27112011, dikediaman Ust. Abd Azis, Kayu Ringin Bekasi Barat



No.11
Read By
DASAR-DASAR PENGETAHUAN 
UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui apakah pada saat kita mendirikan Shalat kita dapat berhadapan kepada yang kita Ibadati atau  dapat menyaksikan Kebesaran-Nya......, karena hal ini kualitas Jiwa kita sangat tergantung dari dan kemana saja "Perasaan" serta "Pikiran" kita Terikat, adapun selain ini tidak akan menjadi masalah berapa besar sesuatu masalah yang kita alami, akan tetapi yang terpenting adalah sejauh mana kemampuan kita untuk Tidak Terikat terhadap masalah kita tersebut, karena Allah seringkali menghibur kita-kita sebagai hamba-hambaNya yang mengaku beriman kepadaNya.
Didalam suatu histories Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, namun pada masing-masingnya terdapat kebaikan. Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Apabila sesuatu menimpamu janganlah berkata, ‘Seandainya dahulu aku berbuat demikian niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Itulah ketetapan Allah dan terserah Allah apa yang dia inginkan maka tentu Dia kerjakan.’ Dikarenakan ucapan ‘seandainya’ itu akan membuka celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim [2664] lihat Syarh Nawawi, jilid 8 hal. 260).
Hadits yang mulia ini menunjukkan kepada kita yaitu:
Pertama;
Allah ta’ala memiliki sifat cinta kepada sesuatu, adapun kecintaan Allah kepada sesuatu bertingkat-tingkat, samplenya kecintaan-Nya kepada diantara kita-kita sebagai mukmin yang kuat imannya lebih dalam daripada kecintaan-Nya kepada mukmin yang lemah imannya, adapun tanda-tanda kita sebagai orang mukmin yang kuat adalah kita yang mau meluangkan waktu atau mengsengajakan untuk menyempurnakan dengan 4 hal; pertama, ilmu yang bermanfaat, kedua, beramal salih, ketiga, saling mengajak kepada kebenaran, dan keempat, saling menasihati kepada kesabaran, adapun sebaliknya tanda kita sebagai mukmin yang lemah adalah meluangkan sisa waktu atau sekedar mengugurkan kewajiban saja untuk menyempurnakan semua tingkatan ini dari kesibukan urusan suatu masalah.
Kedua;
Adapun tanda kebaikan pada kita sebagai orang beriman ini bertingkat-tingkat, yaitu kita terdiri dari tiga golongan, pertama; yaitu kita yang disebut As-Saabiqun ilal Khairat, yaitu kita yang bersegera melakukan kebaikan-kebaikan, dan adalah kita yang menunaikan amal yang wajib maupun yang sunnah serta meninggalkan perkara yang haram dan yang makruh, kedua; yaitu kita yang disebut Al-Muqtashidun atau pertengahan, yaitu kita adalah orang yang hanya mencukupkan dengan melakukan kewajiban dan meninggalkan keharaman, ketiga; yaitu kita yang disebut Azh-Zhalimuna li anfusihim, yaitu kita adalah orang yang mencampuri amal kebaikan kita dengan amal-amal jelek.
Ketiga;
Adapun perkara yang bermanfaat ada dua macam, yaitu perkara akhirat yaitu keagamaan dan perkara keduniaan, dan kita sebagaimana seorang hamba membutuhkan perkara agama maka kita juga membutuhkan perkara dunia, karena kebahagiaan kita akan tercapai dengan senantiasa bersemangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat di dalam kedua perkara tersebut, adapun tentang perkara yang bermanfaat dalam urusan agama kuncinya ada 2, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal salih, sedangkan Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membersihkan hati individu kita dan ruh sejati kita yang mana sehingga dapat membuahkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yaitu ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat dalam ilmu hadits, tafsir, dan fiqih serta ilmu-ilmu lain yang dapat membantunya seperti ilmu bahasa Arab dan lain sebagainya. Adapun amal salih adalah amal yang memadukan antara niat yang ikhlas untuk Allah serta perbuatan yang selalu mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan perkara dunia yang bermanfaat bagi manusia adalah dengan bekerja mencari milik, adapun pekerjaan yang paling utama bagi kita berbeda-beda, yaitu tergantung pada kita dan keadaan kita, adapun batasan untuk ini adalah selama hal ini benar-benar bermanfaat bagi kita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu”
Keempat;
Adapun dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat ini tidak sepantasnya kita bersandar kepada kekuatan, kemampuan dan kecerdasannya semata, namun kita harus menggantungkan hati individu kita yang koordinatnya didalam dada diatas perut kita agar senantiasa hidup kepada Allah ta’ala dan meminta pertolongan-Nya dengan harapan kita dapat merasakan lalu meyakini Dzat yang turun-naik dari tenggorokan kita kedalam dada kita, mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita.
Kelima;
Dan apabila kita seseorang menjumpai perkara yang tidak menyenangkan setelah kita berusaha sekuat tenaga, maka hendaknya kita merasa ridha dengan takdir Allah ta’ala, dan tidak perlu berandai-andai, karena dalam kondisi semacam ini berandai-andai justru akan membuka celah bagi syaitan atau kesesatan atau hijab, maka dengan sikap semacam inilah hati individu kita akan menjadi tenang dan tentram senantisa hidup dalam menghadapi musibah yang menimpa kita.
Keenam;
Di dalam hadits yang mulia tersebut tadi ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara keimanan kepada takdir dengan melakukan usaha yang bermanfaat, adapun kedua pokok ini telah ditunjukkan oleh dalil Al-Kitab maupun As-Sunnah dalam banyak tempat, jadi walhasil Agama kita tidak akan sempurna kecuali dengan kedua hal ini. Sabda Nabi, “Bersemangatlah untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu” dan ini adalah merupakan perintah untuk menempuh sebab-sebab agama maupun dunia, bahkan di dalamnya terkandung perintah untuk bersungguh-sungguh dalam melakukannya, membersihkan niat dan membulatkan tekad, mewujudkan hal ini dan mengaturnya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan sabda Nabi, “Dan mintalah pertolongan kepada Allah” yaitu merupakan bentuk keimanan kepada takdir serta perintah untuk bertawakal kepada Allah ketika mencari kemanfaatan dan menghindar dari kemudharatan dengan penuh rasa harap kepada Allah ta’ala agar urusan dunia dan agama kita menjadi sempurna.
Jadi yang sangat perlu kita ketahui yaitu Iman ini terkait erat dengan Aqidah, adapun Aqidah artinya ikatan, maka inilah sebabnya kita sebagai orang yang beriman akan dihibur sejauh mana keterikatan kita kepada Allah SWT dan segenap peraturan-Nya dengan cara dihadirkannya berbagai masalah hiburan kehidupan kepada kita, adapun Sejatinya masalah ini dihadirkan agar kita lebih terikat lagi kepada Allah, bukan malah "asyik masyuk" terikat dengan berbagai masalah, lalu menjadikan Allah SWT sebagai tempat menumpahkan kekesalan, adapun jika sesuatu masalah hadir dan lalu kita malah terikat dengan masalah tersebut, yakni maksudnya yaitu perasaan dan pikiran kita menjadi seringkali terfokus kepada masalah-masalah tersebut, maka sungguh kita telah tertipu, karena sesuatu masalah ini hadir bukanlah untuk kita berikan perhatian yang berlebihan, akan tetapi masalah ini hadir agar kita mulai memperhatikan Allah SWT dengan cara yang lebih baik, lalu memperhatikan kebersihan jiwa kita.
Karena perlulah kita ketahui semakin kotor jiwa kita dan semakin jauh kita dapat menyaksikan dengan senyata-nyata kepada yang kita ibadati atau Kebesaran-Nya pada saat Mendirikan Shalat, maka apabila hal ini sudah terjadi pada individu kita celakalah kita ini, sekalipun kita rajin shalat, rajin berzikir, rajin mengaji, rajin berpuasa, rajin bersedekah, adapun hal ini terjadi dikarenakan kuatnya MAGNET jiwa kita untuk mengikat berbagai masalah kehidupan yang negatif dari sekitar kita, bahkan saking kuatnya, kita pun turut MENGIKAT permasalahan yang sebenarnya dijatahkan untuk orang lain, maka dengan demikian masalah kita menjadi sangat besar melebihi kapasitas kemampuan kita dikarenakan kita telah menjadi Super Magnet Negatif di Kehidupan ini.
Jadi sekali lagi perlu kita ketahui sesuatu masalah ini hadir hanyalah sebagai amanah dariNya, adapun Amanah berasal dari kata "Amuna" yaitu Jujur yang juga menurunkan kata "Amaanu" yaitu Aman-Tentram, atau "Iimaanu" yaitu Percaya-Yakin dan "Mu'minu" yaitu Orang yang Yakin, jadi walhasil Amanah ini adalah Jujur, terpercaya dan mengamankan atas berbagai hal yang dititipkanNya kepada kita, maka inilah sebabnya jangan sampai kita termasuk orang-orang yang "Tidak Amanah", yakni kita-kita  yang "Tidak Jujur" lagi "Tidak Mengamankan" dan "Tidak Terpercaya" serta "Tidak Percaya" bahkan "Tidak Mempercayakan" ketika kita dihadapkan dengan berbagai masalah.
Karena ini kita harus yakin bahwa masalah hanyalah amanah, bukan untuk diikatkan di jiwa kita, karena masalah adalah tetap masalah, dan kita adalah kita......
Dan kita harus Jujur bahwa sesuatu masalah yang hadir adalah pantas untuk kita, dan dia hadir karena kita banyak dosa yang perlu dibersihkan........
Serta kita harus Mengamankan sesuatu masalah ini, dan jangan sampai masalah ini tersebarluas ke lingkungan individu kita........
Sehingga yang mana kita harus menjadi pribadi Terpercaya, yakni Percaya bahwa kita mampu menyelesaikan sesuatu masalah ini dalam kekuatan Allah SWT........
Bahkan kita pun harus Percaya bahwa Allah SWT tidak mungkin salah mengirimkan sesuatu masalah ini untuk kita...
Pada akhirnya kita harus mempercayakan sepenuhnya sesuatu masalah ini kepada Allah SWT sebab DIA lah yang Maha Memberikan Solusi........
Sehingga yang mana pada akhirnya keseluruhan keterikatan kita kembali hanyalah kepada Allah SWT....... adapun tugas kita hanyalah berikhtiar dengan tetap bertawakkal....... yakni berikhtiar dengan aksi yang dahsyat sebab dipondasikan atas ikatan yang kuat kepada Allah SWT...... dengan demikian, semoga gelar "Al-Amin" yang disandang oleh Rosulullah Shollallahu'alaihiwasallam mulai "menitis" dalam kehidupan kita....... sehingga yang mana semakin mendekati keimanan kita yang sempurna....... 
Para ikhwan yang dimuliakan ALLAH swt, kita seringkali dihidupkan dan dihadapkan dengan berbagai masalah agar kita selalu hidup dan siap menghadap dihadapanNya kelak, maka dengan washilah masalah inilah justru yang tetap membuat kita bertahan di jalan yang benar dan bertuhan kepada Tuhan yang benar...... 
Maka ini lepaskan ikatan yang tidak perlu......
Dan ikatkan individu kita hanya kepada Allah SWT.......
Lepaskan.......
Maafkan........
Tarik nafas........ hembuskan....... lepaskan....... maafkan........lepaskan........maafkan........
dan serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT........
Astaghfirullaahal 'azhiim....
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu,WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah. 

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak pandai bersyukur, dan dari jiwa yang tidak bisa tenang. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar