03062012, dikediaman Bpk Nabih, Kp.Babakan, Bebelan, Bekasi


Read by Ust Dumyati Yahya

DASAR-DASAR PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Perlulah kita ketahui kita yang diberi ke-khusyu-an pada saat mendirikan shalat ini adalah kita yang bersungguh-sungguh. Firman Allah SWT dalam Al Qur`an Surat Al Fath(48) ayat:4
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Adapun indikator khusyu dalam mendirikan shalat ini bisa juga ditunjukan dengan sensasi seperti menangis dan tersungkur sujud. Firman Allah SWT dalam surat Maryam(19) ayat:58
“mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan telah kami pilih, apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”
Atau bisa juga kita rasakan secara fisikal tubuh dan jiwa kita menjadi tenang. Firman Allah SWT dalam Al Qur`an Surat Az-zumar(39) ayat:23 disebutkan:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur`an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”
Kalau demikian yang menjadi pertanyaan kita yaitu khusyu apakah harus nangis ? .... adapun jawabannya tidak juga, kalaupun menangis hanya sensasi saja. Sekali lagi, khusyu tak dapat didefinisikan, karena ia merupakan kepahaman, sebagaimana pahamnya anak-anak ketika ia kita sayangi, dan bukankah kita sebagai orang dewasa tak pernah mendefinisikan apa itu sayang kepada anak, akan tetapi sang anak mengerti atau faham apa itu kasih sayang, jadi kepahaman merupakan pengalaman yang tidak berupa kata-kata, akan tetapi cukup kita rasa dan sangat jelas kita rasakan, maka sama halnya seperti pahamnya seekor anak kucing yang baru lahir, dengan sendirinya ia paham dimana tempat ia harus menyusu dari ibunya, padahal saat dia lahir, sang anak kucing belum diajarkan apa-apa, akan tetapi ia paham, berarti sama juga dengan pahamnya seorang bayi menyusu pada ibunya, dan bukankah sang ibu tak pernah mengajarkan dengan kata-kata cara menyedot puting susu, maka sekali lagi khusyu ini adalah kepahaman, jadi kalau ada pertanyaan pada diri kita sendiri khusyu itu apa ? ..... ya.... yang merasakannya paham, akan tetapi tak dapat kita definisikan, karena kalau kita definisikan sering kali mereduksi pengertian.
Jadi walhasil setelah yakin bertemu Allah atau dapat memandang Wajah-Nya atau dapat menyaksikan Akbar-Nya, maka mendirikan shalat menjadi wahana dialog antara kita sebagai hamba dan Allah SWT. Maka bila kita kembali melihat pengertian Sayid Qutb pada saat awal dari penjelasan dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, yang mana mendirikan shalat adalah merupakan shilatun atau rasa sambung dan liqo atau pertemuan antara kita sebagai hamba dan Tuahnnya.
Jadi secara praktis kita para ikhwan yang hadir dimuliakan Allah SWT harus banyak berlatih pada shalat sunah-sunahnya untuk melakukan shilatun atau nyambung antara sang aku dengan Allah, dan kita seluruh yang hadir insya Allah bisa melakukannya. Samplenya, mulailah duduk dengan posisi yang paling rileks, yaitu duduk dalam posisi seperti tasyahud awal tapi ujung kaki kita biarkan lurus kebelakang, adapun pada saat duduk dengan rileks, lalu tenangkan hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita agar dapat betul-betul kita merasakan ia hidup atau berdenyut, lalu menyengajakan dengan memulai membaca basmalah, bersyahadat, memohon ampun akan tetapi bukan hanya sekedar membaca istigfar, akan tetapi kita hayati, lalu kita mengadu, mengaku salah dan berharap, maka dengan menyengajakan sang aku pergi menuju Allah SWT, disanalah sang aku semakin dekat dengan Allah SWT, bahkan kian dekat, dan rasakan terus kedekatan ini, yang mana sehingga terasa hati individu kita menjadi sangat tenang, dan kemudian katakan dengan hati individu kita “Ya Allah, aku yakin kepada-Mu, ampuni aku, tundukan hatiku, patuhkan aku, ikhlaskan aku” begitu terus, sembari kita tundukn hati individu kita, maka makin lama kian dalam menundukannya maka secara otomatis tubuh kita akan ikut tunduk hingga sujud, dan jangan kita tahan, ikuti saja maunya tubuh kita ini, lalu terus saja kita panggil Allah. “Ya, Allah...Ya, Allah.. Ya, Allah.” Terus bermohon untuk ditundukan hati individu kita, serta kita ikhlaskan sembari kita dekatkan hati individu kita ke Allah SWT, dan rasakan terus demikian berulang, maka hasilnya semakin dekat, semakin tenang dan nikmat rasanya sehingga tidak ingin kita beranjak dari posisi dan rasa tenang tersebut.
Maka pada saat hati individu kita sudah tunduk, dekat dengan Allah SWT pada saat mendirikan shalat, katakan pada otak “aku bisa khusyu”! “bisa dan bisa”!, sebagaimana kita memerintah otak kita agar tangan menjadi lebih panjang, dan kalau tak juga merasa bisa, mohonlah pada Allah SWT, seperti penguraian pada latihan shilatun yang telah diuraikan diawal pembahasan dasar-dasar pengetahuan ibadah ini, yaitu mohon ditundukan hati individu kita agar senantiasa hidup, atau dikhusyukan, dan agar dapat menyengajakan jiwa kita untuk pergi menghadap Allah yang Maha Luas, Luas tanpa batas, Allahu Al Wasi` (maha luas), yang Maha Luas ini adalah Allhu Akbar (Allah Maha Besar), maka bertakbirlah, pada saat kita sudah betul-betul menyaksikan Akbar-Nya, yaitu mengatakan Allah Maha Besar, maka tanamkanlah bahwa hanya Allahlah yang besar, individu kita ini tidak ada apa-apa, tidak ada jabatan yang melekat, tidak ada harta yang kita punyai,  ya..! tak ada apa-apa, yang mana semuanya milik dan hanya titipan oleh Allah SWT. La Ilaha Illahllah (tak ada apapun kecuali Allah), maka pada saat ini kita dalam posisi kosong (nol, zero), dan apabila ketika kesadaran kita ini ada, maka sudah otomatis perasaan tenang ini muncul, lalu dilanjutkan dengan membaca dan menghayati sepenuh jiwa kita do`a iftitah, alfatihah, dan surat pendek.
Maka ruku`lah dengan posisi benar, dan ketika tubuh kita ruku, biarkan tulang belakang berada pada posisinya, demikian pula ketika tubuh ruku, sang jiwa kita sudah sujud kebawah, sehingga terasa ada tarikan gravitasi, maka tulang ekor akan terasa tertarik, syaraf-syaraf mulai ujung kaki pun terasa tertarik, maka posisi inilah yang disebut tuma`ninah, lalu baca dan sucikan Allah dengan membaca bacaan ruku.
Lalu berdiri i`tidal dan kembali puji Allah. Dengan memuji bahwa segala puji hanya milik-Nya, karena individu kita tak layak dipuji, karena memang tak punya kuasa dan daya apa-apa, kemudian sujud dengan merendahkan hati individu kita serendah-rendahnya, maka nikmatilah kedekatan tersebut, Sucikan Allah yang Maha Tinggi ini.
Lalu duduk iftirasy awal, berdialoglah dengan Allah SWT, dan mohon ampun (Rabbigfirli), serta tunggulah sehingga ada jawaban dari Allah SWT. Lalau mohon diberi Rahmat (Warhamni0, dan tunggu lagi, kemudian mohon dicukupkan, begitu seterusnya sehingga selesai do`a seperti yang kita baca saat iftirasy awal.
Demikian pula pada saat iftirasy akhir begitu juga, beri penghormatan dengan merendahkan individu kita dihadapan Allah SWT, dan sampaikan salam kepada Nabi, serta orang-orang shaleh (bacaan saat tahiyat), dan jangan lupa dalami maknanya, rasakan kedekatan didalam dialog tersebut.
Nah, kalau ini dilakukan, bisa-bisa shalat dua rakaat hingga setengah jam atau lebih.
Maka sekian dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin

27052012, dikediaman bpk. Hasan, Cikampek

Read by Bang Mande
DASAR-DASAR PENGETAHUAN IBADAH

Perlulah kita ketahui, pada saat kita mendirikan shalat banyak diantara kita yang tersesat mencari Allah, karena tidak menyadari keberadaan Allah yang sangat dekat dengan kita, karena Allah sesungguhnya tidak perlu kita cari, akan tetapi hanya sesuatu yang pernah hilang yang pantas kita cari, sementara Allah selalu dimana-mana, dan tidak pernah hilang. Allah tidak pernah tidur serta selalu mengawasi gerak-gerik kita, maka tidak ada satupun yang luput dari-Nya, karena, Ia yang meliputi langit dan bumi beserta isinya.
Maha suci Allah Pemberi Rahmat Alam Semesta, maka kita tidak perlu jalan yang terjal dan sulit untuk mengenal-Nya adapun kita untuk mengenal Allah tidak perlu rumit-rumit, jadi kita tidak perlu pusing-pusing, karena tidak menjadi suatu jaminan kita yang memiliki pengetahuan agama yang luas, sekalipun kita sudah mengenal Allah, akan tetapi pikiran kita tidak akan mampu membuka rahasia Allah. Karena hanya hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara ronggga dada diatas perut kita yang hidup dan dapat menyaksikan Akbar-Nya saja yang mampu merasakan dan mewadahi Asmaul Husna.
Maka bacaan Al Quran pada saat mendirikan shalat dengan hati penuh keimanan, karena mushaf suci itu adalah kalam Ilahi yang tidak cukup kita pahami dengan pikiran kita saja, maka jangan sampai terjebak kita hanya menjadi pakaar Al Quran, akan tetapi sesungguhnya kita tidak memahami hakekatnya, sehingga hati individu kita pun tidak pernah bergetar kala dibacakan ayat-ayat suci Al Quran, bahkan jiwa kita membeku tidak merasakan getaran kehadiran Allah. Dan pandangan kita pun menjadi buta dengan petunjuk-Nya, yaitu beberapa warna-warna cahaya yang keluar dari pandangan kita apalagi beberapa warna-warna cahaya yang datang kepandangan kita, serta beberapa warna-warna cahaya yang terhampar dihadapan kita, apalagi menyaksikan Akbar-Nya.
Oleh karena ini, sudah saatnya kita membuka jiwa kita dan mengasah hati individu kita agar merasakan hidup, namun kita sering terhijab dengan pikiran kita dan perasaan kita sendiri, jadi jalan menuju Allah pun akhirnya terhadang oleh tubuh kita yang sering dipenuhi nafsu amarah, maka jika kita hanya dibalut dengan pikiran dan perasaan, maka kita tak akan pernah terhubung pada Yang Maha Kuasa.
Namun jika kita shalat lisan kita dan hati individu kita serta perasaan kita akan bersatu menuju sesuatu penyaksian, maka meski kesengsaraan dan kepayahan menghimpit kita, tidak ada satu pun yang mampu menggoyahkan tekad kita jika hati individu kita sudah tertanam aqidah dan jiwa sudah menjawab panggilan-Nya, sehingga kita dapat menyaksikan Akbar-Nya.
Adapun didalam histories saat Nabi Muhammad mengajak para sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah, maka bukanlah sebuah perjalanan yang mudah, karena jarak tempuh dari kota Mekah sampai ke Madinah, sementara pada saat itu hanya bisa dilalui dengan jalan kaki atau naik unta, adapun Nabi bersama rombongan membutuhkan waktu yang lama, berbulan-bulan untuk tiba di Madinah, yang mana pada saat itu bernama Yasrib, demikian pula tidak banyak umat islam yang siap menempuh medan yang berat melewati padang pasir yang gersang dan berbahaya, apalagi dengan bekal makanan dan minuman yang terbatas, pada saat inilah ujian berat bagi umat muslim, apakah umat islam kalah dalam ujian ini ? ..... Apakah umat muslim memilih mundur dari tantangan itu ? ...
Maka jawaban yang pasti yaitu hanya kaum muslim yang memiliki iman yang kuat, yang berani menenmpuh perjalanan sulit ini, dan Nabi tidak membutuhkan umat yang banyak dalam peristiwa hijrah ini, adapun Nabi cukup memiliki sedikit sahabat sahabat yang benar-benar teruji imannya, karena Nabi tidak membutuhkan umatnya yang berhijrah karena harta atau wanita, adapun mereka yang terpilih adalah yang melakukan hijrah karena Allah semata.
Jadi sekali lagiperlulah kita ketahui, iman adalah cahaya yang mampu menembus sekat-sekat, karena daya vibrasinya kuat, sehingga menggetarkan alam semesta, maka inilah awal mula islam tersebar keseluruh penjuru dunia, karena modal iman yang kuat, islam berkembang pesat sehingga saat ini setelah Nabi menanamkan pondasi agidah, yang dipegang teguh oleh para sahabat, para tabiin serta kita-kita sebagai umatnya hingga era kini.
Akan tetapi sekalipun saat ini kita sudah mengucapkan syahadat sebagai sebuah kesaksian spiritual akan keesaan Allah, dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya serta kita pun mengaku sudah beriman, namun akan tetapi kita sering merasakan hampa dalm kehidupan ini, karena kita masih sedih, bingung, takut dan pesimis, serta kita pun tak merasakan kehadiran Allah, karena pikiran dan perasaan kita lebih banyak terikat dalam kehidupan duniawi.
Kita merasakan kesenangan karena sensasi kesenangan duniawi baik berupa harta, tahta, istri atau anak-anak kita, akan tetapi sebaliknya, kita pun menderita karena keinginan duniawi kita tak terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari, dan kita sering ter-tambat dengan istri kita, anak-anak kita atau harta kita, maka disinilah sesungguhnya letak persoalannya yang membuat kita sedih atau senang. Dalam sebuah hadist, nabi bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang mencintai sesuatu maka bersiaplah untuk disakiti olehnya, barang siapa yang mencintai sesuatu maka dia akan diperbudaknya”
Maka sesungguhnya keimanan kitalah, yang salah satunya dapat ditentukan keimanan terhadap takdir baik dan takdir buruk yang menimpa kita, akan tetapi iman kita sering ambruk karena gagal menerima takdir buruk dari Allah, adapun setiap kita baik beriman maupun tidak beriman akan menghadapi takdir Allah, namun adap perbedaan mendasar yang mendasar bagi kita yang beriman, maka semua persoalan akan kita kembalikan pada Allah, karena semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
Adapun semua kita-kita yang baik beriman maupun yang tidak beriman akan mendapat persoalan, atau kesulitan hidup, dan tidak benar ada keyakinan bahwa hanya kita-kita yang beriman yang mendapat ujian, sedangkan kita-kita yang imannya masih tipis, tetap akan dihadang oleh takdir Allah yang mungkin rasanya pahit atau rasanya enak, akan tetapi bagi kita yang beriman akan sabar dan shalat dalam menghadapi takdir Allah sedangkan sebaliknya kita yang tidak beriman akan keluh kesah apabila menghadapi takdir Allah.
Karena kita yang beriman akan menyadari rahasia dia balik takdir yang diberikan oleh Allah, dan kita selalu menghadap serta berkomunikasi dengan Allah, melalui shalatnya yang khusyu, karena kekhusyuan akan membawa kita pada tahapan ihsan, merasakan bahwa Allah selalu melihat dan mengawasinya, bahkn, ia akan merasakan bahwa semua penglihatan, pendengaran, dan geraknya adalah Allah.
Adapun rangking iman seperti ini tidak akan tercapai jika kita masih terhalang oleh ego kita, pikiran kita dan kebodohan kita, karena Allah tidak akan bisa ditemui jika hati individu kita tidak hidup, Allah tidak akan bisa digapai dengan pikiran kita dan kepintaran kita, karena Allah Zat yang Maha Agung, begitu pula, kebodohan kita membuat kita miskin ilmu, untuk memahami hakekat menuju Allah, Nabi mengajarkan pada kita sebagai umatnya sebuah jalan untuk menuju Allah, yaitu shalat, bahkan kita sering sekali melakukan shalat, akan tetapi selalu sibuk  dengan gerakan dan bacaan kita, sehingga kita tidak mampu memisahkan mana tubuh kita, mana rohani kita..
Memang kita telah mengetahui bahwasanya tubuh kita cenderung pada tanah, karena memang terbuat dari tanah, maka, tidak heran kita cenderung mencintai sesuatu yang berasal dari tanah, seperti anak-anak kita, istri kita, perhiasan dan binatang ternak, sedangkan sementara sesungguhnya ruhani kita cenderung naik ke atas menuju Pemiliknya, yaitu Zat Yang Tidak bisa diserupakan dengan makhluk-Nya, dengan shalat, yang mana yaitu ruhani kita didorong dengan kesadaran untuk meninggalkan tubuh dan mencapai orbit Illahi, akan tetapi kita tidak menyadarinya atau mengetahuinya, maka dirikanlah shalat dengan kesadaran jiwa kita, yang memiliki potensi ruh, karena inilah yang dipanggil Allah dan dimasukan ke golongan hamba-hamba-Nya yang diridhai-Nya.
Pada kesimpulannya marilah kita intropeksi individu kita-kita yang hadir, yang mempelajari dasar-dasar pengetahuan ibadah, khususnya saya pribadi, Apakah didalam shalat, kita sudah dapat menyaksikan Akbar-Nya ?.... maka apabila belum, tunjuk pada kita sendiri, “Saya rajanya munafik!” dan jangan sekali-kali kita menunjuk kepada yang tidak mempelajari bersama-sama kita atau orang-orang diluar majelis kita. Makanya, kita-kita yang dari jauh berkumpul, bahkan ada diantra kita, yang mulai berangkat tengah malam sampai saat kini masih saja membahas dasar-dasar pengetahuan ibadah tentang shalat yang tidak ada habis-habisnya, dan inilah suatu bukti nyata, bahwa sanya kita masih bodoh dan belum tahu apa-apa dan agar kita pada saat mendirikan shalat, kita mengetahui pada saat mengeluarkan sebagian nafas yang keluar dari kerongkongan mengucapkan Allahu Akbar, akan tetapi dapat meyakini adanya Zat yang turun dari kerongkongan menuju hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita sehingga hidup, lalu seketika itu pula kita mau tidak mau harus dapat menyaksikan Akbar-Nya,
Ya Allah, tunjukilah kami seperti mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan ampunilah, kami seperti mereka yang telah Engkau pelihara, serta berilah kami berkah seperti mereka yang telah Engkau beri berkah, jagalah kami dari kejelekan yang telah Engkau tetapkan, Maha Suci Engkau ya Allah segala puji hanya untuk-Mu, Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau, kepada-Mulah Aku bertaubat dan memohon ampunan.
Maha Suci Tuhanku yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan dan kesejahteran dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, semoga shalawat beriring salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Muhammad dan sanak keluarga berikut sahabat-sahabatnya.