:
“Bahwa hidup yang hakiki adalah kepedulian terhadap hakikat
dan berpaling dari kepalsuan”
Bila demikian, segala rupa tindakan lahiriah kita membutuhkan
kejujuran, profesionalitas dan berorientasi kemaslahatan secara luas dan dalam
konteks ini kita dapat memperhatikan pribadi-pribadi sempurna, samplenya, umar
bin abdul aziz yang layak disebut sufi adalah seorang pemimpin negara atau
khalifah berkualitas yang berhasil menjadikan kekuasaannya lebih bermakna bagi
kehidupan, Jabir bin Hayyan, sufi sekaligus ilmuwan, Fariduddin Al Atthar, sufi
dan juga konglomerat, artinya, bahwa kesufian kita tidak akan menghalangi
aktivitas sehari-hari kita sebagai manusia biasa yang butuh pada pemenuhan
hidup dan perjuangan membangun cita-cita kemanusiaan.
Adapun kenyataan ini bukanlah sesuatu yang ganjil sepanjang
kita mampu menjaga proporsionalitas antara ilmu, amal dan tazkiyah al qalbi
atau kebersihan hati individu kita. Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al
Hajj ayat:54
“Agar orang-orang yang diberi ilmu meyakini bahwasanya Al
Quran itulah yang Haq dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada jalan yang lurus”
Demikianlah dahulu para ikhwan yang dimuliakan Allah SWT,
jadi walhasil, bahwa zikir dapat membimbing kita untuk beraktivitas dengan hati
individu kita dan zikir akan mempersembahkan hati individu kitaa sebagai
manusia sebagai tempat suci dimana alam semesta menjelma sebagai bukti-bukti
kehadiran Allah SWT, kapan saja dan dimana saja.
Maka sekian dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini,
semoga penjelasan ini bermanfaat buat kita semua yang hadir dan marilah kita
berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah
SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya !
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang
berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan
jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu,
kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan
kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari
ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang
menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang
ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak
khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang
merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian
dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan
dari hati yang sering lalai dari-Mu.
Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran
yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak
bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang
tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta
yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu
hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.
Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari
sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas
harta yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari
keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi,
dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa
yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang
tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur.
Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami
dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan
hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari
do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk
mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin
Mohon maaf sebelumnya, untuk masukan saja, mungkin untuk kerapihan paragraf lebih diperhatikan, karena itu mempengaruhi cara baca dan dapat mempengaruhi makna yang terkandung dalam risalah tersebut.
BalasHapus