09102011.dikediaman Bpk.Ferry, Cepu, Sukaringin, Sukawangi




No: 5 
Read by
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN IBADAH

Perlu kita ketahui kehadiran teknologie modern yang bisa merekam semua gerak-gerik kita samplenya, Video CD, Kaset, dan CCTV yang mampu mendokumentasikan setiap langkah dan gerakan kita, akan tetapi hendaknya kita semangkin menyadarkan kita bahwa teramat mudah bagi Allah Mahakuasa untuk merekam ulang semua jejak perjalan hidup kita yaitu amalan kita disaat mendirikan shalat, jadi kesadaran individu kita yang mengevaluasi ulang histories kita era lalu demi memperoleh kualitas shalat kita harus lebih baik dari hari kemarin, maka hal ini pula yang mengilhamkan  Umar bin Khaththa berujar:
ﺤﺎﺴﺒﻮﺍ ﺃﻨﻔﺴﻜﻢ ﻗﺒﻞ ﺃﻦﺘﺤﺎﺴﺒﻮﺍ, ﻮﺰﻨﻮﺍ ﺃﻨﻔﺴﻜﻢ ﻗﺒﻞ ﺃﻦﺘﻮﺰﻨﻮﺍ, ﻔﺈﻨﻪ ﺃﻫﻮﻦ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻔﻲ ﺍﺤﺴﺎﺐ ﻏﺪﺍ ﺃﻦﺘﺤﺎﺴﺒﻮﺍ ﺃﻨﻔﺴﻛﻢ ﺍﻠﻴﻮﻢ, ﻮﺘﺰﻴﻨﻮﺍ ﻠﻠﻌﺮﺾ ﺍﻷﻛﺒﺮ:
“Adililah individu kalian sebelum kalian diadili, timbanglah individu kalian sebelum kalian ditimbang, sebab perhitungan kalian besok akan lebih ringan jika kalian hari ini mau menimbang individu, dan kalian persiapkan amal untuk hari penampakan amal besar besaran.

Sebagaimana difirmankan, 
69:18

That Day, you will be exhibited [for judgement]; not hidden among you is anything concealed.

Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).Al Haqqah, 69 ayat: 18. lihat quran klik disini

Jadi shalat sedemikian pentingnya sebagai evaluasi individu kita, maka banyak diantara kita yang mengomentari tentang hal ini samplenya Al Hasan:
“Kamu tidak menjumpai seorang mukmin, selain ia mengevaluasi individunya, apa yang ingin engkau lakukan?... apa yang akan engkau makan?... apa yang ingin engkau minum?... sementara seorang durhaka berlalu begitu saja dengan tidak mengevaluasi individunya”.

Apabila kita seorang yang bertaqwa maka pasti jauh lebih jeli ketika mengadili individu kita sendiri daripada kita sebagai penguasa yang sewenang-wenang atau kita sebagai pengusaha yang memikirkan masa depan dengan menimbun kekayaan atau kita sebagai kawan yang bakhil, maka apabila kita seorang yang mukmin pasti akan mengadili individunya sendiri dan kita sadar bahwa individu kita akan diadili di depan Allah SWT, maka Allah SWT merahmati kita seorang hamba yang kita mencermati individunya sebelum kedatangan malaikat maut, adapun sebaliknya apabila kita sebagai seorang munafik pasti akan banyak melupakan individunya yaitu kita sedikit sekali akan merasakan hati individunya hidup yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada di atas perut kita.

Maka pemberian Allah SWT kepada kita berupa anggota badan yaitu pendengaran, penglihatan dan lainya hendaklah kita jadikan saksi yang mendorong kesadaran individu kita dan meluruskan amalnya, Hasan Basri berujar:
“seorang mukmin akan memandu individunya dan mengevaluasi individunya”.
Maimun bin Mahran berkata:
“Seorang hamba akan menjadi takwa jika muhasabah atau evaluasi individu lebih akrab baginya daripada kawan akrabnya”.

Maka kewajiban kita mengevaluasi dan audit mencermati amalan dan meluruskan, ditunjukkan oleh perintah-Nya

59:18
O you who have believed, fear Allah . And let every soul look to what it has put forth for tomorrow - and fear Allah . Indeed, Allah is Acquainted with what you do.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al Hasyr, 59 ayat: 18. lihat quran klik disini

Qatadah berkata:
“Rabb kalian terus saja mendekatkan kiamat hingga menjadikannya seolah-olah terjadi besok”.

Jadi perlu kita ketahui dengan melalui shalatlah bahwasanya kita seorang mukmin dianjurkan menuju kesempurnaan dan menggapai derajat tinggi, maka kita harus mencermati aktivitas kita, sebagaimana seorang pengawas atau kritikus evaluasi, Ia mengawasi niat dan kehendaknya, amal dan aktivitasnya, Ia tidak basa basi atau sungkan terhadap individu kita sendiri, bahkan terlebih menganggap individu kita suci dan nyantai, dengan beranggapan apa yang kita kerjakannya sudah cukup, maka terlihat dengan jelas amalan kita yang disaksikan oleh diantara kita, yang mana kita jarang hadir dimajlis ini, karena alasan atau dalil apapun ini adalah sudah sesuatu pembuktian kita ini siapa?... maka demikian evaluasi individu kita adalah aktivitas wajib bagi kita seorang mukmin yaitu aktivitas untuk mengevaluasi niat dan memilah mana yang baik dan buruk atau sudah memaksimalkan atau belum.

Adapun muhasabatun nafs sbagai berikut:
Pertama.
            Memulai yang wajib, yaitu jika kita melihat ada kekurangan pada kita, maka kita menambalnya.
Kedua.
            Mencermati larangan, maka jika kita tahu bahwa kita melakukannya kita menyusulnya dengan taubat, istighfar dan kebaikan-kebaikan yang dapat menghapuskan dosa tersebut.
 Ketiga.
            Adapun mushasabatun nafs atas gerak gerik anggota badan kita atau pembicaraan lisan kita atau perjalanan kedua kaki kita atau gerak kedua tangan kita, atau pandangan kedua mata kita atau pendengaran kedua telinga kita dan selanjutnya yaitu apa yang kita inginkan?... dan untuk siapa kita melakukan?.... serta bagaimana kita melakukannya?....       
Keempat. 
            Muhasabatun nafs atau kelalaian dan kita menyusulnya dengan memperbanyak shalat sunnah dengan menghadap agar dapat menyaksikan Allah pencipta langit dan bumi serta pencipta Arsy yang Maha Agung.
Perhatikanlah firman Allah SWT 

6:79
Indeed, I have turned my face toward He who created the heavens and the earth, inclining toward truth, and I am not of those who associate others with Allah ."
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Maka dari keempat muhasabatun nafs yang telah diuraikan tersebut perlu kita merekap ulang apa-apa saja yang menjadi tugas wajib kita, apalagi kita sebagai seorang ayah tentu berbeda dengan kewajiban kita sebagai seorang ibu, demikian pula kewajiban kita seorang guru, maka demikian pula kewajiban kita seorang murid, jadi sekali lagi rekap ulang ini sangat penting mengingat adakalanya dan bahkan seringkali dan ada saja kewajiban yang belum kita tunaikan atau baru kita tunaikan ala kadarnya.

Adapun kita yang mempunyai pandangan yang cermat dikatakan ahlul bashar, karena kita selalu konsisten melakukan muhasabah atau intropeksi individu, dan muraqabah atau merasa kita diawasi Allah, maka yang hadir diminggu pagi ini sudah pasti kita-kita yang selalu intropesi individu kita didunia, maka kitapun sudah pada hari ini sudah melaksanakan hisab agar ringan diakhirat kelak, dan sebalik seandainya kita tidak hadir pada kewajiban kita menuntut ilmu ini maka sesungguhnya kita tidak menyadari sudah termasuk orang yang meremehkan atau orang yang lalai, dan barang siapa diantara kita yang meremehkan muhasabah, maka penyesalan kita akan susul-menyusul, karena kita sadar bahwa kita tidak akan selamat selain taat, Allah ta’ala memerintahkan kita untuk sabar dan murabathah atau mengendalikan individu kita, marilah kita perhatikanlah firman Allah Ta’ala:



3:200
O you who have believed, persevere and endure and remain stationed and fear Allah that you may be successful.
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. Ali Imran, 3 ayat: 200. lihat quran klik disini           


Ya Allah, seandainya diantara kita-kita keseluruhan yang hadir saat ini mengetahui bahwa Engkau menjawab persoalan secara langsung, barangkali kita-kita akan bolak-balik datang untuk bertanya kepadaMu.

Ya Allah, demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui bahwa rahmat-Mu bisa dirasakan langsung ke dalam dada kita, barangkali kita-kita akan datang terus menerus tidak kenal waktu untuk meminta-Mu mengisi dada kita dengan ketenangan yang sejuk.

Ya Allah, dan demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui tentang rahasia ketinggian shalat, mereka akan menunggu waktu-waktu shalat dan melakukannya dengan hati gembira.

Tuhan pasti tahu semua, termasuk apa yang kita rasakan. Akan tetapi Tuhan tidak pernah merasakan. Mungkin Tuhan harus dipaksa dengan memperbanyak shalat  untuk wujudkan keinginan kita. Doakan aku”
Mungkin Tuhan bisa dipaksa untuk menuruti keinginan kita, melalui rintihan dengan memperbanyak shalat ini. Tapi setelah keinginan tercapai, apakah kita bahagia? Pasti tidak! Karena Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Kalaupun Allah mengabulkan, itu hanya untuk membuktikan pada kita bahwa apa yang kau inginkan tidak akan membuatmu bahagia, justru kesengsaraan yang kita dapat.

Ya Allah, tunjukilah kami seperti mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan ampunilah, kami seperti mereka yang Engkau pelihara, serta berikanlah kami berkah, seperti mereka yang telah Engkau beri berkah, jagalah kami dari kejelekan yang telah Engkau tetapkan, Maha Suci Engkau Ya Allah segala puji hanya untuk-Mu, kepada Mul-lah aku bertobat dan memohon ampunan.

Maha Suci Tuhan-ku yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, semoga shalawat beriring salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Muhammad dan sanak keluarga berikut sahabat-sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar