11092011 di kediaman Bpk.H.Supardi.Mz, Perum Alinda Kecana 1

NO: 1
Read by Ust Azhari 
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM
IBADAH

Perlu kita ketahui, setelah kita mengarungi beberapa penguraian sebelumnya, maka kini saatnya kita masuk ke puncak pemahaman dan kesadaran yang pada saat mendirikan shalat ditawarkan di dalam majlis muzakarah ini, yaitu “Ketika kita Bertasbih”.
Nah, bagaimana caranya seseorang “bertasbih?”. Adapun kata “Al-tasbih adalah derivasi dari kata “al-sabh” yang berarti: terapung, dan al-sibaahah: “berenang”, yang secara etimologi berarti berlalunya benda (materi) dengan cepat di tengah-tengah benda yang kepadatan massanya kurang dari benda (materi) tersebut, seperti air atau udara, dan kemudian, “Al-Sabh” bisa berarti: kekosongan, hampa, serta bisa juga berarti : bertindak di dalam kehidupan. Al-Sabh bisa juga digunakan dalam bentuk metafora untuk menunjukkan makna peredaran atau pergerakan bintang-bintang di hamparan langit. Perhatikanlah ayat berikut:

36:40





It is not permitted to the Sun to catch up the Moon, nor can the Night outstrip the Day: Each (just) swims along in (its own) orbit (according to Law).

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

Maka dapat disimpulkan arti dari BERTASBIH adalah bahwa seluruh elemen di alam semesta ini selalu BERGERAK mengikuti garis edar (thawaf) semesta seraya fokus kepada Allah, yang bagi kita sebagai manusia ditandakan dengan fokus kepada rumah kosong atau Baitullah. Adapun Baitullah adalah Rumah Allah, maka Baitullah adalah lambang dari keberadaan Allah di muka bumi. Akan tetapi Baitullah bukanlah Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa, dan bukanlah patung yang disembah, karena Baitullah dibuat oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dan memang Nabi Ibrahim membuat “visualisasi” dalam beribadah, sehingga kita para hamba Allah dan lainnya bisa fokus dalam beribadah kepada-Nya, walaupun sesungguhnya kemanapun kita menghadap di sana ada “wajah” Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa.
Sedangkan menurut tuntunan kita yang mempelajari shalat, Baitullah sebagai lambang itu ada di dua tempat, yaitu, pertama Mekkah atau Bumi (Fisik), dan yang kedua Hati individu kita yang koordinatnya di dalam di antara dua rongga dada di atas perut kita atau Bumi Jiwa, sedangkan Baitullah yang sejati ada di Alam Supra yang kita sebut sebagai ‘Arsy

40:7

Those [angels] who carry the Throne and those around it exalt [ Allah ] with praise of their Lord and believe in Him and ask forgiveness for those who have believed, [saying], "Our Lord, You have encompassed all things in mercy and knowledge, so forgive those who have repented and followed Your way and protect them from the punishment of Hellfire.

(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
Karena hal inilah alam semesta selalu begerak, maka alam semesta ini selalu bertasbih. Karena Allah bersemayam di atas ‘Arsy-Nya, maka Allah-lah yang ditasbihi, yang di-thawaf-i, yang dijadikan titik fokus pergerakan alam semesta. Demikian pula Baitullah itu Rumah Allah, dan di dalam rumah Allah itu ternyata Kosong (As-Sabh), maka Allah itu adalah “Kosong”.  Maka perhatikanlah dengan tanda kutip. Adapun maksudnya, yaitu kosong dari berbagai PRASANGKA kita terhadap-Nya, sehingga saking kosongnya kita sebut sebagai SUCI, dan saking sucinya, kita sebut saja sebagai MAHA SUCI. Sehingga SUBHANALLAH artinya MAHA SUCI ALLAH YANG TELAH MEMBUAT SEMESTA INI BERGERAK FOKUS KEPADANYA. 
Jadi (walhasil) kata bertasbih itu bergerak, dan bergerak itu harus benar. Bergerak yang benar dalam mendirikan shalat adalah ta'at, Ta'at dalam ber-ma'rifat, ber-hakikat, berthariqot, dan ber-syariat. Jadi bertasbih ini artinya bergerak dalam keta’atan, bergerak fokus menuju Allah. Ya, kita hidup hanya untuk beribadah kepada Allah, untuk ta’at kepada-Nya, bergerak taat artinya bergerak sesuai kaidah “Sunnatullah”.
Adapun tahap berikutnya, mari kita bergerak bertasbih lebih dalam dengan pendekatan rumus "temuan" yang ada. Ada di antaranya yang mengatakan E=MC2, dimana E=Energi, sifatnya INVISIBLE bisa disebut gelombang elektromagnetik. Berikutnya yaitu M=Massa, sifatnya VISIBLE bisa disebut sebagai benda atau materi, tapi dalam kondisi tertentu bisa juga M mencapai level Invisible, dan berikutnya C=Kecepatan Cahaya, 299.792,5 km/detik, dibulatkan menjadi 300.000 km/detik.
            Maka marilah kita bahas kembali sedikit saja tentang karakter Cahaya, perhatikanlah bahwa Cahaya memiliki sifat memperlihatkan sesuatu yang tidak terlihat, atau memperjelas sesuatu yang tidak jelas, sample-nya, secantik apapun wajah seorang wanita, jika tidak ada cahaya maka kecantikannya tidak akan jelas, akan tetapi jika ada wanita berwajah biasa saja, tidak terlalu cantik, tapi setelah difoto dengan pencahayaan yang baik, maka di dalam foto, ia akan terlihat sangat cantik rupawan. Jadi pendapat kita, Cahaya ini ada dua tingkatannya. Pertama, Cahaya yang memperjelas alam fisik kita, dan yang kedua, Cahaya yang memperjelas apa yang ada di dalam Hati individu kita, yaitu alam metafisik, inilah sebabnya Al-Quran dihadirkan sebagai cahaya bagi hati individu kita yang beriman agar kehidupannya di alam jasad/fisik maupun di alam nonjasad/metafisik menjadi sukses bahagia.
39:22

So is one whose breast Allah has expanded to [accept] Islam and he is upon a light from his Lord [like one whose heart rejects it]? Then woe to those whose hearts are hardened against the remembrance of Allah . Those are in manifest error.

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
 (Q. S. Al-Zumar [39] 22). lihat quran klik disini

Sedangkan Allah bukanlah sekedar cahaya untuk jasad kita atau sekedar cahaya untuk hati individu kita, akan tetapi Allah adalah pemberi Cahaya jasad dan hati individu kita, serta langit dan bumi, jadi sesuatu yang visible dan invisible, maka inilah sebabnya Allah itu adalah Cahaya di atas Cahaya. Marilah kita perhatikan firman:
 
24:35

Allah is the Light of the heavens and the earth. The example of His light is like a niche within which is a lamp, the lamp is within glass, the glass as if it were a pearly [white] star lit from [the oil of] a blessed olive tree, neither of the east nor of the west, whose oil would almost glow even if untouched by fire. Light upon light. Allah guides to His light whom He wills. And Allah presents examples for the people, and Allah is Knowing of all things.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

            Maka marilah kita perhatikan teks “yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api”. Artinya cahaya Allah bukanlah dari api, tapi justru Cahaya yang berasal dari Allah akan bisa menciptakan api, bahkan bukan sekedar menciptakan api, melainkan menciptakan alam semesta, termasuk menciptakan “cahaya” sebagaimana yang disebutkan oleh orang yang mana telah kita bahas pada risalah-risalah sebelumnya.
Jadi yang menjadi pertanyaan kita ini apakah CAHAYA diatas CAHAYA itu? maka marilah kita tidak membahas tentang Dzat Allah, karena ini memang rahasia Allah, namun yang kali ini kita bahas hanya lambang tentang-Nya berdasarkan konteks Al-Quran.
Allah dikatakan sebagai Cahaya di atas Cahaya. Mungkin asumsi kita, berarti Allah ini sangat terang, sehingga kalau kelak kita melihat-Nya kita akan silau, kalaulah hari ini kita melihat Matahari saja sudah silau, lalu bagaimana mungkin kita mampu melihat Allah, Dzat Cahaya di atas Cahaya. Akan tetapi menurut kita, kita tidak akan silau kalau berhasil melihat Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa. Ada dua alasannya; pertama karena jika kita kelak melihat-Nya, maka kita tidak melihatnya dengan mata fisik kita, dan yang kedua karena di dalam Al-Quran perkataan Nur (Cahaya) disandingkan dengan Bulan bukan dengan Matahari


71:16

And made the moon therein a [reflected] light and made the sun a burning lamp?

Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?
(Q.S. Nuh [71] ayat 16). lihat quran klik disini

Maka tentunya kita tak akan silau jika melihat cahaya bulan, bahkan sangat menikmati cahaya Bulan, terlebih lagi jika bulan purnama. Nah, sedangkan Allah ini adalah cahaya di atas cahaya, artinya justru akan sangat sejuk, nikmat, dan tenang bahagia ketika kita berhasil langsung melihat “wajah” Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa. Subhanallah, maka tiada sesuatu yang lebih indah dibandingkan dengan pertemuan kita dengan Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa. 

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.

2 komentar:

  1. untuk kali ini aku belum dapat berkomentar, sebab aku sedang tidak di langit dan di bum

    BalasHapus
  2. makalah ini sebagai referensi mudzakaroh spiritual pribadi. akan ada posting baru setiap minggunya, dan bisa di akses lewat facebook Tatang Riadi.

    BalasHapus