Read By Dorojatun
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH
perlulah kita ketahui yang mana pada saat kita mendirikan shalat sering
kali kita mendengar kata bergetar digunakan untuk penyebutan sesuatu yang
sulit di bahasakan secara verbal, dan belum ada satu kalimat yang tepat yang
bisa mewakili arti dan menunjukkan keadaan yang kita rasakan pada saat
mendirikan shalat, samplenya, seperti getaran cinta, getaran rasa, getaran
emosi, getaran gelombang elektromagnetik, getaran suara, getaran wahyu atau
ilham, adapun Al Qur'an juga tidak secara gamblang menggambarkan keadaan Iman
atau ciri-ciri yang sebenarnya, dan disana hanya disebutkan wajilats
quluubuhum artinya bergetar hatinya, perhatikanlah firman Allah SWT dalam
Al Qur;an surat Al Anfaal, 8 ayat: 2.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal”.
Dan juga disurat Az
Zumar, 39 ayat: 23
“taq syairru minhu juludulladzina yakhsyauna rabbahum artinya, gemetar karenanya
kulit/fisik orang-orang yang merasa takut kepada Tuhannya”.
Memang sangat sulit bagi kita sekalipun kita sebagai
mufassir atau penyair atau seniman musik atau pelukis atau filosof untuk
mengungkapkan apa yang kita rasakan secara transenden, yang mana sehingga
kita hanya mampu merangkai kata-kata atau bunyi-bunyian atau warna-warna,
sebagai ungkapan kedalaman makna dan arti yang tidak berasal dari apa yang
bisa kita gambarkan seperti naluri, insting, inspirasi, ilham atau wahyu !!
yaitu yang turun melalui getaran penuh muatan makna dan pengertian yang
berasal dari ilahi.
Maka sebelumnya kita akan mengajak seluruh ikhwan yang
hadir untuk mengkaji mengenai getaran
yang diakibatkan oleh proses shalat atau ingat, dan selanjutnya juga akan
kita bahas secara universal dan ilmiah baik segi fisiologi maupun psikologi
maka marilah kita memperhatikan firman Allah surat Azzumar, 39 ayat: 22-23,
“Maka
apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam
lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu
hatinya)? Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu
hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah
Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang
yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di
waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki
siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya
tak ada baginya seorang pemimpinpun”.
Maka sudah sungguh amat jelas penjelasan pada ayat ini
diawali dengan "terbukanya hati orang yang menerima cahaya Islam dari
Tuhannya yaitu pencerahan, kemudian bergetar atau
terguncang fisik orang yang menerima cahaya atau pencerahan dari Tuhannya,
lalu proses itu berlanjut dengan adanya harmonisasi antara fisik dan hati
tatkala mengingat Allah...….itulah petunjuk Allah. Mungkin bisa kita tegaskan
disini keadaan ini merupakan hal yang universal dan alami, bukan klenik atau
khurafat, adapun didalam histories atau tareh, Rasulullah pada saat pertama
kali menerima wahyu di goa Hira mengalami guncangan tubuh atau beliau
menggigil yang amat sangat, sehingga Siti Khadjah menyelimutinya. padahal
udara di luar sangat panas, dan didalam histories lainya Siti Aisyah ra
berkata :
"Aku pernah melihat saatnya turun wahyu kepada
Nabi pada suatu hari sangat dingin, kemudian Aku lihat dahi Nabi bercucuran
keringat, pada saat itu aku menyekanya".
Adapun didalam histories atau tareh Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah ibn 'Umar ra:
"saya bertanya kepada Nabi Saw. apakah engkau
merasa bahwa wahyu akan datang ?" menjawab Nabi : "Kadang-kadang
aku dengar suara gemerincing lonceng yang sangat keras, sesudah itu akupun
terdiam mendengar itu. Tiap-tiap kali wahyu datang demikian aku merasa jiwaku
akan dicabut".
Rasulullah merasakan keadaan seperti ini yang paling
berat dirasakan.
Demikian pula yang dihistories oleh Al Bukhari dari
Shafwaan ibn Ya'la ibn Umayyah :
Ya'la berkata : Sementara Nabi berada di Ja'ranah,
berteduh dibawah sehelai kain beserta beberapa shahabat, tiba-tiba datanglah
seorang Badawy berbaju jubah yang berlumur dengan bau-bauan, lalu bertanya ;
"Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau mengenai seorang yang berihram
untuk umrah dengan memakai jubah yang berlumuran bau-bauan ?" maka Umar
memberi isyarat kepada Ya'la, mengajak masuk ketempat Nabi berteduh, Ya'la
melihat Nabi telah merah mukanya dan terus tertidur serta mengeluarkan orokan
seperti orang epilepsy . Sesaat kemudian Nabi sadar , lalu Nabi berkata :
"Mana orang yang baru bertanya tentang umrah". Sesudah orang itu di
cari dan datang, Nabi berkata : "bau-bauan itu hendaklah kamu basuhnya
tiga kali. Sedangkan jubah itu haruslah kamu tanggalkan dari badanmu. Sesudah
itu berbuatlah apa yang kamu buat untuk haji".
Adapun para orientalis Barat telah mempergunakan
histories ini untuk menuduh Nabi SAW yaitu orang yang telah kehilangan
kesadarannya karena terserang epilepsy, padahal nyata dari memperhatikan
histories-histories itu, bahwa Nabi sesudah mengalami yang demikian ini, lalu
memanggil juru tulisnya untuk menuliskan soal yang ditanyakan kepadanya tadi.
Kepustakaan : Sejarah dan pengantar ilmu Al-Qur’an danTafsir , M Hasbi Ash Shiddiqy, Bulan Bintang, Jakarta 1954.
Maka selanjutnya kita akan kembali membahas
"getaran" sebagai sesuatu yang alamiah bukan sebagai hal yang
dianggap mistik kurafat atau bid'ah oleh sebagian diantara kita, maka kita
sering mendengar kata transenden, yang di pergunakan untuk menunjukkan rasa
yang dalam atau rasa rohani, dan biasanya kita gunakan untuk menunjukkan
kepada rasa iman atau rasa percaya terhadap sesuatu yang abstrak atau tidak
kasat mata, adapun dalam harfiahnya transenden artinya sesuatu yang utama
atau yang hakiki, dan rasa iman adalah rasa yang harus kita rasakan oleh
kehakikian jiwa kita, adapun kepura-puraan atau sebatas kepercayaan pada
fikiran kita saja, maka hal ini oleh Rasulullah SAW disebut kaum yang tunduk
pada tatanan hukum syariat dan belum masuk ke tahapan kaum mukmin, maka Al Qur'an
menjelaskan secara tuntas pebedaannya dalam surat Al Hujuraat, 49 ayat: 14.
Sebagai berikut!!
"Orang-orang Badwi itu berkata : kami telah
beriman. Katakanlah (kepada mereka) kamu belum beriman, tetapi katakanlah :
kami telah tunduk (Aslamna/ kami baru berislam/ muslim), karena iman itu
belum masuk kedalam hatimu".
Jadi sudah sungguh jelas kata 'aslamna' adalah menunjukkan sebuah pernyataan buat kita telah tunduk, artinya kita telah menerima semua aturan islam secara keseluruhan yaitu Al-Qur’an dan Al hadits, akan tetapi rasa iman ini belum bisa kita rasakan karena baru masuk pada tahapan percaya dalam logika kebenaran kita, dan bukan keimanan yaitu yang kita rasakan dalam hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita, adapun hal ini kita kaitkan dengan keadaan yang dirasakan oleh orang yang sudah memasuki keimanan dalam hatinya sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Mayam, 19 ayat: 58. Sebagai berikut.
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi
nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang
yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil , dan
dari orang-orang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila di
bacakan ayat-ayat Allah maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis".
Maka setelah kita telah membaca ayat diatas, adapun
maksudnya yaitu kita telah mendapatkan data-data diatas dengan benar dari
kitab yang suci, maka untuk ini kita disebut telah mempercayai dengan logika
ilmu syariat, barulah kita komunitas termasuk golongan yang mempercayai
adanya kebenaran syariat tersebut, adapun yang mempercayai dan melaksanakan
nash ini disebut muslim atau kita telah tunduk kepada peraturan….. lalu
kemudian kita mencoba untuk melakukannya lebih khusus dan dalam, yang mana
sehingga kita mendapatkan karunia rasa dalam hati individu kita berupa
getaran jiwa kita dan menangis tatkala menyebut nama Allah....…dalam hal ini,
maka kita telah memasuki rasa iman yang muncul dari rohani kita....... maka
kita dapat membenarkan adanya ayat-ayat diatas dengan pengalaman langsung, kita rasakan oleh jiwa kita, adapun pengalaman rohani
ini termasuk keimanan dan merupakan ciri-ciri jiwa kita yang telah mendapatkan
karunia dari Allah. Jadi pengalaman rohani inilah berupa iman yang kita
maksud dengan transcendent....… yang di dalam bahasa tasawuf disebut
pengalaman haqul yakin atau keyakinan secara benar atau haq, yaitu kita merasakan
keimanan secara langsung dan dibenarkan oleh nash Al-Qur’an....... dan bukan
hasil dari 'katanya' orang lain, serta bukan dari hayalan pikiran kita,
adapun yang menjadi pemikiran kita yaitu bagaimanakah cara kita bisa atau apa
ciri-ciri kita yang sudah tergolong menerima Allah sebagai Tuhan secara
transenden itu ?...... sesungguh sudah dijelaskan diatas, bahwa kita yang
telah menerima data dengan lengkap serta telah melaksanakan syariat, akan
tetapi belum tentu kita merasakan keimanan secara langsung dalam hati
individu kita, adapun iman yang langsung ini yaitu merupakan karunia dari
Allah SWT...…dan harus kita capai dengan sering mendekat kepada Allah setiap
saat agar Allah membukakan hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita untuk menerima
hidayah berupa iman ini, dan jika kita merasakan getaran dan menangis tatkala
disebut nama Allah, adapun hal dikarenakan kita dapat menyaksikan kepada yang
kita ibadati atau menyaksikan kebesaran-Nya, maka inilah merupakan pengalaman
transcendent...... dan biasanya pengalaman kita ini dibenarkan atau di dasari
oleh Al-Qur’an dan dirasakan oleh pendahulu-pendahulu kita baik ulama maupun
para wali-wali yang telah mengalami langsung, adapun pengalaman ini kadang
menjadi aneh dan asing bagi yang tidak pernah merasakan, yang mana sehingga
kita yang menangis ketika mendirikan shalat dianggap tidak normal..…bahkan
ada yang secara ekstrim mengatakan bid'ah, khurafat, mistik atau klenik...…
Maka sekianlah dahulu
dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama,
agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat
mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang
berkonsultasi atau curhat atau
‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada
kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi
ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan
kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari
ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang
menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub)
yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak
khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang
merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut
cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang
menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.
Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari
pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran
yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari
pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari
harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa
membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.
Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami
dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran,
dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari
keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi,
dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari
jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa
yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur.
Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah
kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang
menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari
do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk
mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar