30102011,dikediaman pak Maulana,SH, Perum Griya Asri 1 Tambun

No.8
Read By Bang Zikri Mubarok

DASAR-DASAR
PENGETAHUAN IBADAH

Perlulah kita ketahui sesungguhnya merenungkan rahasia-rahasia dan faidah-faidah shalat adalah di antara yang bisa menjadikan kita sebagai seorang hamba sangat mudah mengerjakannya dan bisa merasakan lezatnya. Sebagaimana sabda Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam:
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَة
“Telah dijadikan kesejukan mataku dalam shalat.”

Allah telah berfirman dakam surat Al Baqarah, 2 ayat: 45. lihat quran klik disini

2:45
And seek help through patience and prayer, and indeed, it is difficult except for the humbly submissive [to Allah ]
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',


Allah juga berfirman dalam surat Al ‘Ankabut, 29 ayat: 45. lihat quran klik disini
29:45
Recite, [O Muhammad], what has been revealed to you of the Book and establish prayer. Indeed, prayer prohibits immorality and wrongdoing, and the remembrance of Allah is greater. And Allah knows that which you do.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Namun tatkala kita sebagai seorang hamba lalai dari berbagai faidah dan rahasia shalat, maka shalat menjadi berat atasnya apabila kita masuk padanya, seakan-akan kita berada dalam penjara sampai kita selesai darinya, oleh karena itu kebanyakan diantara kita motivasi pendorongnya untuk masuk dalam shalat, hanyalah dalam rangka sebagai suatu rutinitas belaka, atau sekadar membagus-baguskan nya.
Maka marilah kita bertaqwa wahai para hamba Allah dalam shalat-shalat kita, karena sesungguhnya shalat merupakan tiang agama dan bisa mencegah dari berbagai perbuatan keji dan dosa kita, dan shalat adalah merupakan wasiat terakhir Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam ketika beliau meninggalkan dunia ini, sekaligus amalan terakhir yang hilang dari agama, maka tidak ada agama lagi setelah hilangnya shalat.
Hudzaifah pernah berkata:
“Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu’, dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lagi orang khusyu’.”

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah, 2 ayat: 238.lihat quran klik disini
2:238
Maintain with care the [obligatory] prayers and [in particular] the middle prayer and stand before Allah , devoutly obedient.

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.


Dan selanjutnya al Baqarah ayat: 45.


2:45
And seek help through patience and prayer, and indeed, it is difficult except for the humbly submissive [to Allah ]
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

Khusyu’ merupakan kekuatan sholat, maka tanpa khusyu’ sholat seakan tidak mempunyai makna bagi kita sebagai pelakunya, karena sholat hanya berupa aktifitas fisik yang rutin, tanpa kenikmatan dan tanpa rasa hidmat di dalamnya, jadi yang menghancurkan dan merusak kekhusyu’an dalam sholat adalah salah satu misi syetan di dunia ini. 

Firman Allah dalam menceritakan misi syetan tersebut dalam surat A’raaf, 7 ayat: 17.lihat quran klik disini
7:17
Then I will come to them from before them and from behind them and on their right and on their left, and You will not find most of them grateful [to You]."

kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Rasulullah s.a.w. bersabda
قال النبي صلى الله عليه وسلم ( أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع ، حتى لا ترى فيها خاشعا
Yang pertama akan hilang dari umatku adalah khusyu’, hingga kalian tidak lagi melihat orang khusyu’. (H.R. Tabrani. Sahih)

Maka khsyu’ ini juga merupakan salah satu sifat kita sebagai orang beriman.
Allah berfirman dalam surat Al Mukminun(23)   ayat: 1-2.lihat quran klik disini
23:1
Certainly will the believers have succeeded:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

23:2
They who are during their prayer humbly submissive
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,


Ibnu Katsir mengatakan:
“Khusyu’ adalah tidak bergerak, tenang, penuh tawadlu’ karena disebabkan takut kepada Allah dan perasaan diawasi Allah. Khusyu’ adalah sadarnya hati seakan berdiri di depan Allah dengan penuh penghormatan, pengabdian”.
Tempat khusyu’ adalah di dalam hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita bergetar atau hidup atau berdenyut dan membekas ke seluruh tubuh kita sehingga menjadi lunak dan lentur, dan sebaliknya kalau hati individu kita sudah tidak khusyu’ maka seluruh anggota tubuh tidak lagi beribadah secara serius karena hati individu kita ibarat komandonya dan anggota badan kita adalah tentaranya.
Khusyu’ juga menjadi bukti keikhlasan kita, karena hanya kita yang ikhlash ibadah karena Allah dan sholat karena-Nya yang dapat melakukan khusyu’ secara sempurna, maka tanpa keikhlasan kita seseorang hanya melakukan kekhusyu’an palsu atau yang sering disebut kekhusyu’an dusta.
Ibnu Qayyim mengatakan ada dua jenis khusyu’ yaitu,

PERTAMA khusyu’ iman.
Adapun khusyu’ Iman adalah hatinya menghadap Allah dengan penghormatan, pengagungan, ketenangan, penuh harapan dan rasa malu, lalu hatinya penuh dengan cinta dan pengakuan kepada Allah yang membekas ke seluruh anggota badannya.

KEDUA khusyu’ munafik.
Adapun khusyu’ munafik adalah fisiknya khusyu’ akan tapi hatinya tidak. Para sahabat sering berdoa: Ya Allah lindungilah aku dari khusyu’ munafik.
Pada kesimpulannya, marilah kita intropeksi individu kita-kita yang hadir, yang mempelajari Dasar-dasar Pengetahuan Ibadah khususnya saya pribadi, apakah didalam shalat, kita sudah dapat menyaksikan Akbar-Nya?....... maka apa belum, tunjuk pada kita sendiri “Saya Rajanya Munafik” dan jangan sekali-kali kita menunjuk kepada yang tidak mempelajari bersama-sama kita atau orang-orang diluar majelis kita, karena mereka itu sudah pada pintar-pintar dan tahu serta telah mendapatkan menyaksikan Akbar-Nya, makanya, kita-kita yang dari jauh berkumpul, bahkan ada diantara kita, yang mulai berangkat tengah malam sampai saat ini masih saja membahas Dasar-dasar Pengetahuan Ibadah tentang shalat yang tidak ada habis-habisnya, dan inilah suatu bukti nyata, bahwa sanya kita masih bodoh dan belum tahu apa-apa, dan agar kita pada saat mendirikan, kita mengetahui pada saat mengeluarkan sebagian nafas yang keluar dari kerongkongan mengucapkan Allahu Akbar, akan tetapi dapat meyakini adanya dzat yang turun dari kerongkongan menuju hati individu kita yang koordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita sehingga hidup, lalu seketika itu pula kita mau tidak mau harus dapat menyaksikan Akbar-Nya, maka apabila hal ini kita tidak tahu dan mengetahuinya serta tidak nyata senyata-nyatanya, maka sekali lagi, tunjuklah kita sendiri sebagai seorang raja munafik, bahkan Allah menegaskan kita sebagai orang musyrik.

Ya Allah, seandainya diantara kita-kita keseluruhan yang hadir saat ini mengetahui bahwa Engkau menjawab persoalan secara langsung, barangkali kita-kita akan bolak-balik datang untuk bertanya kepadaMu.

Ya Allah, demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui bahwa rahmat-Mu bisa dirasakan langsung ke dalam dada kita, barangkali kita-kita akan datang terus menerus tidak kenal waktu untuk meminta-Mu mengisi dada kita dengan ketenangan yang sejuk.

Ya Allah, dan demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui tentang rahasia ketinggian shalat, mereka akan menunggu waktu-waktu shalat dan melakukannya dengan hati gembira.
Tuhan pasti tahu semua, termasuk apa yang kita rasakan. Akan tetapi Tuhan tidak pernah merasakan. Mungkin Tuhan harus dipaksa dengan memperbanyak shalat  untuk wujudkan keinginan kita. Doakan aku”

Mungkin Tuhan bisa dipaksa untuk menuruti keinginan kita, melalui rintihan dengan memperbanyak shalat ini. Tapi setelah keinginan tercapai, apakah kita bahagia? Pasti tidak! Karena Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Kalaupun Allah mengabulkan, itu hanya untuk membuktikan pada kita bahwa apa yang kau inginkan tidak akan membuatmu bahagia, justru kesengsaraan yang kita dapat.

Ya Allah, tunjukilah kami seperti mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan ampunilah, kami seperti mereka yang Engkau pelihara, serta berikanlah kami berkah, seperti mereka yang telah Engkau beri berkah, jagalah kami dari kejelekan yang telah Engkau tetapkan, Maha Suci Engkau Ya Allah segala puji hanya untuk-Mu, kepada Mul-lah aku bertobat dan memohon ampunan.

Maha Suci Tuhan-ku yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, semoga shalawat beriring salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Muhammad dan sanak keluarga berikut sahabat-sahabatnya.


23102011, dikediaman Mustofa Ahmad, Kaliabang Tengah Bekasi Utara

No.7
Read by Ust Dedy
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN IBADAH


Perlu kita ketahui Rasululah SAW menerima perintah Shalat melalui Mi'raj, dan beliau bersabda "Shalat adalah Mi'raj-nya orang beriman", lalu yang menjadi pertanyaan kita apa hubungan Khusyu' dengan MI'RAJ?.... Khusyu' adalah merupakan kondisi pikiran kita yang terkendali dan terpusat ke satu arah penyaksian kepada yang kita ibadati. Adapun Mi’raj berasal dari peristiwa Isra dan Mi’raj, yang mana Isra’-Mi’raj ini ada dua buah etimologi yang bermakna yaitu “perjalanan malam yang menggunakan tangga”, maka dengan demikian secara terminilogi Isra-Mi’raj adalah perjalanan spiritual shalat kita yang senantiasa linear secara bertahap semakin meningkat, dan jika kita ilustrasikan, ibarat peringkat yang kian meningkat levelnya hingga mencapai derajat pemahaman secara komprehensif atas objek selaku subjek;

Perjalanan spiritual yang paripurna oleh Muhammad SAW merekomendasikan bentuk penyembahan manusia terhadap Tuhan-Nya dalam koridor Syari’ah yang sangat universal bukan frigid serta kering dari nilai, maka apakah relasi MI’RAJ dengan Shalat?... Shalat adalah sebuah wujud nyata penyembahan individu kita sebagai manusia yang hakiki, maka Shalat menjadi bentuk persembahyangan kita terhadap Tuhan yang senantiasa harus kita lakukan dengan penuh kesadaran dan keyakinan. Jadi Shalat kita dirikan bukan karena sesuatu apa atau siapa pun, akan tetapi hanya karena Allah, karena Shalat adalah jalan satu-satunya untuk menjalin hubungan atau shilatun antara hamba dan Tuhan, maka inilah mengapa dalam hadis disebutkan:

“Shalat adalah mi’rajnya orang mu’min ".

Adapun dalam istilah tasawuf, Shalat yang berorientasi pada “pengakuan” Tuhan terhadap penyembahan-Nya, sehingga konsekwensi bagi seorang sufi adalah “Shalatku ini diterima atau tidak”? Jadi ketika kita berbicara secara pribadi tentang shalat kita ini; sahkah sebuah penyembahan kita?, maka cukup ikuti perintah secara fiqih. Akan tetapi bila kita bertanya “diterimakah Shalat kita ataukah bermanfaatkah Shalat kita ini”, jadi (walhasil) sebagaimana yang diungkapkan tadi bahwa Shalat yang didudukkan sebagai Mi’raj, maka terjadinya prosesi linier terhadap konsepsi kita tentang Tuhan yang dalam hal ini Shalat adalah media komunikasi Tuhan dengan individu kita sebagai Hamba-Nya, sehingga di dalam histories kerinduan Ibnu ‘Araby bertemu dengan Tuhannya, selalu menggunakan media Shalat, begitu pula Junaidi Al-Baghdady, yang melakukan Shalat 400 raka’at setiap harinya adalah sebuah manifestasi sufi terhadap pengakuan menyaksikan kebesaran Allah SWT.

Upaya linear pengakuan terhadap Tuhan segalanya, derajat yang paling tinggi dalam pengakuan Al-Qur’an, adalah Ketaqwaan kepada Allah oleh kita sebagai hamba-Nya yang termanifestisasikan dalam pengambilan peran-peran (sosial) kemanusiaan sebagai hamba yang senantiasa mendedikasikan pengakuan kita dalam Shalat. Adapun implikasi dari hal tersebut ini adalah peningkatan derajat iman yang berwujud taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Maka konsepsi Al-Qur’an tentang “amr Ma’ruf Nahi Munkar” akan terwujud dalam “the grand design” kemanusiaan.

Maka ketika kita sebagai seorang hamba mendedikasikan pengakuan ada zat tunggal yang menguasai alam seisinya ini, maka ketebalan iman tersebut akan menjadikan tonggak bagi perilaku kemanusiaan individu kita sejati, dan kita sadar Shalat yang mendekatkan individu kita kepada Allah akan merefleksikan kembali bahwa nilai yang ada di dalam individu kita bermuatan mendekatkan individu kita kepada Allah SWT, karena hanya Shalatlah sebagai kekuatan spiritual, yaitu internalisasi seluruh nilai-nilai serta makna Shalat dalam kerangka kehidupan, baik sebagai individu kita maupun komunitas masyarakat negara, maka dengan demikian Shalat akan bermakna sebagai penekanan serta penyadaran kita sebagai sang hamba yang manusiawi sebagai makhluk yang memegang mandataris sebagai pemimpin di muka bumi Demikian pula implikasi pikiran kita sebagai amaliyahnya selalu bertumpu pada kerangka kepemimpinan kemanusiaan yang menebar kedamaian dalam kebersamaan di antara kita.

Walhasil sebagai sebuah kekuatan spiritual, Shalat adalah tameng bagi kerusakan hati individu kita yang sudah senantiasa dekat dengan Tuhan kita sehingga jikalau saja setiap orang kita sebagai orang Indonesia memaknai Shalat serta mampu menjadikan sebagai kekuatan spiritual kita-kita, maka “little bit guarantee” bagi terciptanya kehidupan yang semerbak dengan aroma kekuatan spiritual Shalat ini sendiri, yaitu tanpa kekerasan, tanpa pengklaiman kebenaran, tanpa ada kerusakan serta sungguh indahnya agama ini.

Karena telah berpuluh-puluh tahun tiada henti-hentinya pertikaian antara agama atau aliran yang satu dengan aliran yang lain saling menyalahkan, dan tiap golongan membanggakan golongannya.

30:32
[Or] of those who have divided their religion and become sects, every faction rejoicing in what it has.

“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Q.S. Al-Ruum [30] ayat 32)lihat qur`an klik disini

          Adapun histories telah penuh dengan catatan komik akibat peristiwa keangkuhan kita yang membawa agama sebagai kepentingan nafsu kita. Kasihan Rasulullah (seandainya) Beliau melihat kenyataan ummatnya seperti kita-kita yang bercerai-berai, yaitu penuh dengan kebencian antara saudara kita sendiri, sedangkan Beliau diutus sebagai contoh uswatun hasanah atau ummat yang sempurna, dan sebagai rahmat untuk seluruh masyarakat dunia maupun lingkungannya. Akan tetapi kita tidak melihat kenyataan ini pada kita sebagai ummat Islam secara keseluruhannya, sample-nya bangunan-bangunan Masjid yang indah, gereja-gereja yang megah, dan pura-pura yang mempesona, mengapa permukaan bumi ini bau amis darah akibat pertempuran antara agama, kemana ajaran Ihsan? Dan kemana ajaran Kasih (Rahman), serta kemana ajaran Tat Twan Asih, demikian pula kemana ajaran Darma, mengapa kita tidak hayati sebagai kekuatan pribadi untuk berbuat dan membangun kesejahteraan masyarakat dunia.   
          Suku-suku yang berbeda, dan bahasa yang beragam, serta warna kulit yang berbeda, bahkan bangsa yang tidak terhitung banyaknya. Ini adalah sesuatu yang merupakan kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri sebagai khazanah dan ciri yang khas untuk kita saling mengenal dan saling menghormati, akan tetapi agama sebagai kekuatan rohani telah kehilangan pamornya, karena kita sebagai pembawanya lebih banyak berkata daripada berbuat, bahkan agama kita jadikan alat untuk memenuhi keinginan nafsu kita. Jadi bukan kita sebagai alat penyejuk pikiran kita-kita atau perasaan kita-kita dan perdamaian dunia, maka kini terbukti kita tidak merasa nyaman duduk berlama-lama di majlis taklin ini serta pada saat kita mendirikan shalat, bahkan kita lebih senang melihat orang berbicara yang diulang-ulang penuh retorika belaka.
          Rasulullah, para Nabi, para Da’i diperintahkan untuk mengajak kita sebagai ummat untuk kembali kepada Allah, dan pendekatan kepada-Nya, serta kita diperintahkan untuk bersikap Ihsan” 
1:5
It is You we worship and You we ask for help.

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan [tuntunan]”. q.s Alfatihah ayat 5. lihat qur`an klik disini


"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".

ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.   

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.   

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.

16102011.dikediaman Bpk.Suherman, Perum Alinda Kecana 1

No.6
Read By
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui jika kita pada saat mendirikan shalat tertutup dari cahaya-Nya maka kegelapan di atas kegelapan akan selalu meliputi kita. Mari perhatikan firman Allah berikut. 

24:40
Or [they are] like darknesses within an unfathomable sea which is covered by waves, upon which are waves, over which are clouds - darknesses, some of them upon others. When one puts out his hand [therein], he can hardly see it. And he to whom Allah has not granted light - for him there is no light.
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih (kegelapan di atas kegelapan), apabila dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (Q.S. 24:40) lihat Quran Klik Disini

Maka kini mari kita lanjutkan menurut jenisnya Cahaya terbagi menjadi dua, pertama Cahaya Tampak, kedua Cahaya Tidak Tampa, adapun Cahaya Tampak adalah Cahaya yang memiliki kemampuan untuk membuat benda menjadi Tampak secara kasat mata, dan sedangkan Cahaya yang tidak tampak adalah Cahaya yang tidak “berusaha” membuat benda yang tidak tampak menjadi tampak samplenya, real cahaya tampak adalah Sinar Matahari, sedangkan contoh dari Cahaya Tidak Tampak adalah Sinar Ultra Violet dan Infra Merah, karena Cahaya tampak ini berkaitan erat dengan kemampuan Mata Fisik kita, sedangkan mata Fisik kita diciptakan untuk melihat cahaya dengan panjang gelombang tertentu yaitu dari kisaran 370 nm sampai 703 nm, yang terdiri dari tujuh macam warna primer yaitu: merah, jingga (oranye), kuning, hijau, biru, nila (indigo), dan ungu, sedangkan Cahaya matahari yang berwarna PUTIH, jika ditembakkan ke sebuah PRISMA maka CAHAYA PUTIH tersebut akan terbagi membentuk 7 spektrum warna sebagaimana yang kita telah disebutkan tersebut.

 Sehingga sebenarnya, Cahaya PUTIH adalah GABUNGAN dari 7 Spektrum Cahaya yang berwarna merah, jingga (oranye), kuning, hijau, biru, nila (indigo), dan ungu, maka  ketika kita melihat sebuah BENDA yang berwarna MERAH, maka sebenarnya yang terjadi adalah bahwa BENDA tersebut MENYERAP semua spektrum warna dari Cahaya Putih (Cahaya Matahari) Kecuali warna MERAH, dan begitupun sample-nya jika kita melihat BAJU berwarna BIRU, maka sebenarnya yang terjadi adalah bahwa BAJU itu MENYERAP Seluruh CAHAYA PUTIH kecuali Spektrum warna BIRU, demikian pula jika kita melihat BENDA yang berwarna PUTIH, maka sesungguhnya Anda melihat BENDA yang TIDAK MENYERAP satu pun Spektrum warna yang dipancarkan oleh Matahari, alias Benda PUTIH adalah BENDA yang MEMANTULKAN kembali seluruh Cahaya Putih yang diterimanya, adapun  jika kita melihat BENDA HITAM, maka sesungguhnya yang terjadi adalah bahwa BENDA ini MENYERAP SELURUH Cahaya Putih yang diterimanya.
Sahabat Cahaya, sebagaimana dijelaskan pada GAMBAR di atas bahwa Cahaya berWARNA Merah adalah Cahaya dengan Panjang Gelombang Tertinggi. Sedangkan Cahaya berwarna Ungu memiliki Frekuensi Tertinggi. Dengan kata lain, Semakin Tinggi Frekuensi maka semakin Rendah Panjang Gelombang

Dalam bahasa kehidupan yang dikaitkan dengan gelombang otak kita, yaitu jika Panjang Gelombang semakin panjang maka berakibat kepada semakin TENANGnya kehidupan kita, dan jika semakin tinggi frekuensi dari suatu gelombang, maka bisa berakibat kepada semakin TEGANG kehidupan kita, atau berkenaan dengan itu, maka kita yang sedang Banyak Pikiran (stress-tegang), sebaiknya mengurangi MELIHAT Benda berwarna MERAH, karena benda yang berwarna MERAH adalah benda yang TIDAK MENYERAP Cahaya Matahari yang berwarna MERAH, padahal Cahaya Matahari yang berwarna Merah memiliki Panjang Gelombang yang paling panjang, dengan demikian memperbanyak melihat benda berwarna BIRU, NILA, dan UNGU lebih disarankan untuk menenangkan pikiran. 
Maka jika kita kembali ke zaman Rosulullah Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam, Rosulullah menyukai PAKAIAN yang berwarna PUTIH, maka dapat dipahami secara teori warna ini mengapa warna putih itu disarankan, sebab pakaian warna putih memantulkan kembali semua Cahaya Matahari yang diterimanya, sehingga si pengguna baju Warna Putih bisa lebih fokus kepada CAHAYA yang ada di dalam individu kita, yaitu yang meliputi individu kita, Cahaya yang lebih sejati, cahaya yang bersifat metafisik, bukan yang fisik, inilah sebabnya Tokoh Baik di dalam dunia persilatan sering menggunakan pakaian putih, sedangkan Tokoh Jahat lebih sering menggunakan pakaian berwarna hitam, dan memang, baju Warna Hitam inilah melambangkan bahwa kita banyak menyerap energi dari luar (seperti: jin, iblis, energi tak terlihat, dlsb), dan malah melupakan energi (cahaya) hakiki yang ada di dalam individu kita, yang sangat dekat dengan individu kita, dan lagi pula, Baju berwarna Hitam itu bisa melambangkan kesombongan (tapi tidak selalu ya), sebab warna HITAM itu sebagai lambang RUMAH TUHAN (Baitullah). Oleh karena itu hanya Tuhanlah yang berhak memiliki sifat sombong.
Ya, Baitullah-lah yang lebih berhak menjadi MAGNET di Bumi ini, yang MENYERAP semua ENERGI yang ada. Begitulah HITAM, memiliki sifat MENYERAP. Sehingga, Baitullah itu melambangkan KEKOSONGAN dan DAYA TARIK (Magnet) yang kuat, inilah sebabnya pakaian IHRAM tidak boleh HITAM, alias harus PUTIH, sebab warna PUTIH melambangkan ketidakmampuan (tidak mampu menyerap warna apa pun), hadir menghadap ALLAH dengan bertamu di BAITULLAH-NYA yang HITAM dan KOSONG, artinya, pakaian warna putih melambangkan bahwa "saya siap diserap oleh-Mu ya Allah, saya akan kembali penuh kepadaMu ya Allah"... Innaa lillaahi wainnaa ilaihi rooji'uuun...
Jadi sekali lagi perlulah kita ketahui bahwa ternyata diduga lebih dari 90% MATERI yang ada DI ALAM SEMESTA ini adalah MATERI Berwarna HITAM, atau sering disebut Materi GELAP, atau ada juga yang menyebut sebagai Lubang Hitam (Black Hole) yang keberadaannya tidak diketahui persisnya, tapi dapat dirasakan radiasinya, sebab MATERI GELAP ini mampu dan terus menyerap energi apapun yang ada di alam semesta dengan begitu kuatnya.... dan ketika semua sudah terserap maka itulah dugaan terjadinya Kepunahan Sejati Alam Semesta Tampak.

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu. 
 
Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai. 
 
Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.
 
Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.
Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.
Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak pandai bersyukur, dan dari jiwa yang tidak bisa tenang. 
 
Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.
 
Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.

09102011.dikediaman Bpk.Ferry, Cepu, Sukaringin, Sukawangi




No: 5 
Read by
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN IBADAH

Perlu kita ketahui kehadiran teknologie modern yang bisa merekam semua gerak-gerik kita samplenya, Video CD, Kaset, dan CCTV yang mampu mendokumentasikan setiap langkah dan gerakan kita, akan tetapi hendaknya kita semangkin menyadarkan kita bahwa teramat mudah bagi Allah Mahakuasa untuk merekam ulang semua jejak perjalan hidup kita yaitu amalan kita disaat mendirikan shalat, jadi kesadaran individu kita yang mengevaluasi ulang histories kita era lalu demi memperoleh kualitas shalat kita harus lebih baik dari hari kemarin, maka hal ini pula yang mengilhamkan  Umar bin Khaththa berujar:
ﺤﺎﺴﺒﻮﺍ ﺃﻨﻔﺴﻜﻢ ﻗﺒﻞ ﺃﻦﺘﺤﺎﺴﺒﻮﺍ, ﻮﺰﻨﻮﺍ ﺃﻨﻔﺴﻜﻢ ﻗﺒﻞ ﺃﻦﺘﻮﺰﻨﻮﺍ, ﻔﺈﻨﻪ ﺃﻫﻮﻦ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻔﻲ ﺍﺤﺴﺎﺐ ﻏﺪﺍ ﺃﻦﺘﺤﺎﺴﺒﻮﺍ ﺃﻨﻔﺴﻛﻢ ﺍﻠﻴﻮﻢ, ﻮﺘﺰﻴﻨﻮﺍ ﻠﻠﻌﺮﺾ ﺍﻷﻛﺒﺮ:
“Adililah individu kalian sebelum kalian diadili, timbanglah individu kalian sebelum kalian ditimbang, sebab perhitungan kalian besok akan lebih ringan jika kalian hari ini mau menimbang individu, dan kalian persiapkan amal untuk hari penampakan amal besar besaran.

Sebagaimana difirmankan, 
69:18

That Day, you will be exhibited [for judgement]; not hidden among you is anything concealed.

Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).Al Haqqah, 69 ayat: 18. lihat quran klik disini

Jadi shalat sedemikian pentingnya sebagai evaluasi individu kita, maka banyak diantara kita yang mengomentari tentang hal ini samplenya Al Hasan:
“Kamu tidak menjumpai seorang mukmin, selain ia mengevaluasi individunya, apa yang ingin engkau lakukan?... apa yang akan engkau makan?... apa yang ingin engkau minum?... sementara seorang durhaka berlalu begitu saja dengan tidak mengevaluasi individunya”.

Apabila kita seorang yang bertaqwa maka pasti jauh lebih jeli ketika mengadili individu kita sendiri daripada kita sebagai penguasa yang sewenang-wenang atau kita sebagai pengusaha yang memikirkan masa depan dengan menimbun kekayaan atau kita sebagai kawan yang bakhil, maka apabila kita seorang yang mukmin pasti akan mengadili individunya sendiri dan kita sadar bahwa individu kita akan diadili di depan Allah SWT, maka Allah SWT merahmati kita seorang hamba yang kita mencermati individunya sebelum kedatangan malaikat maut, adapun sebaliknya apabila kita sebagai seorang munafik pasti akan banyak melupakan individunya yaitu kita sedikit sekali akan merasakan hati individunya hidup yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada di atas perut kita.

Maka pemberian Allah SWT kepada kita berupa anggota badan yaitu pendengaran, penglihatan dan lainya hendaklah kita jadikan saksi yang mendorong kesadaran individu kita dan meluruskan amalnya, Hasan Basri berujar:
“seorang mukmin akan memandu individunya dan mengevaluasi individunya”.
Maimun bin Mahran berkata:
“Seorang hamba akan menjadi takwa jika muhasabah atau evaluasi individu lebih akrab baginya daripada kawan akrabnya”.

Maka kewajiban kita mengevaluasi dan audit mencermati amalan dan meluruskan, ditunjukkan oleh perintah-Nya

59:18
O you who have believed, fear Allah . And let every soul look to what it has put forth for tomorrow - and fear Allah . Indeed, Allah is Acquainted with what you do.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al Hasyr, 59 ayat: 18. lihat quran klik disini

Qatadah berkata:
“Rabb kalian terus saja mendekatkan kiamat hingga menjadikannya seolah-olah terjadi besok”.

Jadi perlu kita ketahui dengan melalui shalatlah bahwasanya kita seorang mukmin dianjurkan menuju kesempurnaan dan menggapai derajat tinggi, maka kita harus mencermati aktivitas kita, sebagaimana seorang pengawas atau kritikus evaluasi, Ia mengawasi niat dan kehendaknya, amal dan aktivitasnya, Ia tidak basa basi atau sungkan terhadap individu kita sendiri, bahkan terlebih menganggap individu kita suci dan nyantai, dengan beranggapan apa yang kita kerjakannya sudah cukup, maka terlihat dengan jelas amalan kita yang disaksikan oleh diantara kita, yang mana kita jarang hadir dimajlis ini, karena alasan atau dalil apapun ini adalah sudah sesuatu pembuktian kita ini siapa?... maka demikian evaluasi individu kita adalah aktivitas wajib bagi kita seorang mukmin yaitu aktivitas untuk mengevaluasi niat dan memilah mana yang baik dan buruk atau sudah memaksimalkan atau belum.

Adapun muhasabatun nafs sbagai berikut:
Pertama.
            Memulai yang wajib, yaitu jika kita melihat ada kekurangan pada kita, maka kita menambalnya.
Kedua.
            Mencermati larangan, maka jika kita tahu bahwa kita melakukannya kita menyusulnya dengan taubat, istighfar dan kebaikan-kebaikan yang dapat menghapuskan dosa tersebut.
 Ketiga.
            Adapun mushasabatun nafs atas gerak gerik anggota badan kita atau pembicaraan lisan kita atau perjalanan kedua kaki kita atau gerak kedua tangan kita, atau pandangan kedua mata kita atau pendengaran kedua telinga kita dan selanjutnya yaitu apa yang kita inginkan?... dan untuk siapa kita melakukan?.... serta bagaimana kita melakukannya?....       
Keempat. 
            Muhasabatun nafs atau kelalaian dan kita menyusulnya dengan memperbanyak shalat sunnah dengan menghadap agar dapat menyaksikan Allah pencipta langit dan bumi serta pencipta Arsy yang Maha Agung.
Perhatikanlah firman Allah SWT 

6:79
Indeed, I have turned my face toward He who created the heavens and the earth, inclining toward truth, and I am not of those who associate others with Allah ."
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Maka dari keempat muhasabatun nafs yang telah diuraikan tersebut perlu kita merekap ulang apa-apa saja yang menjadi tugas wajib kita, apalagi kita sebagai seorang ayah tentu berbeda dengan kewajiban kita sebagai seorang ibu, demikian pula kewajiban kita seorang guru, maka demikian pula kewajiban kita seorang murid, jadi sekali lagi rekap ulang ini sangat penting mengingat adakalanya dan bahkan seringkali dan ada saja kewajiban yang belum kita tunaikan atau baru kita tunaikan ala kadarnya.

Adapun kita yang mempunyai pandangan yang cermat dikatakan ahlul bashar, karena kita selalu konsisten melakukan muhasabah atau intropeksi individu, dan muraqabah atau merasa kita diawasi Allah, maka yang hadir diminggu pagi ini sudah pasti kita-kita yang selalu intropesi individu kita didunia, maka kitapun sudah pada hari ini sudah melaksanakan hisab agar ringan diakhirat kelak, dan sebalik seandainya kita tidak hadir pada kewajiban kita menuntut ilmu ini maka sesungguhnya kita tidak menyadari sudah termasuk orang yang meremehkan atau orang yang lalai, dan barang siapa diantara kita yang meremehkan muhasabah, maka penyesalan kita akan susul-menyusul, karena kita sadar bahwa kita tidak akan selamat selain taat, Allah ta’ala memerintahkan kita untuk sabar dan murabathah atau mengendalikan individu kita, marilah kita perhatikanlah firman Allah Ta’ala:



3:200
O you who have believed, persevere and endure and remain stationed and fear Allah that you may be successful.
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. Ali Imran, 3 ayat: 200. lihat quran klik disini           


Ya Allah, seandainya diantara kita-kita keseluruhan yang hadir saat ini mengetahui bahwa Engkau menjawab persoalan secara langsung, barangkali kita-kita akan bolak-balik datang untuk bertanya kepadaMu.

Ya Allah, demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui bahwa rahmat-Mu bisa dirasakan langsung ke dalam dada kita, barangkali kita-kita akan datang terus menerus tidak kenal waktu untuk meminta-Mu mengisi dada kita dengan ketenangan yang sejuk.

Ya Allah, dan demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui tentang rahasia ketinggian shalat, mereka akan menunggu waktu-waktu shalat dan melakukannya dengan hati gembira.

Tuhan pasti tahu semua, termasuk apa yang kita rasakan. Akan tetapi Tuhan tidak pernah merasakan. Mungkin Tuhan harus dipaksa dengan memperbanyak shalat  untuk wujudkan keinginan kita. Doakan aku”
Mungkin Tuhan bisa dipaksa untuk menuruti keinginan kita, melalui rintihan dengan memperbanyak shalat ini. Tapi setelah keinginan tercapai, apakah kita bahagia? Pasti tidak! Karena Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Kalaupun Allah mengabulkan, itu hanya untuk membuktikan pada kita bahwa apa yang kau inginkan tidak akan membuatmu bahagia, justru kesengsaraan yang kita dapat.

Ya Allah, tunjukilah kami seperti mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan ampunilah, kami seperti mereka yang Engkau pelihara, serta berikanlah kami berkah, seperti mereka yang telah Engkau beri berkah, jagalah kami dari kejelekan yang telah Engkau tetapkan, Maha Suci Engkau Ya Allah segala puji hanya untuk-Mu, kepada Mul-lah aku bertobat dan memohon ampunan.

Maha Suci Tuhan-ku yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, semoga shalawat beriring salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Muhammad dan sanak keluarga berikut sahabat-sahabatnya.

03102011.dikediaman Bpk.Toto, Jababeka, Cikarang

No: 4
Read by Bpk Sumarna AD
 DASAR-DASAR
PENGETAHUAN IBADAH

Perlulah kita ketahui mengikuti cara Rasulullah saw shalat tidak cukup kita hanya dengan menyempurkan dimensi ritualnya saja, akan tetapi kita harus juga mengikuti dengan menyempurnakan dimensi spritualnya, samplenya saja jasad dengan ruh, memang kita bisa hidup bila hanya memenuhi kebutuhan jasad kita saja, namun akan tetapi sungguh tidak sempurna bila ruh individu kita yang sejati dibiarkan meronta-meronta tanpa dipenuhi kebutuhannya, maka demikian juga shalat, memang secara fikih shalat kita sah bila memenuhi syarat dan ruku’nya secara ritual, akan tetapi apa makna shalat kita bila tidak diikuti dengan kekhusyukan, adapun perihal kekhusyukan ini Alquran telah menjelaskan:

2:45

And seek help through patience and prayer, and indeed, it is difficult except for the humbly submissive [to Allah ]

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',



Imam Ibn Katsir, ketika menafsirkan ayat ini, menyebutkan pendapat para ulama salaf mengenai makna khusyu’ dalam shalat: Mujahid mengatakan, itu suatu gambaran keimanan yang hakiki.

Abul Aliyah menyebut, alkhasyi’in adalah orang yang dipenuhi rasa takut kepada Allah.

Muqatil bin Hayyan berpendapat, alkhasyi’in itu orang yang penuh tawadhu’.

Dhahhaq mengatakan, alkhasyi’in merupakan orang yang benar-benar tunduk penuh ketaatan dan ketakutan kepada Allah.

Dan pada dasarnya shalat seperti yang digambarkan Ustadz Sayyid Quthub– adalah hubungan antara kita sebagai seorang hamba dan Tuhan kita yang dapat menguatkan hati individu kita yang hidup senantiasa yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita yang mana sehingga tersebut membekali keyakinan kita untuk menghadapi segala kenyataan yang harus kita lalui.
Rasulullah saw. didalam histories Sayyid- setiap kali menghadapi persoalan, selalu segara melaksanakan shalat.

Dalam hal ini tentu shalat yang dimaksud bukan sekedar shalat, melainkan shalat yang benar-benar ditegakkan secara sempurna: memenuhi syarat dan rukunnya, lebih dari itu penuh dengan kekhusyu’an, karena hanya shalat yang seperti inilah yang akan benar-benar memberikan ketenangan yang hakiki pada ruhani individu kita yang sejati, dan benar- benar melahirkan sikap moral kita yang tinggi, seperti yang dinyatakan dalam Alquran 

29:45

Recite, [O Muhammad], what has been revealed to you of the Book and establish prayer. Indeed, prayer prohibits immorality and wrongdoing, and the remembrance of Allah is greater. And Allah knows that which you do.

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.


            Jadi sudah sungguh jelas buat kita bahwa hanya shalat yang khusyu’ yang akan membimbing pelaksanaan  pada ketenangan dan kemuliaan perilaku kita, oleh sebab ini para ulama terdahulu selalu mengajarkan bagimana kita menegakkan shalat dengan penuh kekhusyu’an, Imam As-Samarqandi dalam bukunya tanbihul ghafiliin, menulis bab khusus dengan judul: Bab itmamush shalaati wal khusyu’u fiihaa atau bab menyempurkan dan khusyuk dalam shalat, disebutkan dalam buku ini bahwa orang yang sembahyang banyak, akan tetapi orang yang menegakkan shalat secara sempurna sedikit.

Imam As-Samarqandi benar, karena kini kita menyadari yang mana kita-kita semua yang hadir rajin-rajin shalatnya, akan tetapi hanya sebagian kecil diantara kita yang dapat benar-benar menikmati buah shalatnya, yaitu yang mana dapat kita saksikan sendiri mereka ini dapat  menjaga individunya dari perbuatan keji, samplenya pada saat kita berjanji Aku hadapkan wajahku, akan tetapi kenyataannya kita tidak dapat menyaksikan akbar-Nya atau wajah-Nya”…… demikian pula pada saat kita memuji-Nya, memulyakan-Nya, mengagungkan-Nya, adapun sementara kita hanya seperti burung beo yang hanya pandai mengucapkan salam, akan tetapi mengetahui kepada siapa, dan untuk siapa salam itu ditujukan, maka adapun hal ini yaitu termasuk dalam kategori mungkar atau makar

Adapun antara ritual dan spiritual yaitu ketika Rasulullah saw. memerintahkan agar kita mengikuti shalat seperti yang beliau lakukan, hal ini maksudnya yaitu agar kita mengikuti secara sempurna tentang ritual dan spiritual, adapun ritual artinya menegakkan secara benar syarat dan rukunnya, sedangkan spiritual artinya melaksanakannya dengan penuh keikhlsan, ketundukan agar hati individu kita hidup senantiasa menyebut asma-Nya yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita dan kekhusyuan yaitu agar kita dapat menyaksikan kebesaran-Nya atau wajah-Nya.

Jadi sekali lagi sangat perlu kita ketahui yang mana kedua dimiensi ini adalah satu kesatuan tak terpisahkan, dan apabila satu diantara dimensi ini hilang, maka shalat kita tidak sempurna, dan bila kita hanya mengutamakan yang spiritual saja, dengan mengabaikan yang ritual maka seperti tidak mengkuti cara-cara shalat Rasulluah secara benar, menambahkan atau mengurangi, atau meninggalkannya sama sekali berarti ini tidak sah, dengan bahasa lain, shalat yang ditambah dengan menerjemahkan setiap bacaannya ke dalam bahasa Indonesia, berarti ini bukan shalat yang dicontohkan Rasullah, maka ini tidak disebut shalat, apapun alasan dan tujuannya.

Maka demikian pula sebaliknya, bila yang kita utamakan hanya yang ritual saja dengan mengabaikan yang spiritual, boleh jadi shalat kita sah secara fikih, akan tetapi tidak akan membawa dampak apa-apa pada individfu kita, karena yang kita ambil hanya gerakan shalatnya saja, adapun sementara ruhani shalat itu kita campakkan begitu saja, bahkan bila yang kita abaikan dari dimensi spiritual shalat itu adalah keikhlasan, maka akibatnya fatal, yaitu shalat kita menjadi tidak bernilai apa-apa di sisi-Nya. Na’udzubillahi mindzaalika.

Pada kesimpulannya, marilah kita intropeksi individu kita-kita yang hadir, yang mempelajari Dasar-dasar Pengetahuan Ibadah khususnya saya pribadi, apakah didalam shalat, kita sudah dapat menyaksikan Akbar-Nya?....... maka apa belum, tunjuk pada kita sendiri “Saya Rajanya Munafik” dan jangan sekali-kali kita menunjuk kepada yang tidak mempelajari bersama-sama kita atau orang-orang diluar majelis kita, karena mereka itu sudah pada pintar-pintar dan tahu serta telah mendapatkan menyaksikan Akbar-Nya, makanya, kita-kita yang dari jauh berkumpul, bahkan ada diantara kita, yang mulai berangkat tengah malam sampai saat ini masih saja membahas Dasar-dasar Pengetahuan Ibadah tentang shalat yang tidak ada habis-habisnya, dan inilah suatu bukti nyata, bahwa sanya kita masih bodoh dan belum tahu apa-apa, dan agar kita pada saat mendirikan, kita mengetahui pada saat mengeluarkan sebagian nafas yang keluar dari kerongkongan mengucapkan Allahu Akbar, akan tetapi dapat meyakini adanya dzat yang turun dari kerongkongan menuju hati individu kita yang koordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita sehingga hidup, lalu seketika itu pula kita mau tidak mau harus dapat menyaksikan Akbar-Nya, maka apabila hal ini kita tidak tahu dan mengetahuinya serta tidak nyata senyata-nyatanya, maka sekali lagi, tunjuklah kita sendiri sebagai seorang raja munafik, bahkan Allah menegaskan kita sebagai orang musyrik.

Ya Allah, seandainya diantara kita-kita keseluruhan yang hadir saat ini mengetahui bahwa Engkau menjawab persoalan secara langsung, barangkali kita-kita akan bolak-balik datang untuk bertanya kepadaMu.

Ya Allah, demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui bahwa rahmat-Mu bisa dirasakan langsung ke dalam dada kita, barangkali kita-kita akan datang terus menerus tidak kenal waktu untuk meminta-Mu mengisi dada kita dengan ketenangan yang sejuk.

Ya Allah, dan demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui tentang rahasia ketinggian shalat, mereka akan menunggu waktu-waktu shalat dan melakukannya dengan hati gembira.

Tuhan pasti tahu semua, termasuk apa yang kita rasakan. Akan tetapi Tuhan tidak pernah merasakan. Mungkin Tuhan harus dipaksa dengan memperbanyak shalat  untuk wujudkan keinginan kita. Doakan aku”

Mungkin Tuhan bisa dipaksa untuk menuruti keinginan kita, melalui rintihan dengan memperbanyak shalat ini. Tapi setelah keinginan tercapai, apakah kita bahagia? Pasti tidak! Karena Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Kalaupun Allah mengabulkan, itu hanya untuk membuktikan pada kita bahwa apa yang kau inginkan tidak akan membuatmu bahagia, justru kesengsaraan yang kita dapat.

Ya Allah, tunjukilah kami seperti mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan ampunilah, kami seperti mereka yang Engkau pelihara, serta berikanlah kami berkah, seperti mereka yang telah Engkau beri berkah, jagalah kami dari kejelekan yang telah Engkau tetapkan, Maha Suci Engkau Ya Allah segala puji hanya untuk-Mu, kepada Mul-lah aku bertobat dan memohon ampunan.

Maha Suci Tuhan-ku yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, semoga shalawat beriring salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Muhammad dan sanak keluarga berikut sahabat-sahabatnya.