08012012, dikediaman Bpk. Ali (RT) Gebang Tinggi

No.17
Read By Ust. M. Nasep

DASAR-DASAR PENGETAHUAN
UMUM IBADAH


Perlulah kita ketahui pada kesempatan yang baik ini kita akan mengajak saudara2 yang hadir yang dimuliakan Allah SWT untuk menjenguk jiwa kita yang menderita akibat beban yang terlalu lama ditanggung kita, yang manah rasa lelah ini mengakibatkan ruhani menjadi kering dan hampir saja sakit jiwa, karena tidak dapat menghindari eksekusi berupa ancaman-ancaman dosa dan beban tuntutan melaksanakan kebaikan2 serta meninggalkan larangan aturan agama yang sering disampaikan dalam setiap pertemuan pengajian. adapun yang mana hal selama ini aturan formal telah kita jadikan alat kepercayaan yang kita bebankan terus menerus secara eksternal. samplenya: kita harus baik, kita tidak boleh iri, tidak boleh marah, tidak boleh berbuat riya, tidak boleh syirik, dan kita harus sabar, harus mencintai tuhan kita dan rasul kita, harus mencintai sesama muslim. sebab jika tidak, kita termasuk tergolong orang yang harus masuk neraka, dst. maka keadaan ini bersifat "top down"yang diwarisi secara turun-temurun dari ulama, kyai, ustadz, kitab2 atau ditanamkan melalui keluarga dan tradisi.

Akan tetapi sebenarnya aturan formal agama hanyalah merupakan alat pemandu kita atau peta kebenaran yang muncul dari jiwa kita, karena jiwa kita sendiri memiliki potensi keagamaan secara fitrah. adapun potensi2 kebaikan ini tidak bisa kita paksakan seperti kiata memaksa kita harus tersenyum, kita harus bergembira, kita harus berbahagia, kita harus mencintai, dll. Maka hal ini akan sangat aneh jika kita harus tertawa, sedangkan kita sendiri tidak merasa perlu dan harus tertawa, atau kita merasa rindu ini tidak bisa kita katakan "kita harus rindu" kepada si pulan, maka hal ini akan sangat berbahaya bagi kesehatan jiwa kita kalau tetap kita paksakan untuk "harus" berbuat rindu atau mencintai si fulan.

jadi sekali lagi yang sangat perlu kita ketahui bahwa Al Quran dalam hal ini memandu kita dan mengarahkan bakat yang muncul dalm individu kita atau menunjukan ciri2nya saja antara kita yang sudah mendapatkan keadaan iman maupun yang masih tertutup oleh cahaya Illahi, yang mana sehingga hampir selalu pada setiap ayat mendampingkan perbuatan jahat dengan perbuatan ketakwaan.

adapun hari ini yang kita bahas adalah adanya perbedaan penafsiran dari sebuah ayat Surat Al Maidah(5) ayat:69 dalam Al Quran yang dikutif diantara kita, dan merupakan jalan pembenaran untuk mendukung pendapatnya. adapun bagi kita yang tidak mengerti Al Quran, kita akan setuju kepada pendapat diantara kiata tersebut, yang mana dengan ayat ini Beliau memberikan landasan bahwa beragama dengan cara apapun dibolehkan dalam Al Quran

5:69

Indeed, those who have believed [in Prophet Muhammad] and those [before Him] who were Jews or Sabeans or Christians - those [among them] who believed in Allah and the Last Day and did righteousness - no fear will there be concerning them, nor will they grieve.
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
 
 Adapun problem tentang sedikit kekhawatiran kita terhadap pendapat semacan ini, bagaimana kita begitu mudah menyimpulkan ayat tersebut dengan sangat gampang dan tidak mau tahu bahwa tidak semua diantara kita yang mengerti bahasa Arab, dan mampu menangkap Ushlub Al Quran, dan kalau kita berpandangan seperti ini alangkah kacaunya hidup kita, karena didalam Al Quran banyak sekali ungkapan2 yang bersifat kondisional, samplenya pada surat Annisa(4) ayat:43.
4:43

O you who have believed, do not approach prayer while you are intoxicated until you know what you are saying or in a state of janabah, except those passing through [a place of prayer], until you have washed [your whole body]. And if you are ill or on a journey or one of you comes from the place of relieving himself or you have contacted women and find no water, then seek clean earth and wipe over your faces and your hands [with it]. Indeed, Allah is ever Pardoning and Forgiving.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Jadi jika cara berpikir tersebut yang kita pakai, maka mungkin akan muncul pendapat bahwa meminum khamar atau mabuk boleh saja, asal kita diluar shalat, adapun artinya sebelum atau sesudah shalat kita boleh mabuk, mungkin kita agak risih dengan cara diantara kita dalam mengambil rujukan Al Quran, yaitu dikarenakan cara mengambilnya sepotong2 dan diterjemahkan menurut kepentingannya, dan sesungguhnya, kalau mau jujur, tentunya kita haris memaknai kata "beriman" dengan sisi pandang islam, demikian pula dengan "beramal shaleh" tentunya. Karena yang dirujuk adalah Al Quran, yang notabene pegangan bagi setiap kita sebagai muslim, yang dimaksud disini adalah beramal shaleh secara islam.

kita menduga diantara kita ini menerjemahkan kata "iman" dengan "percaya". adapun maksudnya percaya kepada Allah hari akhir titik!   Padahal beriman yang dimaksud pada ayat tersebut kepada keberadaan Allah Yang Maha Esa, dan tidak sepertianggapan kaum penyembah berhala dan yahudi. Karena perbuatan kaum penyembah berhala itu adalah kaum Jahiliyah Mekah. yang mengenal Tuhan dengan Latta dan Uzza sebagai anak Allah laki2 dan perempuan. Adapun pengertian beriman dijelaskan pada ayat lain secara rinci, bahwa Allah tidak laki2 dan tidak perempuan, tidak sama dengan makhluknya, tidak beranak dan tidak diperanakan, dst.

dalam islam ada rukun iman, yakni beriman kepada Allah, Kepada Rasulullah, Kepada Malaikat2-Nya, kepada kitab2 yang diturunkan-Nya, Kepada hari akhir, dan kepada ketentuan Allah. Tentunya kalau percaya kepada Rasul2 Allah, Harus percaya kepada Muhammad, termasuk bahwa Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir, termasuk pula percaya kepada hadist2nya. Kalau percaya kepada Muhammad SAW, tentu harus percaya kepada kitab yang diturunkan kepadanya, yakni Al Quran.

Adapun sementara ini kata "Beramal shaleh" kita artikan terlalu sempit dalam bahasa sehari-hari. yaitu kalau kita sudah menyumbang kepada fakir-miskin kita sebutkan dengan beramal. Maka boleh jadi ada diantara kita yang menerjemahkan kata "beramal shaleh" tersebut sebagai "menyumbang sejumlah uang kepada yang memerlukan" padahal kita mesti memahami bahwa pengertian beramal shaleh disini berarti melaksanakan syariat agama dengan benar, syahadat, shalat, zakat, haji, puasa, dan banyak lagi perintah dan tuntutan Al Quran yang harus kita laksanakan. maka dari pengertian singkat disini saja jawabannya sudah jelas. yakni apakah kita orang Yahudi, orang kafir, atau orang bahkan orang atheis sekalipun, kalau kemudian kita menjadi islam karena "beramal shaleh", tentu "tak ada kekhawatiran lagi baginya dan tidak bersedih hati" (QS Al Maidah ayat.69) serta "akan menerima pahala dari Tuhan mereka." (QS Al Baqarah ayat.62)

Jadi sekali lagi perlu kita ketahui yang mana disini kita sengaja menanggapi tanggapan yang berada diantra kita hanya dengan logika saja. tak memakai pendukung hadist2 atau ayat2 lain dalam Al Quran. dan kitapun tidak juga membahas dari sudut pengetahuan hakikat dan dari hasil mendirikan shalat sebagaimana yang kita dan ikhwan2 lakukan.

Samplenya, Didalam histories terjadi kepada Salman Al Farisi yaitu seorang pencari Tuhan, dia telah banyak berpetualang mencari agama, kemudian Umar bin Khatthab, sebelumnya adalah penyembah berhala,.....para ahlul kita dsb. Demikian pula semuanya telah beriman kepada Allah SWT dan mengamalkan ajaran-Nya dengan tuntunan Rasulullah, inilah contoh orang yang dimaksudkan oleh Al Baqarah ayat.62. sehingga mereka benar termasuk yang mendapat pahala dan tidak merasa khawatir dan merasa sedih. Demikian pula tanggapan kita, kepada diantara kita, saya mohon maaf kalau ada kalimat2 saya yang kurang mengenakan anda. dan saya percaya orang seperti anda sependapat dengan saya, bahwa perbedaan pendapat adalah rahmat, yang pada akhirnya justru akan memperkaya pengetahuan kita. 


Maka sekianlah dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin

1 komentar:

  1. lepaskanlah...
    ikatanmuu...
    janganlah engkau bermesraan dengan ego-mu...
    janganlah bersayang sayangan dengan nafsu-mu...
    sudah ga zamannya lagi...
    mari bersama kita...
    buang jauh jauh...

    BalasHapus