23102011, dikediaman Mustofa Ahmad, Kaliabang Tengah Bekasi Utara

No.7
Read by Ust Dedy
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN IBADAH


Perlu kita ketahui Rasululah SAW menerima perintah Shalat melalui Mi'raj, dan beliau bersabda "Shalat adalah Mi'raj-nya orang beriman", lalu yang menjadi pertanyaan kita apa hubungan Khusyu' dengan MI'RAJ?.... Khusyu' adalah merupakan kondisi pikiran kita yang terkendali dan terpusat ke satu arah penyaksian kepada yang kita ibadati. Adapun Mi’raj berasal dari peristiwa Isra dan Mi’raj, yang mana Isra’-Mi’raj ini ada dua buah etimologi yang bermakna yaitu “perjalanan malam yang menggunakan tangga”, maka dengan demikian secara terminilogi Isra-Mi’raj adalah perjalanan spiritual shalat kita yang senantiasa linear secara bertahap semakin meningkat, dan jika kita ilustrasikan, ibarat peringkat yang kian meningkat levelnya hingga mencapai derajat pemahaman secara komprehensif atas objek selaku subjek;

Perjalanan spiritual yang paripurna oleh Muhammad SAW merekomendasikan bentuk penyembahan manusia terhadap Tuhan-Nya dalam koridor Syari’ah yang sangat universal bukan frigid serta kering dari nilai, maka apakah relasi MI’RAJ dengan Shalat?... Shalat adalah sebuah wujud nyata penyembahan individu kita sebagai manusia yang hakiki, maka Shalat menjadi bentuk persembahyangan kita terhadap Tuhan yang senantiasa harus kita lakukan dengan penuh kesadaran dan keyakinan. Jadi Shalat kita dirikan bukan karena sesuatu apa atau siapa pun, akan tetapi hanya karena Allah, karena Shalat adalah jalan satu-satunya untuk menjalin hubungan atau shilatun antara hamba dan Tuhan, maka inilah mengapa dalam hadis disebutkan:

“Shalat adalah mi’rajnya orang mu’min ".

Adapun dalam istilah tasawuf, Shalat yang berorientasi pada “pengakuan” Tuhan terhadap penyembahan-Nya, sehingga konsekwensi bagi seorang sufi adalah “Shalatku ini diterima atau tidak”? Jadi ketika kita berbicara secara pribadi tentang shalat kita ini; sahkah sebuah penyembahan kita?, maka cukup ikuti perintah secara fiqih. Akan tetapi bila kita bertanya “diterimakah Shalat kita ataukah bermanfaatkah Shalat kita ini”, jadi (walhasil) sebagaimana yang diungkapkan tadi bahwa Shalat yang didudukkan sebagai Mi’raj, maka terjadinya prosesi linier terhadap konsepsi kita tentang Tuhan yang dalam hal ini Shalat adalah media komunikasi Tuhan dengan individu kita sebagai Hamba-Nya, sehingga di dalam histories kerinduan Ibnu ‘Araby bertemu dengan Tuhannya, selalu menggunakan media Shalat, begitu pula Junaidi Al-Baghdady, yang melakukan Shalat 400 raka’at setiap harinya adalah sebuah manifestasi sufi terhadap pengakuan menyaksikan kebesaran Allah SWT.

Upaya linear pengakuan terhadap Tuhan segalanya, derajat yang paling tinggi dalam pengakuan Al-Qur’an, adalah Ketaqwaan kepada Allah oleh kita sebagai hamba-Nya yang termanifestisasikan dalam pengambilan peran-peran (sosial) kemanusiaan sebagai hamba yang senantiasa mendedikasikan pengakuan kita dalam Shalat. Adapun implikasi dari hal tersebut ini adalah peningkatan derajat iman yang berwujud taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Maka konsepsi Al-Qur’an tentang “amr Ma’ruf Nahi Munkar” akan terwujud dalam “the grand design” kemanusiaan.

Maka ketika kita sebagai seorang hamba mendedikasikan pengakuan ada zat tunggal yang menguasai alam seisinya ini, maka ketebalan iman tersebut akan menjadikan tonggak bagi perilaku kemanusiaan individu kita sejati, dan kita sadar Shalat yang mendekatkan individu kita kepada Allah akan merefleksikan kembali bahwa nilai yang ada di dalam individu kita bermuatan mendekatkan individu kita kepada Allah SWT, karena hanya Shalatlah sebagai kekuatan spiritual, yaitu internalisasi seluruh nilai-nilai serta makna Shalat dalam kerangka kehidupan, baik sebagai individu kita maupun komunitas masyarakat negara, maka dengan demikian Shalat akan bermakna sebagai penekanan serta penyadaran kita sebagai sang hamba yang manusiawi sebagai makhluk yang memegang mandataris sebagai pemimpin di muka bumi Demikian pula implikasi pikiran kita sebagai amaliyahnya selalu bertumpu pada kerangka kepemimpinan kemanusiaan yang menebar kedamaian dalam kebersamaan di antara kita.

Walhasil sebagai sebuah kekuatan spiritual, Shalat adalah tameng bagi kerusakan hati individu kita yang sudah senantiasa dekat dengan Tuhan kita sehingga jikalau saja setiap orang kita sebagai orang Indonesia memaknai Shalat serta mampu menjadikan sebagai kekuatan spiritual kita-kita, maka “little bit guarantee” bagi terciptanya kehidupan yang semerbak dengan aroma kekuatan spiritual Shalat ini sendiri, yaitu tanpa kekerasan, tanpa pengklaiman kebenaran, tanpa ada kerusakan serta sungguh indahnya agama ini.

Karena telah berpuluh-puluh tahun tiada henti-hentinya pertikaian antara agama atau aliran yang satu dengan aliran yang lain saling menyalahkan, dan tiap golongan membanggakan golongannya.

30:32
[Or] of those who have divided their religion and become sects, every faction rejoicing in what it has.

“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Q.S. Al-Ruum [30] ayat 32)lihat qur`an klik disini

          Adapun histories telah penuh dengan catatan komik akibat peristiwa keangkuhan kita yang membawa agama sebagai kepentingan nafsu kita. Kasihan Rasulullah (seandainya) Beliau melihat kenyataan ummatnya seperti kita-kita yang bercerai-berai, yaitu penuh dengan kebencian antara saudara kita sendiri, sedangkan Beliau diutus sebagai contoh uswatun hasanah atau ummat yang sempurna, dan sebagai rahmat untuk seluruh masyarakat dunia maupun lingkungannya. Akan tetapi kita tidak melihat kenyataan ini pada kita sebagai ummat Islam secara keseluruhannya, sample-nya bangunan-bangunan Masjid yang indah, gereja-gereja yang megah, dan pura-pura yang mempesona, mengapa permukaan bumi ini bau amis darah akibat pertempuran antara agama, kemana ajaran Ihsan? Dan kemana ajaran Kasih (Rahman), serta kemana ajaran Tat Twan Asih, demikian pula kemana ajaran Darma, mengapa kita tidak hayati sebagai kekuatan pribadi untuk berbuat dan membangun kesejahteraan masyarakat dunia.   
          Suku-suku yang berbeda, dan bahasa yang beragam, serta warna kulit yang berbeda, bahkan bangsa yang tidak terhitung banyaknya. Ini adalah sesuatu yang merupakan kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri sebagai khazanah dan ciri yang khas untuk kita saling mengenal dan saling menghormati, akan tetapi agama sebagai kekuatan rohani telah kehilangan pamornya, karena kita sebagai pembawanya lebih banyak berkata daripada berbuat, bahkan agama kita jadikan alat untuk memenuhi keinginan nafsu kita. Jadi bukan kita sebagai alat penyejuk pikiran kita-kita atau perasaan kita-kita dan perdamaian dunia, maka kini terbukti kita tidak merasa nyaman duduk berlama-lama di majlis taklin ini serta pada saat kita mendirikan shalat, bahkan kita lebih senang melihat orang berbicara yang diulang-ulang penuh retorika belaka.
          Rasulullah, para Nabi, para Da’i diperintahkan untuk mengajak kita sebagai ummat untuk kembali kepada Allah, dan pendekatan kepada-Nya, serta kita diperintahkan untuk bersikap Ihsan” 
1:5
It is You we worship and You we ask for help.

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan [tuntunan]”. q.s Alfatihah ayat 5. lihat qur`an klik disini


"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.   

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.   

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar