25092011, Dikediaman KH.Abd kodir Zeilani, Karang Tengah, Harapan Indah

No: 3
Read by
DASAR DASAR
PENGETAHUAN UMUM IBADAH

Perlulah kita ketahui bahwa sebelum kita mempelajari mendirikan shalat, kita harus mengetahui bahwasanya Fitrah adalah potensi kita. Nilai individu kita yang sesungguhnya. Jika kita keluar dari fitrahnya maka kita sudah keluar dari potensi kita sebagai manusia, samplenya kita bisa saja berbuat seperti hewan, dan hewan bukanlah manusia, kalau kita membahas potensi, berarti kita berbicara tentang energi, karena hukum energi mengatakan bahwa tiada energi yang hilang, dan energi selalu mencari titik keseimbangan, jadi semakin besar energi yang dihasilkan maka semakin besar energi yang dikeluarkan, atau setiap nilai usaha tentunya akan menghasilkan produk.
Sedang usaha adalah energi, dan produk adalah energi, jadi setiap usaha menghasilkan produk yang seimbang dengan kualitas usahanya, adapun energi menghasilkan energi yang bersesuaian, dan agar kita bisa memberikan energi yang tinggi maka kita harus memiliki energi yang tinggi; yakni menyerap dan menghasilkan energi yang tinggi juga, mari kita perhatikan rumus energi berikut:

Ep = m.g.h,
Di mana Ep adalah Energi Potensial, m adalah massa atau kapasitas, g adalah nilai percepatan untuk gravitasi, dan h adalah nilai ketinggian, maka jika kita ingin memiliki Potensi individu yang tinggi maka kita harus memiliki nilai Ep yang tinggi, agar kita memiliki nilai Ep yang tinggi maka kita harus memiliki nilai m, g, dan h yang juga tinggi.
Jika diterjemahkan dalam bahasa kehidupan manusia, maka Ep adalah Potensi individu atau Nilai individu atau to me, m adalah kemampuan individu yang seharusnya atau to be, g adalah visi kebumian atau visi keduniawian atau to have, dan h adalah visi ketinggian atau visi spiritualisme atau to God, dan menariknya nilai m dan g memiliki batas maksimal atau limited, tetapi nilai h adalah unlimited atau tak terbatas, samplenya, kita seseorang yang meningkatkan kualitas m atau to be, maka kita tetap saja tidak mungkin menjadi ahli di segala bidang. Untuk memiliki to be yang maksimal kita harus fokus di titik tertentu, samplenya  Ronaldinho, pesepak bola bintang yang berposisi sebagai pemain tengah dan penyerang pun akan kelabakan jika disuruh menjadi kiper, Ya, inilah nilai m atau to be, sangat terbatas, sedangkan nilai g atau gravitasi pun terbatas, dalam ilmu fisika, nilai g memiliki kisaran antara 9,8 s.d 10. Artinya, kalau hari ini kita hidup hanya sekedar mengejar g atau visi keduniawian atau to have, maka potensi individu kita pun akan sangat terbatas, kejarlah dunia, maka kita akan merasa haus dan lapar selamanya, dan untuk lebih mantapnya, silakan perhatikan diagram berikut:

Sedangkan nilai h atau ketinggian bersifat tidak terbatas atau unlimited, mungkin saja ada batasnya, wallahu a’lam, akan tetapi yang jelas kita sendiri tidak mengetahui di mana batasnya sebab “saking” sangat tingginya, nilai h adalah visi spiritualisme atau visi keakhiratan atau visi ketuhanan atau to God, nah, jika kita menginginkan nilai Ep kita OPTIMAL maka kita harus meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan kita kepada Allah SWT; nilai-nilai ketuhanan kita, dan, di sinilah fitrah kita yang sesungguhnya akan ditemukan, dengan kata lain, kita akan semakin jauh dari fitrah, kalau kita lebih fokus mengejar nilai m atau to be dan nilai g atau to have – sebagaimana yang banyak dilakukan kita ingkar pada umumnya, karena kita mengejar UANG atau karena kita pikir UANG adalah sumber kebahagiaan.

Memang betul, Uang bisa membuat kita bahagia, tapi kebahagiaannya bersifat TERBATAS. Saudaraku, mari mulai hari ini kita lebih fokus mencari kebahagiaan yang UNLIMITED – Spiritual Happiness.
Ya, Carilah KEBAHAGIAAN yang UNLIMITED tapi jangan lupakan KEBAHAGIAAN yang LIMITED. Sebagaimana diperintahkan Allah yang dapat kita lihat pada terjemahan Data Suci:
28:77

But seek, through that which Allah has given you, the home of the Hereafter; and [yet], do not forget your share of the world. And do good as Allah has done good to you. And desire not corruption in the land. Indeed, Allah does not like corrupters."

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Berikutnya. Ternyata dalam hidup ini ada tiga lingkaran potensi kehidupan; pertama adalah Lingakaran MAMPU, kedua Lingkaran MAU, dan ketiga Lingkaran BENAR.

Lingkaran "Mampu" adalah "turunan" dari nilai "Gravitasi" atau Maunya kita terhadap dunia, maka kita bisa mendapatkan apa yang kita "Mau-i" dengan cara meningkatkan "KEMAMPUAN" kita.
Lingkaran "Mau" adalah "turunan" dari nilai "Massa" atau Kemampuan kita, maka kita bisa meningkatkan KEMAMPUAN kita kalau kita memiliki KEMAUAN.
Lingkaran "Benar" adalah "turunan" dari nilai "Tinggi" atau Seharusnya, maka kita bisa meningkatkan nilai Seharusnya ketika kita tetap berada di jalur yang BENAR.
Agar lebih menarik kami akan sajikan diagram sederhana berikut :

Setiap INSAN memiliki tiga lingkaran potensi ini, kita akan menjadi kuat jika Ketiga lingkaran ini berpadu, yaitu tatkala kita seseorang melakukan sesuatu yang MAMPU kita lakukan, yang MAU kita lakukan, dan yang dilakukan kita sesuai dengan nilai-nilai KEBENARAN.
Namun ketika ketiga lingkaran ini terpisah, alias berdiri masing-masing, atau hanya dua lingkaran yang berpadu, maka kita seorang tidak akan mempunyai nilai individu atau to me kecuali NOL, yaitu seperti hewan, bahkan lebih buruk lagi, maka baiklah sebelum kita melanjutkannya, mari kita kembangkan diagram di atas menjadi lebih menarik lagi, perhatikanlah.

INSAN yang FITRAH berada pada irisan pertama atau irisan yang memadukan ketiga lingkaran potensi individu kita, dimana kita melakukan sesuatu yang MAMPU, MAU, dan BENAR, akan tetapi hari ini tidak sedikit juga manusia yang terjebak pada irisan 2,3, atau 4.
Irisan kedua menyatakan bahwa seseorang melakukan sesuatu yang MAMPU dan BENAR, tapi kita sendiri ENGGAN atau tidak MAU melakukannya, ini adalah irisan “paksarela”, yakni melakukan sesuatu yang harus kita lakukannya, akan tetapi kita terpaksa atau kurang ikhlas ketika kita melakukannya.
Irisan ketiga menyatakan bahwa kita seseorang melakukan sesuatu yang MAU dan BENAR, akan tetapi kita sendiri tidak memiliki KEMAMPUAN untuk melakukannya, ini adalah irisan “minimalis”, yakni kita akan mendapatkan hasil yang minimal ketika melakukannya, sebab kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan KEMAMPUAN kita, sehingga energi kita terKURAS.

Sedangkan irisan keempat adalah irisan yang paling parah, karena kita melakukan sesuatu tidak berdasarkan nilai-nilai KEBENARAN. Memang kita MAMPU dan kita MAU, akan tetapi kita tidak memperhatikan norma-norma yang berlaku, dan kita bisa menyebutnya sebagai irisan “maksiat” atau "Buas".

Dimanakah posisi kita hari ini berada ?
Sudahkah kita menjadi manusia 3 in 1?
"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.
Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah. 

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak pandai bersyukur, dan dari jiwa yang tidak bisa tenang. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.

Aamiiin.

18092011 dikediaman uda Asril, Bantar Gebang, Bekasi

No: 2
Read by
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN IBADAH

Perlulah kita ketahui yang mana esensi dalam sholat yang khusyu, yaitu akhlak menjadi baik sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, dan agar menjadikan akhlak yang baik inilah ciri ibadah yang disukai Allah. Semoga dibulan shawal ini kita meningkatkan kualitas sholat kita.
Segala puji khusus bagi Allah, yang telah memerintahkan untuk kita beristi’anah atau meminta tolong kepada-Nya dengan kesabaran dan shalat dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, dan Dia memberitakan bahwa hal ini merupakan suatu yang berat kecuali bagi kita-kita para hamba-Nya yang khusyu’, Allah juga menyifati kita-kita sebagai kaum mukminin dengan khusyu’ dalam shalat kita, serta juga Allah menjadikan kita sebagai sifat-sifat mereka. Allah berfirman:
23:1
Certainly will the believers have succeeded:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,


23:2
They who are during their prayer humbly submissive

(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
( Al Mukminun, 23  ayat: 1-2.) lihat quran klik disini
 

Kita yang memuji-Nya atas besarnya anugerah dan kebaikan-Nya, dan kitapun bersaksi bahwa tidak ilah yang berhak kita ibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan cara inilah sebagai bentuk pengagungan terhadap-Nya, maka demikian pula  kita bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya yaitu sang juru dakwah kepada keridhaan-Nya, shalawat Allah atasnya dan atas keluarga dan para shahabatnya serta kita-kita yang mengikuti mereka dengan baik. Amma ba’d:
Wahai ikhwan-ikhwan yang hadir yang dimuliakan Allah, marilah kita bertaqwalah kepada Allah., dan  ketahuilah bahwa khusyu’ dalam shalat merupakan ruh ibadah shalat tersebut, dan sekaligus maksud utama menegakkannya ibadah shalat tersebut, karena Allah telah menyifati para rasul-Nya dan para hamba-Nya yang shalihin dengan sifat tersebut yaitu khusyu’. Allah berfirman :
21:90

So We responded to him, and We gave to him John, and amended for him his wife. Indeed, they used to hasten to good deeds and supplicate Us in hope and fear, and they were to Us humbly submissive.

Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.
 

Allah juga menyifati para ‘ulama dengan sifat khasy-yah atau takut kepada-Nya dan khusyu’ tatkala mendengar Firman-Nya. Allah berfirman:
35:28

And among people and moving creatures and grazing livestock are various colors similarly. Only those fear Allah , from among His servants, who have knowledge. Indeed, Allah is Exalted in Might and Forgiving.

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
 (Faatir, 35 ayat: 28.) lihat quran klik disini
 

Adapun yang dimaksud dengan ulama dalam ayat Ini ialah kita-kita yang sudah dapat menyaksikan dengan mata kepala kita atau mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah, maka juga Allah telah menyifati para ‘ulama dari kalangan Ahlul Kitab dengan sifat khusyu’ ketika mendengar Al-Qur`an ini. Allah Ta’ala berfirman:
17:107

Say, "Believe in it or do not believe. Indeed, those who were given knowledge before it - when it is recited to them, they fall upon their faces in prostration,

Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,


17:108

And they say, "Exalted is our Lord! Indeed, the promise of our Lord has been fulfilled."

dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi".


17:109

And they fall upon their faces weeping, and the Qur'an increases them in humble submission.

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.
 (Al Israa’, 17 ayat: 107-109.) lihat quran klik disini

Asal makna khusyu’ adalah ketenangan pikiran kita dan kelembutan hati individu kita yang kordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita hidup, serta ketundukannya senantiasa menyebut asma-Nya, dan apabila hati individu kita telah khusyu’ maka akan diikuti oleh khusyu’ anggota badan kita. Sebagaimana sabda Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam:
« أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ. أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ »
“Ketahuilah, bahwa dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Kalau ia baik, maka baik pulalah seluruh jasad, namun apabila ia jelek maka jelek pulalah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa segumpal darah tersebut adalah hati.” [Muttafaqun ‘alaihi]
Adapun apabila kita membuat-buat khusyu’ pada anggota badan kita tanpa diiringi kekhusyu’an hati individu kita, maka yang demikian ini adalah dikatakan khusyu’ nifaq,  ‘Umar Radhiyallah ‘anhu pernah melihat didalam suatu histories ada seorang pemuda menundukkan kepalanya,
maka ‘Umar pun berkata,
“Wahai kamu, angkat kepalamu, karena khusyu’ itu letaknya bukan di leher. Sesungguhnya khusyu’ itu tidak lebih dari apa yang terdapat dalam hati.”
Jadi sangat perlu kita ketahui yang mana sesungguhnya Khusyu’ yang terdapat dalam hati individu kita ini, adalah tidak lain dihasilkan dari ma’rifah atau pengenal dan ilmu tentang Allah ‘Azza wa Jalla dan ma’rifah tentang dapat menyaksikan dengan mata kepala kita yaitu keagungan-Nya, maka barangsiapa diantara kita yang semakin mengenal dan berilmu tentang Allah, sudah pasti kita makin khusyu’ terhadap-Nya, adapun diantara sebab terbesar tercapainya khusyu’ adalah mentadabburi Kalamullah. Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:
59:21

If We had sent down this Qur'an upon a mountain, you would have seen it humbled and coming apart from fear of Allah . And these examples We present to the people that perhaps they will give thought.

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
 (Al Hasyr, 59 ayat: 21.) lihat quran klik disini

Demikian pula Allah telah mencela kita-kita yang tidak khusyu’ ketika mendengar Firman-Nya. Allah berfirman:
57:16

Has the time not come for those who have believed that their hearts should become humbly submissive at the remembrance of Allah and what has come down of the truth? And let them not be like those who were given the Scripture before, and a long period passed over them, so their hearts hardened; and many of them are defiantly disobedient.

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
 (Al Hadid, 57 ayat: 16.) lihat quran klik disini
Bahkan Allah mengancam kepada kita sebagai pemilik hati yang keras yaitu yang tidak dapat merasakan hidup atau mengetahui adanya kehidupan dengan firman-Nya:
39:22

So is one whose breast Allah has expanded to [accept] Islam and he is upon a light from his Lord [like one whose heart rejects it]? Then woe to those whose hearts are hardened against the remembrance of Allah . Those are in manifest error.
 
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
 (Az Zumar, 39 ayat: 22.) lihat quran klik disini

Didalam historiespun Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam dulu sering berlindung kepada Allah dari hati yang tidak khusyu’, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullah:
Bahwa Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam dulu sering berdo’a:
« اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا »
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”
Pada kesimpulannya, marilah kita intropeksi individu kita-kita yang hadir, yang mempelajari Dasar-dasar Pengetahuan Ibadah khususnya saya pribadi, apakah didalam shalat, kita sudah dapat menyaksikan Akbar-Nya?....... maka apa belum, tunjuk pada kita sendiri “Saya Rajanya Munafik” dan jangan sekali-kali kita menunjuk kepada yang tidak mempelajari bersama-sama kita atau orang-orang diluar majelis kita, karena mereka itu sudah pada pintar-pintar dan tahu serta telah mendapatkan menyaksikan Akbar-Nya, makanya, kita-kita yang dari jauh berkumpul, bahkan ada diantara kita, yang mulai berangkat tengah malam sampai saat ini masih saja membahas Dasar-dasar Pengetahuan Ibadah tentang shalat yang tidak ada habis-habisnya, dan inilah suatu bukti nyata, bahwa sanya kita masih bodoh dan belum tahu apa-apa, dan agar kita pada saat mendirikan, kita mengetahui pada saat mengeluarkan sebagian nafas yang keluar dari kerongkongan mengucapkan Allahu Akbar, akan tetapi dapat meyakini adanya dzat yang turun dari kerongkongan menuju hati individu kita yang koordinatnya didalam diantara dua rongga dada diatas perut kita sehingga hidup, lalu seketika itu pula kita mau tidak mau harus dapat menyaksikan Akbar-Nya, maka apabila hal ini kita tidak tahu dan mengetahuinya serta tidak nyata senyata-nyatanya, maka sekali lagi, tunjuklah kita sendiri sebagai seorang raja munafik, bahkan Allah menegaskan kita sebagai orang musyrik.

Ya Allah, seandainya diantara kita-kita keseluruhan yang hadir saat ini mengetahui bahwa Engkau menjawab persoalan secara langsung, barangkali kita-kita akan bolak-balik datang untuk bertanya kepadaMu.

Ya Allah, demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui bahwa rahmat-Mu bisa dirasakan langsung ke dalam dada kita, barangkali kita-kita akan datang terus menerus tidak kenal waktu untuk meminta-Mu mengisi dada kita dengan ketenangan yang sejuk.

Ya Allah, dan demikian pula seandainya kita-kita keseluruhannya yang hadir saat ini mengetahui tentang rahasia ketinggian shalat, mereka akan menunggu waktu-waktu shalat dan melakukannya dengan hati gembira.

Tuhan pasti tahu semua, termasuk apa yang kita rasakan. Akan tetapi Tuhan tidak pernah merasakan. Mungkin Tuhan harus dipaksa dengan memperbanyak shalat  untuk wujudkan keinginan kita. Doakan aku”

Mungkin Tuhan bisa dipaksa untuk menuruti keinginan kita, melalui rintihan dengan memperbanyak shalat ini. Tapi setelah keinginan tercapai, apakah kita bahagia? Pasti tidak! Karena Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Kalaupun Allah mengabulkan, itu hanya untuk membuktikan pada kita bahwa apa yang kau inginkan tidak akan membuatmu bahagia, justru kesengsaraan yang kita dapat.

Ya Allah, tunjukilah kami seperti mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan ampunilah, kami seperti mereka yang Engkau pelihara, serta berikanlah kami berkah, seperti mereka yang telah Engkau beri berkah, jagalah kami dari kejelekan yang telah Engkau tetapkan, Maha Suci Engkau Ya Allah segala puji hanya untuk-Mu, kepada Mu-lah aku bertobat dan memohon ampunan.

Maha Suci Tuhan-ku yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, semoga shalawat beriring salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Muhammad dan sanak keluarga berikut sahabat-sahabatnya.

11092011 di kediaman Bpk.H.Supardi.Mz, Perum Alinda Kecana 1

NO: 1
Read by Ust Azhari 
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN UMUM
IBADAH

Perlu kita ketahui, setelah kita mengarungi beberapa penguraian sebelumnya, maka kini saatnya kita masuk ke puncak pemahaman dan kesadaran yang pada saat mendirikan shalat ditawarkan di dalam majlis muzakarah ini, yaitu “Ketika kita Bertasbih”.
Nah, bagaimana caranya seseorang “bertasbih?”. Adapun kata “Al-tasbih adalah derivasi dari kata “al-sabh” yang berarti: terapung, dan al-sibaahah: “berenang”, yang secara etimologi berarti berlalunya benda (materi) dengan cepat di tengah-tengah benda yang kepadatan massanya kurang dari benda (materi) tersebut, seperti air atau udara, dan kemudian, “Al-Sabh” bisa berarti: kekosongan, hampa, serta bisa juga berarti : bertindak di dalam kehidupan. Al-Sabh bisa juga digunakan dalam bentuk metafora untuk menunjukkan makna peredaran atau pergerakan bintang-bintang di hamparan langit. Perhatikanlah ayat berikut:

36:40





It is not permitted to the Sun to catch up the Moon, nor can the Night outstrip the Day: Each (just) swims along in (its own) orbit (according to Law).

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

Maka dapat disimpulkan arti dari BERTASBIH adalah bahwa seluruh elemen di alam semesta ini selalu BERGERAK mengikuti garis edar (thawaf) semesta seraya fokus kepada Allah, yang bagi kita sebagai manusia ditandakan dengan fokus kepada rumah kosong atau Baitullah. Adapun Baitullah adalah Rumah Allah, maka Baitullah adalah lambang dari keberadaan Allah di muka bumi. Akan tetapi Baitullah bukanlah Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa, dan bukanlah patung yang disembah, karena Baitullah dibuat oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dan memang Nabi Ibrahim membuat “visualisasi” dalam beribadah, sehingga kita para hamba Allah dan lainnya bisa fokus dalam beribadah kepada-Nya, walaupun sesungguhnya kemanapun kita menghadap di sana ada “wajah” Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa.
Sedangkan menurut tuntunan kita yang mempelajari shalat, Baitullah sebagai lambang itu ada di dua tempat, yaitu, pertama Mekkah atau Bumi (Fisik), dan yang kedua Hati individu kita yang koordinatnya di dalam di antara dua rongga dada di atas perut kita atau Bumi Jiwa, sedangkan Baitullah yang sejati ada di Alam Supra yang kita sebut sebagai ‘Arsy

40:7

Those [angels] who carry the Throne and those around it exalt [ Allah ] with praise of their Lord and believe in Him and ask forgiveness for those who have believed, [saying], "Our Lord, You have encompassed all things in mercy and knowledge, so forgive those who have repented and followed Your way and protect them from the punishment of Hellfire.

(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
Karena hal inilah alam semesta selalu begerak, maka alam semesta ini selalu bertasbih. Karena Allah bersemayam di atas ‘Arsy-Nya, maka Allah-lah yang ditasbihi, yang di-thawaf-i, yang dijadikan titik fokus pergerakan alam semesta. Demikian pula Baitullah itu Rumah Allah, dan di dalam rumah Allah itu ternyata Kosong (As-Sabh), maka Allah itu adalah “Kosong”.  Maka perhatikanlah dengan tanda kutip. Adapun maksudnya, yaitu kosong dari berbagai PRASANGKA kita terhadap-Nya, sehingga saking kosongnya kita sebut sebagai SUCI, dan saking sucinya, kita sebut saja sebagai MAHA SUCI. Sehingga SUBHANALLAH artinya MAHA SUCI ALLAH YANG TELAH MEMBUAT SEMESTA INI BERGERAK FOKUS KEPADANYA. 
Jadi (walhasil) kata bertasbih itu bergerak, dan bergerak itu harus benar. Bergerak yang benar dalam mendirikan shalat adalah ta'at, Ta'at dalam ber-ma'rifat, ber-hakikat, berthariqot, dan ber-syariat. Jadi bertasbih ini artinya bergerak dalam keta’atan, bergerak fokus menuju Allah. Ya, kita hidup hanya untuk beribadah kepada Allah, untuk ta’at kepada-Nya, bergerak taat artinya bergerak sesuai kaidah “Sunnatullah”.
Adapun tahap berikutnya, mari kita bergerak bertasbih lebih dalam dengan pendekatan rumus "temuan" yang ada. Ada di antaranya yang mengatakan E=MC2, dimana E=Energi, sifatnya INVISIBLE bisa disebut gelombang elektromagnetik. Berikutnya yaitu M=Massa, sifatnya VISIBLE bisa disebut sebagai benda atau materi, tapi dalam kondisi tertentu bisa juga M mencapai level Invisible, dan berikutnya C=Kecepatan Cahaya, 299.792,5 km/detik, dibulatkan menjadi 300.000 km/detik.
            Maka marilah kita bahas kembali sedikit saja tentang karakter Cahaya, perhatikanlah bahwa Cahaya memiliki sifat memperlihatkan sesuatu yang tidak terlihat, atau memperjelas sesuatu yang tidak jelas, sample-nya, secantik apapun wajah seorang wanita, jika tidak ada cahaya maka kecantikannya tidak akan jelas, akan tetapi jika ada wanita berwajah biasa saja, tidak terlalu cantik, tapi setelah difoto dengan pencahayaan yang baik, maka di dalam foto, ia akan terlihat sangat cantik rupawan. Jadi pendapat kita, Cahaya ini ada dua tingkatannya. Pertama, Cahaya yang memperjelas alam fisik kita, dan yang kedua, Cahaya yang memperjelas apa yang ada di dalam Hati individu kita, yaitu alam metafisik, inilah sebabnya Al-Quran dihadirkan sebagai cahaya bagi hati individu kita yang beriman agar kehidupannya di alam jasad/fisik maupun di alam nonjasad/metafisik menjadi sukses bahagia.
39:22

So is one whose breast Allah has expanded to [accept] Islam and he is upon a light from his Lord [like one whose heart rejects it]? Then woe to those whose hearts are hardened against the remembrance of Allah . Those are in manifest error.

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
 (Q. S. Al-Zumar [39] 22). lihat quran klik disini

Sedangkan Allah bukanlah sekedar cahaya untuk jasad kita atau sekedar cahaya untuk hati individu kita, akan tetapi Allah adalah pemberi Cahaya jasad dan hati individu kita, serta langit dan bumi, jadi sesuatu yang visible dan invisible, maka inilah sebabnya Allah itu adalah Cahaya di atas Cahaya. Marilah kita perhatikan firman:
 
24:35

Allah is the Light of the heavens and the earth. The example of His light is like a niche within which is a lamp, the lamp is within glass, the glass as if it were a pearly [white] star lit from [the oil of] a blessed olive tree, neither of the east nor of the west, whose oil would almost glow even if untouched by fire. Light upon light. Allah guides to His light whom He wills. And Allah presents examples for the people, and Allah is Knowing of all things.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

            Maka marilah kita perhatikan teks “yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api”. Artinya cahaya Allah bukanlah dari api, tapi justru Cahaya yang berasal dari Allah akan bisa menciptakan api, bahkan bukan sekedar menciptakan api, melainkan menciptakan alam semesta, termasuk menciptakan “cahaya” sebagaimana yang disebutkan oleh orang yang mana telah kita bahas pada risalah-risalah sebelumnya.
Jadi yang menjadi pertanyaan kita ini apakah CAHAYA diatas CAHAYA itu? maka marilah kita tidak membahas tentang Dzat Allah, karena ini memang rahasia Allah, namun yang kali ini kita bahas hanya lambang tentang-Nya berdasarkan konteks Al-Quran.
Allah dikatakan sebagai Cahaya di atas Cahaya. Mungkin asumsi kita, berarti Allah ini sangat terang, sehingga kalau kelak kita melihat-Nya kita akan silau, kalaulah hari ini kita melihat Matahari saja sudah silau, lalu bagaimana mungkin kita mampu melihat Allah, Dzat Cahaya di atas Cahaya. Akan tetapi menurut kita, kita tidak akan silau kalau berhasil melihat Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa. Ada dua alasannya; pertama karena jika kita kelak melihat-Nya, maka kita tidak melihatnya dengan mata fisik kita, dan yang kedua karena di dalam Al-Quran perkataan Nur (Cahaya) disandingkan dengan Bulan bukan dengan Matahari


71:16

And made the moon therein a [reflected] light and made the sun a burning lamp?

Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?
(Q.S. Nuh [71] ayat 16). lihat quran klik disini

Maka tentunya kita tak akan silau jika melihat cahaya bulan, bahkan sangat menikmati cahaya Bulan, terlebih lagi jika bulan purnama. Nah, sedangkan Allah ini adalah cahaya di atas cahaya, artinya justru akan sangat sejuk, nikmat, dan tenang bahagia ketika kita berhasil langsung melihat “wajah” Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa. Subhanallah, maka tiada sesuatu yang lebih indah dibandingkan dengan pertemuan kita dengan Allah Subhaanahuu Wa Ta’aalaa. 

"Ya Allah, gantungkanlah kami dan orang-orang yang bekonsultasi atau curhat atau ‘berobat’ kepada kami hanyalah kepada-MU, dan jangan Engkau datangkan kepada kami orang-orang yang tak mau mendatangi-Mu, kecuali bila itu sudah menjadi ketetapan-Mu".
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULU ALLAAHI.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari ilmu yang menjauhkan kami dari-Mu, dari ilmu yang hanya berorientasi kepada harta dan dunia, dari ilmu yang membuat kami sombong dan merasa hebat, dari ilmu yang menginvestasikan banyak kesulitan bagi kami di akhirat kelak.

Ya Allah Yang Maha Mengetahui Isi Hati (Qolbu/Quluub) yang ada Di Dalam Dada (Shodr/Shuduur), lindungilah kami dari hati yang tidak khusyu’, dari hati yang mudah jatuh pada godaan wanita (pria), dari hati yang merasa tinggi, dari hati yang suka pujian manusia, dari hati yang takut cacian dari manusia, dari hati yang mudah terprovokasi oleh dunia yang menipu, dan dari hati yang sering lalai dari-Mu.  

Ya Allah Yang Maha Menguasai, lindungilah kami dari pikiran yang tidak efektif, dari pikiran yang tidak menentu, dari pikiran yang tidak bermutu, dari pikiran yang suka menganalisa takdir-Mu, dan dari pikiran yang tidak tunduk kepada hati yang Engkau kuasai.  

Ya Allah Yang Maha Pemberi Rizki, lindungilah kami dari harta yang haram, dari harta yang syubhat, dari harta yang tidak bisa membantu hamba-Mu lainnya, dan dari harta yang tidak berkah.

Ya Allah Yang Maha Menganugerahkan, lindungilah kami dari sikap yang tidak pandai bersyukur atas ilmu, atas hati, atas pikiran, dan atas harta yang telah Engkau berikan kepada kami.

Ya Allah Yang Maha Berkehendak, lindungilah kami dari keinginan yang tidak kami butuhkan, dari keinginan yang tidak Engkau ridhoi, dan dari keinginan yang tidak bisa dikendalikan.

Ya Allah Yang Maha Menenangkan, lindungilah kami dari jiwa yang tidak pernah puas, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari jiwa yang tidak bisa tenang, dan dari jiwa yang tidak pandai bersyukur. 

Ya Allah Yang Maha Menghentikan Keburukan, lindungilah kami dari kesulitan yang menghadirkan kesulitan, dari hutang yang menghadirkan hutang, dan dari penyakit yang menghadirkan penyakit.  

Ya Allah Yang Maha Mengabulkan, lindungilah kami dari do'a-do'a yang tidak penting, dari do'a-do'a yang justru menjauhkan kami untuk mencintai-Mu, dan dari do'a-do'a yang tidak Engkau kabulkan.
Aamiiin.