29012012, Dikediaman Tengku Iwan Pahlevi, Perum Alinda Kencana I, Bekasi

Read By Dorojatun

DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

  perlulah kita ketahui yang mana pada saat kita mendirikan shalat sering kali kita mendengar kata bergetar digunakan untuk penyebutan sesuatu yang sulit di bahasakan secara verbal, dan belum ada satu kalimat yang tepat yang bisa mewakili arti dan menunjukkan keadaan yang kita rasakan pada saat mendirikan shalat, samplenya, seperti getaran cinta, getaran rasa, getaran emosi, getaran gelombang elektromagnetik, getaran suara, getaran wahyu atau ilham, adapun Al Qur'an juga tidak secara gamblang menggambarkan keadaan Iman atau ciri-ciri yang sebenarnya, dan disana hanya disebutkan wajilats quluubuhum artinya bergetar hatinya, perhatikanlah firman Allah SWT dalam Al Qur;an surat Al Anfaal, 8 ayat: 2.


Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.
Dan juga disurat Az Zumar, 39 ayat: 23

 
taq syairru minhu juludulladzina yakhsyauna rabbahum artinya, gemetar karenanya kulit/fisik orang-orang yang merasa takut kepada Tuhannya”.

Memang sangat sulit bagi kita sekalipun kita sebagai mufassir atau penyair atau seniman musik atau pelukis atau filosof untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan secara transenden, yang mana sehingga kita hanya mampu merangkai kata-kata atau bunyi-bunyian atau warna-warna, sebagai ungkapan kedalaman makna dan arti yang tidak berasal dari apa yang bisa kita gambarkan seperti naluri, insting, inspirasi, ilham atau wahyu !! yaitu yang turun melalui getaran penuh muatan makna dan pengertian yang berasal dari ilahi.

Maka sebelumnya kita akan mengajak seluruh ikhwan yang hadir  untuk mengkaji mengenai getaran yang diakibatkan oleh proses shalat atau ingat, dan selanjutnya juga akan kita bahas secara universal dan ilmiah baik segi fisiologi maupun psikologi maka marilah kita memperhatikan firman Allah surat Azzumar, 39 ayat: 22-23, 

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”.

Maka sudah sungguh amat jelas penjelasan pada ayat ini diawali dengan "terbukanya hati orang yang menerima cahaya Islam dari Tuhannya yaitu pencerahan, kemudian bergetar atau terguncang fisik orang yang menerima cahaya atau pencerahan dari Tuhannya, lalu proses itu berlanjut dengan adanya harmonisasi antara fisik dan hati tatkala mengingat Allah...….itulah petunjuk Allah. Mungkin bisa kita tegaskan disini keadaan ini merupakan hal yang universal dan alami, bukan klenik atau khurafat, adapun didalam histories atau tareh, Rasulullah pada saat pertama kali menerima wahyu di goa Hira mengalami guncangan tubuh atau beliau menggigil yang amat sangat, sehingga Siti Khadjah menyelimutinya. padahal udara di luar sangat panas, dan didalam histories lainya Siti Aisyah ra berkata :

"Aku pernah melihat saatnya turun wahyu kepada Nabi pada suatu hari sangat dingin, kemudian Aku lihat dahi Nabi bercucuran keringat, pada saat itu aku menyekanya".

Adapun didalam histories atau tareh Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah ibn 'Umar ra:

"saya bertanya kepada Nabi Saw. apakah engkau merasa bahwa wahyu akan datang ?" menjawab Nabi : "Kadang-kadang aku dengar suara gemerincing lonceng yang sangat keras, sesudah itu akupun terdiam mendengar itu. Tiap-tiap kali wahyu datang demikian aku merasa jiwaku akan dicabut".
Rasulullah merasakan keadaan seperti ini yang paling berat dirasakan.

Demikian pula yang dihistories oleh Al Bukhari dari Shafwaan ibn Ya'la ibn Umayyah :

Ya'la berkata : Sementara Nabi berada di Ja'ranah, berteduh dibawah sehelai kain beserta beberapa shahabat, tiba-tiba datanglah seorang Badawy berbaju jubah yang berlumur dengan bau-bauan, lalu bertanya ; "Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau mengenai seorang yang berihram untuk umrah dengan memakai jubah yang berlumuran bau-bauan ?" maka Umar memberi isyarat kepada Ya'la, mengajak masuk ketempat Nabi berteduh, Ya'la melihat Nabi telah merah mukanya dan terus tertidur serta mengeluarkan orokan seperti orang epilepsy . Sesaat kemudian Nabi sadar , lalu Nabi berkata : "Mana orang yang baru bertanya tentang umrah". Sesudah orang itu di cari dan datang, Nabi berkata : "bau-bauan itu hendaklah kamu basuhnya tiga kali. Sedangkan jubah itu haruslah kamu tanggalkan dari badanmu. Sesudah itu berbuatlah apa yang kamu buat untuk haji".

Adapun para orientalis Barat telah mempergunakan histories ini untuk menuduh Nabi SAW yaitu orang yang telah kehilangan kesadarannya karena terserang epilepsy, padahal nyata dari memperhatikan histories-histories itu, bahwa Nabi sesudah mengalami yang demikian ini, lalu memanggil juru tulisnya untuk menuliskan soal yang ditanyakan kepadanya tadi.
Kepustakaan : Sejarah dan pengantar ilmu Al-Qur’an danTafsir , M Hasbi Ash Shiddiqy, Bulan Bintang, Jakarta 1954.

Maka selanjutnya kita akan kembali membahas "getaran" sebagai sesuatu yang alamiah bukan sebagai hal yang dianggap mistik kurafat atau bid'ah oleh sebagian diantara kita, maka kita sering mendengar kata transenden, yang di pergunakan untuk menunjukkan rasa yang dalam atau rasa rohani, dan biasanya kita gunakan untuk menunjukkan kepada rasa iman atau rasa percaya terhadap sesuatu yang abstrak atau tidak kasat mata, adapun dalam harfiahnya transenden artinya sesuatu yang utama atau yang hakiki, dan rasa iman adalah rasa yang harus kita rasakan oleh kehakikian jiwa kita, adapun kepura-puraan atau sebatas kepercayaan pada fikiran kita saja, maka hal ini oleh Rasulullah SAW disebut kaum yang tunduk pada tatanan hukum syariat dan belum masuk ke tahapan kaum mukmin, maka Al Qur'an menjelaskan secara tuntas pebedaannya dalam surat Al Hujuraat, 49 ayat: 14. Sebagai berikut!! 

"Orang-orang Badwi itu berkata : kami telah beriman. Katakanlah (kepada mereka) kamu belum beriman, tetapi katakanlah : kami telah tunduk (Aslamna/ kami baru berislam/ muslim), karena iman itu belum masuk kedalam hatimu".

Jadi sudah sungguh jelas kata 'aslamna' adalah menunjukkan sebuah pernyataan buat kita telah tunduk, artinya kita telah menerima semua aturan islam secara keseluruhan yaitu Al-Qur’an dan Al hadits, akan tetapi rasa iman ini belum bisa kita rasakan karena baru masuk pada tahapan percaya dalam logika kebenaran kita, dan bukan keimanan yaitu yang kita rasakan dalam hati individu kita yang kordinatnya didalam
diantara dua rongga dada diatas perut kita, adapun hal ini kita kaitkan dengan keadaan yang dirasakan oleh orang yang sudah memasuki keimanan dalam hatinya sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Mayam, 19 ayat: 58. Sebagai berikut. 
 
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil , dan dari orang-orang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila di bacakan ayat-ayat Allah maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis".

Maka setelah kita telah membaca ayat diatas, adapun maksudnya yaitu kita telah mendapatkan data-data diatas dengan benar dari kitab yang suci, maka untuk ini kita disebut telah mempercayai dengan logika ilmu syariat, barulah kita komunitas termasuk golongan yang mempercayai adanya kebenaran syariat tersebut, adapun yang mempercayai dan melaksanakan nash ini disebut muslim atau kita telah tunduk kepada peraturan….. lalu kemudian kita mencoba untuk melakukannya lebih khusus dan dalam, yang mana sehingga kita mendapatkan karunia rasa dalam hati individu kita berupa getaran jiwa kita dan menangis tatkala menyebut nama Allah....…dalam hal ini, maka kita telah memasuki rasa iman yang muncul dari rohani kita....... maka kita dapat membenarkan adanya ayat-ayat diatas dengan pengalaman langsung, kita rasakan oleh jiwa kita, adapun pengalaman rohani ini termasuk keimanan dan merupakan ciri-ciri jiwa kita yang telah mendapatkan karunia dari Allah. Jadi pengalaman rohani inilah berupa iman yang kita maksud dengan transcendent....… yang di dalam bahasa tasawuf disebut pengalaman haqul yakin atau keyakinan secara benar atau haq, yaitu kita merasakan keimanan secara langsung dan dibenarkan oleh nash Al-Qur’an....... dan bukan hasil dari 'katanya' orang lain, serta bukan dari hayalan pikiran kita, adapun yang menjadi pemikiran kita yaitu bagaimanakah cara kita bisa atau apa ciri-ciri kita yang sudah tergolong menerima Allah sebagai Tuhan secara transenden itu ?...... sesungguh sudah dijelaskan diatas, bahwa kita yang telah menerima data dengan lengkap serta telah melaksanakan syariat, akan tetapi belum tentu kita merasakan keimanan secara langsung dalam hati individu kita, adapun iman yang langsung ini yaitu merupakan karunia dari Allah SWT...…dan harus kita capai dengan sering mendekat kepada Allah setiap saat agar Allah membukakan hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita untuk menerima hidayah berupa iman ini, dan jika kita merasakan getaran dan menangis tatkala disebut nama Allah, adapun hal dikarenakan kita dapat menyaksikan kepada yang kita ibadati atau menyaksikan kebesaran-Nya, maka inilah merupakan pengalaman transcendent...... dan biasanya pengalaman kita ini dibenarkan atau di dasari oleh Al-Qur’an dan dirasakan oleh pendahulu-pendahulu kita baik ulama maupun para wali-wali yang telah mengalami langsung, adapun pengalaman ini kadang menjadi aneh dan asing bagi yang tidak pernah merasakan, yang mana sehingga kita yang menangis ketika mendirikan shalat dianggap tidak normal..…bahkan ada yang secara ekstrim mengatakan bid'ah, khurafat, mistik atau klenik...…

Maka sekianlah dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar