11122011, Dikediaman Bpk. Sumarna. TNIAD, Mayanggi Bekasi Timur


No.13
Read by Bang Muksin 

DASAR DASAR 

PEGETAHUAN UMUM IBADAH

 

            Perlulah kita ketahui apakah pada saat kita mendirikan Shalat, kita sudah dapat berhadapan kepada yang kita ibadati atau dapat menyaksikan Kebesaran-Nya......., dan kalau seandainya belum maka sudah dapat dipastikan kita masih mencintai sesembahan selain Allah SWT, dan memang cinta bikin kita gila, begitu kata sebagian diantara kita, dan mungkin hal ini barangkali ada benarnya. Buktinya, banyak diantara kita para pemuda yang rela melanggar aturan-aturan agama demi mencari keridhaan pacar kita. Alasan kita ‘cinta itu membutuhkan pengorbanan’. Adapun hal yang sedemikian ini kalau berkorban harta atau bahkan nyawa untuk membela agama Allah, tentu tidak kita ingkari, namun bagaimana jika yang kita korbankan adalah syariat Islam dan yang kita cari bukan keridhaan Ar-Rahman?.......... dan semoga penjelasan dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita bersama, agar cinta yang mengalir di peredaran darah kita tidak berubah menjadi bencana.

Allah ta’ala berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah, 2 ayat: 165. lihat quran klik disini

2:165
And [yet], among the people are those who take other than Allah as equals [to Him]. They love them as they [should] love Allah . But those who believe are stronger in love for Allah . And if only they who have wronged would consider [that] when they see the punishment, [they will be certain] that all power belongs to Allah and that Allah is severe in punishment.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Jadi sudah sungguh jelas Allah SWT menceritakan khususnya kepada pribadi kita yang membaca, yaitu kalau kita mencintai pujaan kita atau sesembahan tandingan ini sebagaimana kecintaan kita kepada Allah SWT, dan sementara juga kita mencintai Allah SWT dengan kecintaan yang sangat besar, maka hal ini menunjukkan bahwa kita belum bisa memasukkan kita kedalam Islam, karena mana mungkin kita yang mencintai pujaan selain Allah SWT dengan rasa cinta yang lebih besar daripada kecintaan kepada Allah SWT?...... dan lalu apa jadinya kita yang hanya mencintai pujaan tandingan ini dengan sama sekali tidak mencintai Allah SWT?.........
Dalam histories Ibnu Katsir rahimahullah dijelaskan:
“Allah ta’ala menyebutkan tentang kondisi orang-orang musyrik ketika hidup di dunia dan ketika berada di akhirat. Mereka itu telah mengangkat sekutu-sekutu bagi Allah yaitu [sesembahan-sesembahan] tandingan. Mereka menyembahnya disamping menyembah Allah. Dan mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Dia itu adalah Allah yang tidak ada sesembahan yang hak kecuali Dia, tidak ada yang sanggup menentang-Nya, tidak ada yang bisa menandingi-Nya dan tiada sekutu bersama-Nya. Di dalam Ash-Shahihain [Sahih Bukhari dan Muslim] dari Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu’anhu-, dia berkata : Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dosa apakah yang terbesar.” Beliau menjawab : “Yaitu engkau mengangkat selain Allah sebagai sekutu bagi-Nya padahal Dialah yang menciptakanmu.” Sedangkan firman Allah, “adapun orang-orang beriman lebih dalam cintanya kepada Allah.” Hal itu dikarenakan kecintaan mereka (orang yang beriman) ikhlas untuk Allah dan karena kesempurnaan mereka dalam mengenali-Nya, penghormatan dan tauhid mereka kepada-Nya. Mereka tidak mempersekutukan apapun dengan-Nya. Akan tetapi mereka hanya menyembah-Nya semata, bertawakal kepada-Nya dan mengembalikan segala urusan kepada-Nya…” Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, I/262.
Jadi sudah sangat jelas Allah ta’ala mengabarkan kepada kita bahwasanya barangsiapa diantara kita-kita yang mencintai sesuatu selain Allah sebagaimana mencintai Allah ta’ala maka kita termasuk kategori orang yang telah menjadikan selain Allah sebagai sekutu, jadi juga perlu kita ketahui Syirik ini terjadi dalam hal kecintaan bukan dalam hal penciptaan dan rububiyah…... karena sesungguhnya mayoritas diantara kita-kita ini telah mengangkat selain Allah sebagai sekutu dalam perkara cinta dan pengagungan, sehingga yang mana pada saat kita beribadah, tidak dapat menyaksikan yang kita ibadahi atau dapat melihat Kebesaran-Nya pada saat kita mendirikan Shalat. 
Adapun dalam histories Syaikh Hamad bin ‘Atiq rahimahullah menjelaskan:
“Orang-orang musyrik itu menyetarakan sesembahan mereka dengan Allah dalam hal kecintaan dan pengagungan. Inilah pemaknaan ayat tersebut sebagaimana dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah…” Ibthaalu Tandiid, hal. 180.
Dan dalam histories Syaikhul Islam mengatakan: “Penyetaraan semacam itulah yang disebutkan di dalam firman Allah ta’ala tatkala menceritakan penyesalan mereka di akhirat ketika berada di neraka. Mereka berkata kepada sesembahan-sesembahan dan sekutu-sekutu mereka dalam keadaan mereka sama-sama mendapatkan adzab (yang artinya) : “Demi Allah, dahulu kami di dunia berada dalam kesesatan yang nyata, karena kami mempersamakan kamu dengan Rabb semesta alam.” QS. Asy-Syu’araa’ : 97-98. Telah dimaklumi bersama, bahwasanya mereka bukan mensejajarkan sesembahan mereka dengan Rabbul ‘alamin dalam hal penciptaan dan rububiyah. Namun mereka hanya mensejajarkan pujaan-pujaan itu dengan Allah dalam hal cinta dan pengagungan…” dinukil dari Fathul Majid, hal. 320-321.
Adapun didalam histories Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah dijelaskan : “Kecintaan orang-orang yang beriman lebih dalam dikarenakan kecintaan tersebut adalah kecintaan yang murni yang tidak terdapat noda syirik di dalamnya. Sehingga kecintaan orang-orang yang beriman menjadi lebih dalam daripada kecintaan mereka (orang-orang kafir) kepada Allah.” Al-Qaul Al-Mufid, II/4-5.
Adapun dalam histories Syaikh As-Sa’di rahimahullah dijelaskan bahwa makna ‘orang-orang yang beriman lebih dalam cintanya kepada Allah, yaitu apabila dibandingkan dengan kecintaan para pengangkat tandingan itu terhadap sekutu-sekutu mereka. Karena orang-orang yang beriman itu memurnikan cinta untuk Allah, sedangkan mereka mempersekutukan-Nya. Selain itu, mereka juga mencintai sesuatu yang memang layak untuk dicintai, dan kecintaan kepada-Nya merupakan sumber kebaikan, kebahagiaan dan kemenangan hamba. Adapun orang-orang musyrik itu telah mencintai sesuatu yang pada hakikatnya tidak berhak sama sekali untuk dicintai. Dan mencintai tandingan-tandingan itu justru menjadi sumber kebinasaan dan kehancuran hamba serta tercerai-berainya urusannya.” Tafsir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 80.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
“Sumber terjadinya kesyirikan terhadap Allah adalah syirik dalam perkara cinta. Sebagaimana firman Allah ta’ala, 
2:165

And [yet], among the people are those who take other than Allah as equals [to Him]. They love them as they [should] love Allah . But those who believe are stronger in love for Allah . And if only they who have wronged would consider [that] when they see the punishment, [they will be certain] that all power belongs to Allah and that Allah is severe in punishment.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

” Beliau menegaskan : “Maksud dari pembicaraan ini adalah bahwasanya hakikat penghambaan tidak akan bisa diraih apabila diiringi dengan kesyirikan kepada Allah dalam urusan cinta. Lain halnya dengan mahabbah lillah. Karena sesungguhnya kecintaan tersebut merupakan salah satu konsekwensi dan tuntutan dari penghambaan kepada Allah. Karena sesungguhnya kecintaan kepada rasul –bahkan harus mendahulukan kecintaan kepadanya daripada kepada diri sendiri, orang tua dan anak-anak− merupakan perkara yang menentukan kesempurnaan iman. Sebab mencintai Beliau termasuk bagian dari mencintai Allah. Demikian pula halnya pada kecintaan fillah dan lillah…” Ad-Daa’ wad-Dawaa’, hal. 212-213.
Maka perhatikanlah wahai para ikhwan yang dimuliakan Allah SWT, yang mana kecenderungan dan gerak-gerik pikiran kita, jangan-jangan selama ini kita telah menobatkan sesembahan selain Allah jauh di dalam ilustrasi kita, entah itu harta, kedudukan, jabatan, benda, atau sesosok seseorang, dan yang mana sehingga kita mengharapkannya, menggantungkan cita-cita kita kepadanya, dikarenakan takut kehilangan darinya sebagaimana rasa takut kita kehilangan bantuan dari Allah ta’ala, bahkan sehingga keridhaannya pun menjadi tujuan segala perbuatan dan tingkah laku kita, dan pada akhirnya Halal dan haram tidak lagi kita pedulikan, aturan Allah pun kita lupakan, yang mana pada saat kita kita ibadah, sudah tidak dapat berhadapan kepada yang kita ibadati atau pada saat mendirikan Shalat kita dapat lagi menyaksikan Akbar-Nya, aduhai, betapa malangnya kita yang telah menjadikan makhluk yang lemah dan tak berdaya sebagai tumpuan harapan hidup kita. Sungguh benar Ibnul Qayyim rahimahullah yang mengatakan, “Sesungguhnya mayoritas penduduk bumi ini telah mengangkat selain Allah sebagai sekutu dalam perkara cinta dan pengagungan.” dinukil dari Fathul Majid, hal. 320.
Semoga Allah menyelamatkan hati individu kita yang koordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita agar hidup dari tipu daya Iblis dan balatentaranya, dan semoga Allah meneguhkan hati individu kita terasa hidup senantiasa untuk menjunjung tinggi kecintaan kepada Allah SWT di atas segala-galanya, sebab tidak ada lagi yang lebih melegakan hati dan perasaan kita selain tatkala Allah ta’ala telah menetapkan cinta-Nya untuk kita sehingga kita dapat menyaksikan Akbar-Nya dengan mata kepala senyata-nyatanya pada saat mendirikan Shalat. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi-Nya, segala puji bagi Allah Rabb penguasa seluruh alam semesta.

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu,WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah. 

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidakbisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak pandai bersyukur, dan dari jiwa yang tidak bisa tenang. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar