Read by Ust Dumyati Yahya
DASAR-DASAR PENGETAHUAN UMUM IBADAH
Perlulah kita ketahui kita yang diberi ke-khusyu-an pada saat
mendirikan shalat ini adalah kita yang bersungguh-sungguh. Firman Allah SWT
dalam Al Qur`an Surat Al Fath(48) ayat:4
“Dia-lah yang telah
menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah
tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Adapun indikator khusyu dalam mendirikan shalat ini bisa juga
ditunjukan dengan sensasi seperti menangis dan tersungkur sujud. Firman Allah
SWT dalam surat Maryam(19) ayat:58
“mereka itu adalah
orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan
Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan
Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah kami beri petunjuk dan
telah kami pilih, apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada
mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”
Atau bisa juga kita rasakan secara fisikal tubuh dan jiwa
kita menjadi tenang. Firman Allah SWT dalam Al Qur`an Surat Az-zumar(39)
ayat:23 disebutkan:
“Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur`an yang serupa (mutu ayat-ayatnya)
lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya. Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah. Dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang
dikendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya
seorang pemimpinpun”
Kalau demikian yang menjadi pertanyaan kita yaitu khusyu
apakah harus nangis ? .... adapun jawabannya tidak juga, kalaupun menangis
hanya sensasi saja. Sekali lagi, khusyu tak dapat didefinisikan, karena ia
merupakan kepahaman, sebagaimana pahamnya anak-anak ketika ia kita sayangi, dan
bukankah kita sebagai orang dewasa tak pernah mendefinisikan apa itu sayang
kepada anak, akan tetapi sang anak mengerti atau faham apa itu kasih sayang,
jadi kepahaman merupakan pengalaman yang tidak berupa kata-kata, akan tetapi
cukup kita rasa dan sangat jelas kita rasakan, maka sama halnya seperti
pahamnya seekor anak kucing yang baru lahir, dengan sendirinya ia paham dimana
tempat ia harus menyusu dari ibunya, padahal saat dia lahir, sang anak kucing
belum diajarkan apa-apa, akan tetapi ia paham, berarti sama juga dengan
pahamnya seorang bayi menyusu pada ibunya, dan bukankah sang ibu tak pernah
mengajarkan dengan kata-kata cara menyedot puting susu, maka sekali lagi khusyu
ini adalah kepahaman, jadi kalau ada pertanyaan pada diri kita sendiri khusyu
itu apa ? ..... ya.... yang merasakannya paham, akan tetapi tak dapat kita
definisikan, karena kalau kita definisikan sering kali mereduksi pengertian.
Jadi walhasil setelah yakin bertemu Allah atau dapat
memandang Wajah-Nya atau dapat menyaksikan Akbar-Nya, maka mendirikan shalat
menjadi wahana dialog antara kita sebagai hamba dan Allah SWT. Maka bila kita
kembali melihat pengertian Sayid Qutb pada saat awal dari penjelasan
dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini, yang mana mendirikan shalat adalah
merupakan shilatun atau rasa sambung dan liqo atau pertemuan antara kita
sebagai hamba dan Tuahnnya.
Jadi secara praktis kita para ikhwan yang hadir dimuliakan
Allah SWT harus banyak berlatih pada shalat sunah-sunahnya untuk melakukan
shilatun atau nyambung antara sang aku dengan Allah, dan kita seluruh yang
hadir insya Allah bisa melakukannya. Samplenya, mulailah duduk dengan posisi
yang paling rileks, yaitu duduk dalam posisi seperti tasyahud awal tapi ujung
kaki kita biarkan lurus kebelakang, adapun pada saat duduk dengan rileks, lalu
tenangkan hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada
diatas perut kita agar dapat betul-betul kita merasakan ia hidup atau
berdenyut, lalu menyengajakan dengan memulai membaca basmalah, bersyahadat,
memohon ampun akan tetapi bukan hanya sekedar membaca istigfar, akan tetapi
kita hayati, lalu kita mengadu, mengaku salah dan berharap, maka dengan
menyengajakan sang aku pergi menuju Allah SWT, disanalah sang aku semakin dekat
dengan Allah SWT, bahkan kian dekat, dan rasakan terus kedekatan ini, yang mana
sehingga terasa hati individu kita menjadi sangat tenang, dan kemudian katakan
dengan hati individu kita “Ya Allah, aku yakin kepada-Mu, ampuni aku, tundukan
hatiku, patuhkan aku, ikhlaskan aku” begitu terus, sembari kita tundukn hati
individu kita, maka makin lama kian dalam menundukannya maka secara otomatis
tubuh kita akan ikut tunduk hingga sujud, dan jangan kita tahan, ikuti saja
maunya tubuh kita ini, lalu terus saja kita panggil Allah. “Ya, Allah...Ya,
Allah.. Ya, Allah.” Terus bermohon untuk ditundukan hati individu kita, serta
kita ikhlaskan sembari kita dekatkan hati individu kita ke Allah SWT, dan rasakan
terus demikian berulang, maka hasilnya semakin dekat, semakin tenang dan nikmat
rasanya sehingga tidak ingin kita beranjak dari posisi dan rasa tenang
tersebut.
Maka pada saat hati individu kita sudah tunduk, dekat dengan
Allah SWT pada saat mendirikan shalat, katakan pada otak “aku bisa khusyu”! “bisa
dan bisa”!, sebagaimana kita memerintah otak kita agar tangan menjadi lebih panjang,
dan kalau tak juga merasa bisa, mohonlah pada Allah SWT, seperti penguraian
pada latihan shilatun yang telah diuraikan diawal pembahasan dasar-dasar
pengetahuan ibadah ini, yaitu mohon ditundukan hati individu kita agar
senantiasa hidup, atau dikhusyukan, dan agar dapat menyengajakan jiwa kita
untuk pergi menghadap Allah yang Maha Luas, Luas tanpa batas, Allahu Al Wasi`
(maha luas), yang Maha Luas ini adalah Allhu Akbar (Allah Maha Besar), maka
bertakbirlah, pada saat kita sudah betul-betul menyaksikan Akbar-Nya, yaitu
mengatakan Allah Maha Besar, maka tanamkanlah bahwa hanya Allahlah yang besar,
individu kita ini tidak ada apa-apa, tidak ada jabatan yang melekat, tidak ada
harta yang kita punyai, ya..! tak ada
apa-apa, yang mana semuanya milik dan hanya titipan oleh Allah SWT. La Ilaha
Illahllah (tak ada apapun kecuali Allah), maka pada saat ini kita dalam posisi
kosong (nol, zero), dan apabila ketika kesadaran kita ini ada, maka sudah
otomatis perasaan tenang ini muncul, lalu dilanjutkan dengan membaca dan
menghayati sepenuh jiwa kita do`a iftitah, alfatihah, dan surat pendek.
Maka ruku`lah dengan posisi benar, dan ketika tubuh kita
ruku, biarkan tulang belakang berada pada posisinya, demikian pula ketika tubuh
ruku, sang jiwa kita sudah sujud kebawah, sehingga terasa ada tarikan
gravitasi, maka tulang ekor akan terasa tertarik, syaraf-syaraf mulai ujung kaki
pun terasa tertarik, maka posisi inilah yang disebut tuma`ninah, lalu baca dan
sucikan Allah dengan membaca bacaan ruku.
Lalu berdiri i`tidal dan kembali puji Allah. Dengan memuji
bahwa segala puji hanya milik-Nya, karena individu kita tak layak dipuji,
karena memang tak punya kuasa dan daya apa-apa, kemudian sujud dengan
merendahkan hati individu kita serendah-rendahnya, maka nikmatilah kedekatan
tersebut, Sucikan Allah yang Maha Tinggi ini.
Lalu duduk iftirasy awal, berdialoglah dengan Allah SWT, dan
mohon ampun (Rabbigfirli), serta tunggulah sehingga ada jawaban dari Allah SWT.
Lalau mohon diberi Rahmat (Warhamni0, dan tunggu lagi, kemudian mohon
dicukupkan, begitu seterusnya sehingga selesai do`a seperti yang kita baca saat
iftirasy awal.
Demikian pula pada saat iftirasy akhir begitu juga, beri
penghormatan dengan merendahkan individu kita dihadapan Allah SWT, dan
sampaikan salam kepada Nabi, serta orang-orang shaleh (bacaan saat tahiyat),
dan jangan lupa dalami maknanya, rasakan kedekatan didalam dialog tersebut.
Nah, kalau ini dilakukan, bisa-bisa shalat dua rakaat hingga
setengah jam atau lebih.
Maka sekian dahulu dasar-dasar pengetahuan umum ibadah ini,
dan marilah kita berdoa bersama, agar kita semua yang hadir diminggu pagi yang
dimuliakan Allah SWT ini dapat mengamalkan dan sangat mudah memahaminya!
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang berkonsultasi
atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau
datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu
sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan
kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari
ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang
menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang
ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak
khusyu’’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang
merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian
dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan
dari hati yang sering lalai dari-Mu.
Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran
yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak
bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang
tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta
yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu
hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.
Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari
sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas
harta yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari
keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi,
dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa
yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang
tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur.
Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami
dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan
hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari
do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk
mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Amin ya rabbal alamin