27052012, dikediaman bpk. Hasan, Cikampek

Read by Bang Mande
DASAR-DASAR PENGETAHUAN IBADAH

Perlulah kita ketahui, pada saat kita mendirikan shalat banyak diantara kita yang tersesat mencari Allah, karena tidak menyadari keberadaan Allah yang sangat dekat dengan kita, karena Allah sesungguhnya tidak perlu kita cari, akan tetapi hanya sesuatu yang pernah hilang yang pantas kita cari, sementara Allah selalu dimana-mana, dan tidak pernah hilang. Allah tidak pernah tidur serta selalu mengawasi gerak-gerik kita, maka tidak ada satupun yang luput dari-Nya, karena, Ia yang meliputi langit dan bumi beserta isinya.
Maha suci Allah Pemberi Rahmat Alam Semesta, maka kita tidak perlu jalan yang terjal dan sulit untuk mengenal-Nya adapun kita untuk mengenal Allah tidak perlu rumit-rumit, jadi kita tidak perlu pusing-pusing, karena tidak menjadi suatu jaminan kita yang memiliki pengetahuan agama yang luas, sekalipun kita sudah mengenal Allah, akan tetapi pikiran kita tidak akan mampu membuka rahasia Allah. Karena hanya hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara ronggga dada diatas perut kita yang hidup dan dapat menyaksikan Akbar-Nya saja yang mampu merasakan dan mewadahi Asmaul Husna.
Maka bacaan Al Quran pada saat mendirikan shalat dengan hati penuh keimanan, karena mushaf suci itu adalah kalam Ilahi yang tidak cukup kita pahami dengan pikiran kita saja, maka jangan sampai terjebak kita hanya menjadi pakaar Al Quran, akan tetapi sesungguhnya kita tidak memahami hakekatnya, sehingga hati individu kita pun tidak pernah bergetar kala dibacakan ayat-ayat suci Al Quran, bahkan jiwa kita membeku tidak merasakan getaran kehadiran Allah. Dan pandangan kita pun menjadi buta dengan petunjuk-Nya, yaitu beberapa warna-warna cahaya yang keluar dari pandangan kita apalagi beberapa warna-warna cahaya yang datang kepandangan kita, serta beberapa warna-warna cahaya yang terhampar dihadapan kita, apalagi menyaksikan Akbar-Nya.
Oleh karena ini, sudah saatnya kita membuka jiwa kita dan mengasah hati individu kita agar merasakan hidup, namun kita sering terhijab dengan pikiran kita dan perasaan kita sendiri, jadi jalan menuju Allah pun akhirnya terhadang oleh tubuh kita yang sering dipenuhi nafsu amarah, maka jika kita hanya dibalut dengan pikiran dan perasaan, maka kita tak akan pernah terhubung pada Yang Maha Kuasa.
Namun jika kita shalat lisan kita dan hati individu kita serta perasaan kita akan bersatu menuju sesuatu penyaksian, maka meski kesengsaraan dan kepayahan menghimpit kita, tidak ada satu pun yang mampu menggoyahkan tekad kita jika hati individu kita sudah tertanam aqidah dan jiwa sudah menjawab panggilan-Nya, sehingga kita dapat menyaksikan Akbar-Nya.
Adapun didalam histories saat Nabi Muhammad mengajak para sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah, maka bukanlah sebuah perjalanan yang mudah, karena jarak tempuh dari kota Mekah sampai ke Madinah, sementara pada saat itu hanya bisa dilalui dengan jalan kaki atau naik unta, adapun Nabi bersama rombongan membutuhkan waktu yang lama, berbulan-bulan untuk tiba di Madinah, yang mana pada saat itu bernama Yasrib, demikian pula tidak banyak umat islam yang siap menempuh medan yang berat melewati padang pasir yang gersang dan berbahaya, apalagi dengan bekal makanan dan minuman yang terbatas, pada saat inilah ujian berat bagi umat muslim, apakah umat islam kalah dalam ujian ini ? ..... Apakah umat muslim memilih mundur dari tantangan itu ? ...
Maka jawaban yang pasti yaitu hanya kaum muslim yang memiliki iman yang kuat, yang berani menenmpuh perjalanan sulit ini, dan Nabi tidak membutuhkan umat yang banyak dalam peristiwa hijrah ini, adapun Nabi cukup memiliki sedikit sahabat sahabat yang benar-benar teruji imannya, karena Nabi tidak membutuhkan umatnya yang berhijrah karena harta atau wanita, adapun mereka yang terpilih adalah yang melakukan hijrah karena Allah semata.
Jadi sekali lagiperlulah kita ketahui, iman adalah cahaya yang mampu menembus sekat-sekat, karena daya vibrasinya kuat, sehingga menggetarkan alam semesta, maka inilah awal mula islam tersebar keseluruh penjuru dunia, karena modal iman yang kuat, islam berkembang pesat sehingga saat ini setelah Nabi menanamkan pondasi agidah, yang dipegang teguh oleh para sahabat, para tabiin serta kita-kita sebagai umatnya hingga era kini.
Akan tetapi sekalipun saat ini kita sudah mengucapkan syahadat sebagai sebuah kesaksian spiritual akan keesaan Allah, dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya serta kita pun mengaku sudah beriman, namun akan tetapi kita sering merasakan hampa dalm kehidupan ini, karena kita masih sedih, bingung, takut dan pesimis, serta kita pun tak merasakan kehadiran Allah, karena pikiran dan perasaan kita lebih banyak terikat dalam kehidupan duniawi.
Kita merasakan kesenangan karena sensasi kesenangan duniawi baik berupa harta, tahta, istri atau anak-anak kita, akan tetapi sebaliknya, kita pun menderita karena keinginan duniawi kita tak terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari, dan kita sering ter-tambat dengan istri kita, anak-anak kita atau harta kita, maka disinilah sesungguhnya letak persoalannya yang membuat kita sedih atau senang. Dalam sebuah hadist, nabi bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang mencintai sesuatu maka bersiaplah untuk disakiti olehnya, barang siapa yang mencintai sesuatu maka dia akan diperbudaknya”
Maka sesungguhnya keimanan kitalah, yang salah satunya dapat ditentukan keimanan terhadap takdir baik dan takdir buruk yang menimpa kita, akan tetapi iman kita sering ambruk karena gagal menerima takdir buruk dari Allah, adapun setiap kita baik beriman maupun tidak beriman akan menghadapi takdir Allah, namun adap perbedaan mendasar yang mendasar bagi kita yang beriman, maka semua persoalan akan kita kembalikan pada Allah, karena semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
Adapun semua kita-kita yang baik beriman maupun yang tidak beriman akan mendapat persoalan, atau kesulitan hidup, dan tidak benar ada keyakinan bahwa hanya kita-kita yang beriman yang mendapat ujian, sedangkan kita-kita yang imannya masih tipis, tetap akan dihadang oleh takdir Allah yang mungkin rasanya pahit atau rasanya enak, akan tetapi bagi kita yang beriman akan sabar dan shalat dalam menghadapi takdir Allah sedangkan sebaliknya kita yang tidak beriman akan keluh kesah apabila menghadapi takdir Allah.
Karena kita yang beriman akan menyadari rahasia dia balik takdir yang diberikan oleh Allah, dan kita selalu menghadap serta berkomunikasi dengan Allah, melalui shalatnya yang khusyu, karena kekhusyuan akan membawa kita pada tahapan ihsan, merasakan bahwa Allah selalu melihat dan mengawasinya, bahkn, ia akan merasakan bahwa semua penglihatan, pendengaran, dan geraknya adalah Allah.
Adapun rangking iman seperti ini tidak akan tercapai jika kita masih terhalang oleh ego kita, pikiran kita dan kebodohan kita, karena Allah tidak akan bisa ditemui jika hati individu kita tidak hidup, Allah tidak akan bisa digapai dengan pikiran kita dan kepintaran kita, karena Allah Zat yang Maha Agung, begitu pula, kebodohan kita membuat kita miskin ilmu, untuk memahami hakekat menuju Allah, Nabi mengajarkan pada kita sebagai umatnya sebuah jalan untuk menuju Allah, yaitu shalat, bahkan kita sering sekali melakukan shalat, akan tetapi selalu sibuk  dengan gerakan dan bacaan kita, sehingga kita tidak mampu memisahkan mana tubuh kita, mana rohani kita..
Memang kita telah mengetahui bahwasanya tubuh kita cenderung pada tanah, karena memang terbuat dari tanah, maka, tidak heran kita cenderung mencintai sesuatu yang berasal dari tanah, seperti anak-anak kita, istri kita, perhiasan dan binatang ternak, sedangkan sementara sesungguhnya ruhani kita cenderung naik ke atas menuju Pemiliknya, yaitu Zat Yang Tidak bisa diserupakan dengan makhluk-Nya, dengan shalat, yang mana yaitu ruhani kita didorong dengan kesadaran untuk meninggalkan tubuh dan mencapai orbit Illahi, akan tetapi kita tidak menyadarinya atau mengetahuinya, maka dirikanlah shalat dengan kesadaran jiwa kita, yang memiliki potensi ruh, karena inilah yang dipanggil Allah dan dimasukan ke golongan hamba-hamba-Nya yang diridhai-Nya.
Pada kesimpulannya marilah kita intropeksi individu kita-kita yang hadir, yang mempelajari dasar-dasar pengetahuan ibadah, khususnya saya pribadi, Apakah didalam shalat, kita sudah dapat menyaksikan Akbar-Nya ?.... maka apabila belum, tunjuk pada kita sendiri, “Saya rajanya munafik!” dan jangan sekali-kali kita menunjuk kepada yang tidak mempelajari bersama-sama kita atau orang-orang diluar majelis kita. Makanya, kita-kita yang dari jauh berkumpul, bahkan ada diantra kita, yang mulai berangkat tengah malam sampai saat kini masih saja membahas dasar-dasar pengetahuan ibadah tentang shalat yang tidak ada habis-habisnya, dan inilah suatu bukti nyata, bahwa sanya kita masih bodoh dan belum tahu apa-apa dan agar kita pada saat mendirikan shalat, kita mengetahui pada saat mengeluarkan sebagian nafas yang keluar dari kerongkongan mengucapkan Allahu Akbar, akan tetapi dapat meyakini adanya Zat yang turun dari kerongkongan menuju hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita sehingga hidup, lalu seketika itu pula kita mau tidak mau harus dapat menyaksikan Akbar-Nya,
Ya Allah, tunjukilah kami seperti mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan ampunilah, kami seperti mereka yang telah Engkau pelihara, serta berilah kami berkah seperti mereka yang telah Engkau beri berkah, jagalah kami dari kejelekan yang telah Engkau tetapkan, Maha Suci Engkau ya Allah segala puji hanya untuk-Mu, Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau, kepada-Mulah Aku bertaubat dan memohon ampunan.
Maha Suci Tuhanku yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan dan kesejahteran dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, semoga shalawat beriring salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Muhammad dan sanak keluarga berikut sahabat-sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar